Evaluasi Pelayanan Stasiun Tangerang Kota Tangerang

Stasiun Tangerang merupakan Stasiun KA yang berada di Kota Tangerang, Provinsi Banten. Stasiun Tangerang termasuk ke dalam kelas Stasiun Besar. Namun, pembangunan dan perbaikan saat ini terus dilakukan di Stasiun Tangerang, hal ini karena Stasiun Tangerang sebelumnya termasuk kelas Stasiun Sedang dan memiliki kendala tidak cukup untuk melayani volume penumpang pengguna jasa. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui bagaimana kondisi Stasiun Tangerang saat ini dan tingkat kepuasan pengguna jasa terhadap pelayanan Stasiun Tangerang, Kota Tangerang. Penelitian ini menggunakan metode survei lapangan dengan melakukan pengamatan di Stasiun Tangerang untuk mengevaluasi kondisi Stasiun Tangerang saat ini yang akan dibandingkan dengan ketentuan Permenhub No. 48 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang Dengan Kereta Api dan penyebaran kuisioner tentang pelayanan Stasiun Tangerang secara langsung ke pengguna jasa dengan menggunakan metode perhitungan IPA (Importance Performance Analysis). Hasil pengamatan langsung kondisi Stasiun Tangerang, Stasiun Tangerang memenuhi 75% fasilitas yang diatur dalam Permenhub No. 48 tahun 2015. Hasil penggambaran pada diagram kartesius adalah Kuadran A (v2, v5, v9, v10 dan v16), Kuadran B (v1, v4 dan v12), Kuadran C (v6 dan v13) dan Kuadran D (v7, v11 dan v15). Secara keseluruhan persepsi dan tingkat kepuasan pengguna jasa terhadap pelayanan Stasiun Tangerang adalah memuaskan / baik, hal ini dapat dilihat dengan nilai rata-rata tingkat kesesuaian sebesar 81.34 %

Polyfluorene as a model system for space-charge-limited conduction

Ethyl-hexyl substituted polyfluorene (PF) with its high level of molecular disorder can be described very well by one-carrier space-charge-limited conduction for a discrete set of trap levels with energy $\sim$ 0.5 eV above the valence band edge. Sweeping the bias above the trap-filling limit in the as-is polymer generates a new set of exponential traps, which is clearly seen in the density of states calculations. The trapped charges in the new set of traps have very long lifetimes and can be detrapped by photoexcitation. Thermal cycling the PF film to a crystalline phase prevents creation of additional traps at higher voltages.Comment: 13 pages, 4 figures. Physical Review B (accepted, 2007

A comparison of severe pre-eclampsia/eclampsia in patients with and without HELLP syndrome

Background: The relationship of Haemolysis, Elevated Liver Enzymes and Low Platelets (HELLP) syndrome with maternal and perinatal health and its presentation in Pakistani population is not known.Purpose: To determine the mode of presentation along with maternal and perinatal outcome of patients with HELLP syndrome.Methods: Case records of patients with severe hypertension in pregnancy who delivered between January 1, 1989 and December 31, 1994 at The Aga Khan University Hospital, Karachi. Out of 120 cases of severe pre-eclampsia/eclampsia, there were 36 cases of HELLP syndrome (Group-A). These were then compared with cases without HELLP syndrome (Group B) for their mode of presentation along with maternal and perinatal morbidity and mortality.Results: The overall incidence of HELLP syndrome was 0.4%. In the antepartum factors; unbooked status (66% vs 30%; p \u3c 0.05), diastolic B.P. \u3e 120 mmHg (61% vs 16%; p \u3c 0.05) DIC (13% vs 2%; p = 0.03), seizures (40% vs 16%, p = 0.01) and ARF (11% vs 1%, p = 0.07) were significantly raised. In the intrapartum factors there were no significant differences between the two groups in mode of delivery and complications of delivery. Neonatal outcomes did not differ significantly in the two groups.Conclusions: Women with severe hypertension in pregnancy manifesting with HELLP syndrome show a significantly greater frequency of developing DIC, seizures and acute renal failure. Therefore, their care necessitates intensive monitoring to preclude development of these complications

