148 research outputs found

    Fluoride Released From GIC and RMGIC in Saliva and Dentino-Enamel SUbstance

    Full text link
    Glass Ionomer Cement (GIC) and Resin Modified Glass Ionomer Cement (RMGIC) are two restorative materials in dentistry that have the capacity of releasing fluoride to saliva, dentino-enamel substance, and the ability to form fluoroapatite crystal. This study aims to compare the amount of fluoride release in saliva and dentino-enamel substance. A total of 48 caries free premolar teeth were prepared to form a cavity with the dimension of 4 x 4 x 2 mm on the buccal surfaces. These teeth were then divided into 3 groups (control, GIC, RMGIC groups). These teeth were then soaked in artificial saliva without fluoride content and were incubated at room temperature (37 0C). Each group was divided again into 4 sub groups, with different periods of soaking (1, 3, 10, and 20 days). The fluoride content of saliva was analyzed using ion chromatography. The fluoroapatite on dentino-enamel substance was analyzed using x-ray diffraction or XRD. While there was a significant difference in fluoride release in saliva and no significant difference in fluoroapatite formation on dentino-enamel substance within 3 groups. Fluoride content in saliva showed a significant difference within the 3 groups. No significant difference was found in the fluoroapatite content on dentino-enamel substance

    Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Model Kancing Gemerincing di Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Belimbing

    Full text link
    Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui Mengetahui Bagaimana Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Kancing Gemerincing pada Materi kebutuhan manusia Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Belimbing Tahun Pelajaran 2015/2016. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah menggunakan meode kualitatif, dan bentuk penelitian yaitu penelitian tindakan kelas. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi langsung, teknik pengukuran, teknik komunikasi langsung, dan teknik dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil belajar siswa pada siklus 1 diperoleh dari 28 siswa yang mengikuti tes hanya 17 siswa yang tuntas dan tidak tuntas terdapat 11 siswa, rata-rata nilai sebesar 63,32 dengan ketuntasan klasikal 60,71%. Pada silkus II hasil belajar siswa meningkat dari 28 yang mengikuti tes siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 2 orang dengan nilai rata-rata 79,64 dan ketuntasan klasikal sebesar 92,85% . sehingga kentuntasan hasil belajar pada siklus II dinyatakan berhasil karena dari data yang diperoleh telah mencapai ketuntasan sedangkan hasil wawncara guru dan siswa menunjukan respon positif terhadap model kancing gemericing.sedangkan hasil wawancara guru dan siswa menunjukan respon positif terhadap model kancing gemericing

    Perception Factors, Intentions and Attitudes with Market Community Participation to Prevent Occupational Diseases

    Get PDF
    An Occupational Disease was a disease caused by work or work environment. One of the efficient and effective strategies for controlling Occupational Disease was the empowerment and participation of the community called Occupational Health Unit (Pos UKK) in the workplace. Based on the data of market health inspection in Pos UKK Imogiri market in March 2017, there were only 67 participants (19.17%) from 365 invited people.: The purpose of this research was to know the internal factors with the community participation in Pos UKK Imogiri market Bantul. This research was a quantitative analytic research with cross sectional design. The population was 365 people and the sample was 150 respondents. The sampling used purposive sampling technique. Kendall Tau test showed that there was a relation between perception and community participation (p value <0.05, r = 0.677); Intentions related to community participation (p value <0.05 r = 0.486); Attitudes related to community participation (p value <0.05 , r= 0.802). F test result showed that the variables of Perception, Intentions and Attitudes related simultaneously to community participation (F value = 387.41> F table = 2.67). The dominant independent variable was Attitudes with the highest Standard Beta Coefficient value was 0.776. Perceptions, Intentions and Attitudes related both partially and simultaneously to community participation; the independent variable that had dominant influence was Attitudes

    Identifikasi Sifat Benih Kawista (Feronia Limonia (L.) Swingle) Untuk Tujuan Penyimpanan

    Full text link
    Penanganan benih yang tepat dapat mempertahankan mutu benih selama penyimpanan atau dapat menekan laju kemunduran benih seminimal mungkin. Dalam terminologi penanganan benih terdapat tiga kelompok benih yaitu benih ortodoks, rekalsitran dan intermediate. Sampai saat ini belum diketahui apakah benih kawista masuk dalam kelompok ortodoks, rekalsitran atau intermediate sehingga dalam rangka untuk mempertahankan viabilitasnya selama dalam penyimpanan perlu dilakukan identifikasi sifat benih kawista. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi sifat benih kawista untuk tujuan penyimpanan. Benih kawista yang digunakan berasal dari Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Pengujian sifat benih dengan menggunakan metode yang dikemukakan Hong & Ellis (1996). Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap bobot kering dan kadar air benih selama perkembangan benih mulai dari antesis sampai benih masak. Hasil penelitian menunjukkan benih kawista termasuk dalam kriteria benih ortodoks, karena tetap menunjukkan viabilitas yang tinggi yang ditunjukkan oleh persentase perkecambahan yang tetap tinggi dan tidak berbeda nyata pada beberapa tingkat kadar air. Persentase perkecambahan berkisar antara 96,0-98,5% pada semua kadar air, yaitu kadar air 40,6% (kadar air setelah ekstraksi); 10,5% dan 5,5% (baik sebelum maupun setelah disimpan tiga bulan pada suhu -20 0C) dengan bobot kering kecambah yang tidak berbeda nyata