Pergantian Senjata NPC pada Game FPS Menggunakan Fuzzy Sugeno

Pengembangan kecerdasan buatan dalam game bertujuan untuk membuat aksi dan reaksi yang secara otomatis pada NPC (Non-Player Character). Penelitian ini membahas tentang bagaimana sistem Perubahan senjata secara otomatis pada NPC berdasarkan Perubahan kondisi lingkungan yang dihadapi. Metode yang digunakan untuk menentukan jenis senjata yang digunakan pada penelitian ini adalah fuzzy sugeno. Untuk menghasilkan output fuzzy yang bervariasi, maka digunakan variabel jarak musuh dan jumlah teman. Desain pergantian senjata yang dibuat menggunakan software Matlab selanjutnya diujicobakan dalam game First Person Shooter menggunakan Torque Game Engine. Dalam hasil ujicoba game terjadi respon pergantian senjata pada masing-masing NPC terhadap kondisi yang dihadapi sesuai dengan rule fuzzy yang sudah didesain sebelumnya.

Pengukuran Kinerja Konsultan Manajemen Konstruksi Pada Tahap Implementasi Proyek Konstruksi

Industri konstruksi merupakan industri yang memiliki tingkat kompleksitas yang sangat tinggi. Tercermin dari banyaknya tahapan dalam suatu siklus hidup proyek atau Life Cycle Project. Dari semua tahapan tersebut, tahapan implementasi (construction) merupakan tahap yang perlu mendapat perhatian yang serius, karena pada tahap ini harus tercapai tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu atau yang sering disebut sebagai triangle project constraint. Untuk itu diperlukan sistem manajemen proyek yang baik seperti ditawarkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi (KMK). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membuat instrument pengukuran kinerja KMK pada tahap implementasi. 5 indikator kinerja yang dikembangkan menjadi 22 variabel digunakan untuk mengukur kinerja KMK pada proyek pemerintah dan pada proyek swasta. Selanjutnya dilakukan analisis dengan tiga metode yaitu metode analisis kesenjangan (GAP), Importance Performance Analysis (IPA), dan Customer Satisfaction Index (CSI). Dari hasil analisis dan perhitungan pengukuran kinerja KMK yang diukur dengan metode analisis GAP dan IPA secara garis besar menunjukan bahwa kinerja KMK pada proyek swasta memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan kinerja pada proyek pemerintah, didapatkan pula nilai CSI untuk kinerja KMK pada proyek pemerintah sebesar 52,51% (cukup puas) dan CSI untuk kinerja KMK pada proyek swasta 85,88% (sangat puas)

Cholistan and Cholistani Breed of Cattle

Cholistan, once a green and prosperous land with the source of water being the ancient Hakra River, was also the cradle of great Hakra Valley Civilization. It is sprawled at an area of 26,000 Km2, located between the latitudes 27º42´and 29º45´North and longitudes 69º52´and 75º24´East. The bioclimatic system of Cholistan falls under the category of “tropical desert” with very scanty rainfall. Geomorphologically, the soils of Cholistan are a complex blend of river alluvium and Aeolin sands. Based on topography, type of soil and vegetation, this desert is divided into two geomorphic regions: the Lesser Cholistan (the Northern 7,770 Km² region) and the Greater Cholistan (the Southern 18,130 Km² region). The primary source of water is rainfall which is utilized through natural depressions or man-made ponds called “Tobas” and “Dahars.” The secondary source is underground water which is brackish and salty and not fit for human/animal consumption. Two livestock production systems prevail under pastoralism in Cholistan viz. transhumanie and nomadic. Despite an uncertain, unpredictable rainfall, low humidity and extremes in temperatures, Cholistan has long been famous for raising different breeds of livestock, contributing a significant share to national milk, meat and wool output. The total livestock population estimated during 2006 was 12,09528, out of which 47% were cattle. Cholistani cattle are considered to be ancestor of the Sahiwal and are a thermo-tolerant, tick-resistant breed. Preliminary data on some productive and reproductive traits of Cholistani cows maintained at Govt. Livestock Station, Jugait Peer, Bahawalpur during the period 2005 to 2009 revealed the avergae values for the productive traits i.e. lactation length, lactation yield, dry period, service period and fat percentage in milk as 165 days, 1235 liters, 155 days, 121 days and 4.8%, respectively. Similarly, the average values for reproductive traits i.e. age at maturity, age at first calving, gestation period and calving interval were 1112, 1390, 278 and 422 days, respectively, which are at par with those of Sahiwal and Red Sindhi cattle. However, comprehensive data supported by research need to be analyzed to manipulate the potentials of this breed. Furthermore, gene mapping and Marker Assisted Selection (MAS) will open up new horizons to study performance traits of Cholistani cattle in detail