    Identifikasi Sifat Benih Kawista (Feronia Limonia (L.) Swingle) Untuk Tujuan Penyimpanan

    Full text link
    Penanganan benih yang tepat dapat mempertahankan mutu benih selama penyimpanan atau dapat menekan laju kemunduran benih seminimal mungkin. Dalam terminologi penanganan benih terdapat tiga kelompok benih yaitu benih ortodoks, rekalsitran dan intermediate. Sampai saat ini belum diketahui apakah benih kawista masuk dalam kelompok ortodoks, rekalsitran atau intermediate sehingga dalam rangka untuk mempertahankan viabilitasnya selama dalam penyimpanan perlu dilakukan identifikasi sifat benih kawista. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi sifat benih kawista untuk tujuan penyimpanan. Benih kawista yang digunakan berasal dari Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Pengujian sifat benih dengan menggunakan metode yang dikemukakan Hong & Ellis (1996). Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap bobot kering dan kadar air benih selama perkembangan benih mulai dari antesis sampai benih masak. Hasil penelitian menunjukkan benih kawista termasuk dalam kriteria benih ortodoks, karena tetap menunjukkan viabilitas yang tinggi yang ditunjukkan oleh persentase perkecambahan yang tetap tinggi dan tidak berbeda nyata pada beberapa tingkat kadar air. Persentase perkecambahan berkisar antara 96,0-98,5% pada semua kadar air, yaitu kadar air 40,6% (kadar air setelah ekstraksi); 10,5% dan 5,5% (baik sebelum maupun setelah disimpan tiga bulan pada suhu -20 0C) dengan bobot kering kecambah yang tidak berbeda nyata

    Implementasi Pembentukan Karakter Budi Pekerti Di SMP Negeri 1 Tanggul Jember

    Full text link
    : This study aimed at describing the implementation of the character of manners development in SMPN 1 Tanggul Jember. This research was a qualitative descriptive study. Data were collected by the techniques of observation, interviews, and documentation. Method triangulation was employed to crosscheck the information from the interview with the documentation and observation. The results of the discussion of the implementation of the character of manners showed there were 4 points resulting from habit formation (culture), namely: (1) the school culture that included insight into the quality of the students in academic and non-academic activities; (2) school spiritual culture which included Friday morning religioud study, midday prayers in congregation, spiritual study in accordance with the religion of each learner; (3) discipline culture both for educators (teachers) and students; and (4) culture of manners, respecting the elders and loving the younger

    Perbaikan Cara Ekstraksi untuk Meningkatkan Rendemen dan Mutu Minyak Melati

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi melalui ekstraksi bertahap denganmeningkatkan perbandingan bunga dan pelarut. Penelitian dikerjakan pada melati gambir (Jasminum officinale),diekstraksi dengan pelarut heksan selama 12 jam. Pelarut diuapkan untuk mendapatkan concrete. Concrete yangdiperoleh dilarutkan dengan etanol dan diuapkan sampai didapatkan minyak melati. Perlakuan yang diterapkanadalah perbandingan bunga dan pelarut (1 : 1,5 dan 1 : 2), tahapan ekstraksi (sekali, dua kali, dan tiga kali) denganpelarut heksan. Rancangan percobaan menggunakan acak lengkap pola faktorial 2 x 3 dengan tiga ulangan. Pa ram e teryang diamati adalah rendemen concrete dan minyak, jumlah penggunaan heksan, indeks bias, dan komponenpenyusun minyak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi bunga melati pada perbandingan bunga dan pelarut(1 : 2) pada tahap ekstraksi dua kali menghasilkan rendemen minyak tertinggi (0,1326%), dengan penggunaan pelarutpal ing sedikit (528,2933 ml) untuk menghasilkan 1 g minyak. Mutu minyak melati yang dihasilkan mempunyai indeksbias 1,4309 dan mengandung kadar komponen penyusun minyak atsiri tertinggi (34,3357%) dengan delapankomponen sudah diidentifikasi (linalol, linalil asetat, indol, fenol, bensil asetat, metil antranilat, bensil alkohol, dan cisjasmon). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pemilihan proses ekstraksi bunga melati agarmenghasilkan rendemen minyak yang tinggi dengan penggunaan pelarut min i mal.Kata kunci : Jasminum officinale; Ekstraksi minyak melati; Kualitas minyak melatiAB STRACT. Prabawati, S., Endang D. A., Suyanti, and Dondy ASB. 2002. Im prove ment of ex trac tion methodto in crease quan tity and qual ity of jas mine oil re cov ery. This re search was aimed to in crease the re cov ery of oil ex -trac tion ab so lute through in creas ing the flower-sol vent ra tio and multi-ex trac tion stages of red jas mine (Jasminumofficinale). Hex ane perfumary grade was used on sim ple ex trac tion method by dip ping the flow ers and man ual stir ringfre quently. Af ter 12 hours of ex trac tion, sol vent was evap o rated to pro duce con crete. Eth a nol 95% was added to dis -solve the con crete, and then the so lu tion was fil tered to sep a rate wax frac tions. The clear so lu tion was evap o rated topro duce ab so lute. The treat ments tested were flower-sol vent ra tio (1 : 1.5 and 1 : 2) and stages of ex trac tion (1, 2, and 3stage of ex trac tion), and fac to rial de sign 2 x 3 with three rep li ca tions was used. Ob ser va tions were done on the yield ofcon crete and ab so lute, to tal sol vent used on ex trac tion, re frac tion in dex of ab so lute, and the com po si tion of es sen tialoil. Re sults showed that, flower-sol vent ra tio (1 : 2) and two stage of ex trac tion had the high est per cent age of ab so lute(0.1326%) and the low est to tal sol vent used (528.2933 ml to get 1 g of ab so lute). Jas mine ab so lute was in good qual itywith re frac tion in dex of 1.4309 and con tained 34.3357% of es sen tial oil com po nent (linalool, linalil ac e tate, indole,phenole, benzil ac e tate, methyl antranilate, benzil al co hol, and cis jasmone) were indentified. Futhermore, the re sult ofthis study can be used an ap pro pri ated ef fec tive method of jas mine oil ex trac tion method

    Perbaikan Cara Ekstraksi untuk Meningkatkan Rendemen dan Mutu Minyak Melati

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi melalui ekstraksi bertahap denganmeningkatkan perbandingan bunga dan pelarut. Penelitian dikerjakan pada melati gambir (Jasminum officinale),diekstraksi dengan pelarut heksan selama 12 jam. Pelarut diuapkan untuk mendapatkan concrete. Concrete yangdiperoleh dilarutkan dengan etanol dan diuapkan sampai didapatkan minyak melati. Perlakuan yang diterapkanadalah perbandingan bunga dan pelarut (1 : 1,5 dan 1 : 2), tahapan ekstraksi (sekali, dua kali, dan tiga kali) denganpelarut heksan. Rancangan percobaan menggunakan acak lengkap pola faktorial 2 x 3 dengan tiga ulangan. Pa ram e teryang diamati adalah rendemen concrete dan minyak, jumlah penggunaan heksan, indeks bias, dan komponenpenyusun minyak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi bunga melati pada perbandingan bunga dan pelarut(1 : 2) pada tahap ekstraksi dua kali menghasilkan rendemen minyak tertinggi (0,1326%), dengan penggunaan pelarutpal ing sedikit (528,2933 ml) untuk menghasilkan 1 g minyak. Mutu minyak melati yang dihasilkan mempunyai indeksbias 1,4309 dan mengandung kadar komponen penyusun minyak atsiri tertinggi (34,3357%) dengan delapankomponen sudah diidentifikasi (linalol, linalil asetat, indol, fenol, bensil asetat, metil antranilat, bensil alkohol, dan cisjasmon). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pemilihan proses ekstraksi bunga melati agarmenghasilkan rendemen minyak yang tinggi dengan penggunaan pelarut min i mal.Kata kunci : Jasminum officinale; Ekstraksi minyak melati; Kualitas minyak melatiAB STRACT. Prabawati, S., Endang D. A., Suyanti, and Dondy ASB. 2002. Im prove ment of ex trac tion methodto in crease quan tity and qual ity of jas mine oil re cov ery. This re search was aimed to in crease the re cov ery of oil ex -trac tion ab so lute through in creas ing the flower-sol vent ra tio and multi-ex trac tion stages of red jas mine (Jasminumofficinale). Hex ane perfumary grade was used on sim ple ex trac tion method by dip ping the flow ers and man ual stir ringfre quently. Af ter 12 hours of ex trac tion, sol vent was evap o rated to pro duce con crete. Eth a nol 95% was added to dis -solve the con crete, and then the so lu tion was fil tered to sep a rate wax frac tions. The clear so lu tion was evap o rated topro duce ab so lute. The treat ments tested were flower-sol vent ra tio (1 : 1.5 and 1 : 2) and stages of ex trac tion (1, 2, and 3stage of ex trac tion), and fac to rial de sign 2 x 3 with three rep li ca tions was used. Ob ser va tions were done on the yield ofcon crete and ab so lute, to tal sol vent used on ex trac tion, re frac tion in dex of ab so lute, and the com po si tion of es sen tialoil. Re sults showed that, flower-sol vent ra tio (1 : 2) and two stage of ex trac tion had the high est per cent age of ab so lute(0.1326%) and the low est to tal sol vent used (528.2933 ml to get 1 g of ab so lute). Jas mine ab so lute was in good qual itywith re frac tion in dex of 1.4309 and con tained 34.3357% of es sen tial oil com po nent (linalool, linalil ac e tate, indole,phenole, benzil ac e tate, methyl antranilate, benzil al co hol, and cis jasmone) were indentified. Futhermore, the re sult ofthis study can be used an ap pro pri ated ef fec tive method of jas mine oil ex trac tion method
    • …
    corecore