31 research outputs found

    Pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (Simpeg) Dalam Manajemen Sumber Daya Aparatur Di Pemerintah Kota Padang Panjang

    Get PDF
    Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan pengelolaan Sistem Informasi Kepegawaian pada BKD Kota Padang Panjang dan (2) Menganalisis pemanfaatan Sistem Informasi Kepegawaian dalam Manajemen Sumber Daya Aparatur di Lingkungan Pemerintah Kota Padang Panjang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Informan kunci berasal dari internal Pemerintah Kota Padang Panjang yaitu sebanyak 14 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) Dalam Manajemen Sumber Daya Aparatur Di Pemerintah Kota Padang Panjang masih sangat minim dan belum optimal dengan alasan belum adanya SOP dari masing-masing bidang di BKD untuk meminta data ke Bidang Dokumentasi melalui aplikasi SIMPEG dan keterbatasan akses aplikasi sehingga menyebabkan berbagai kendala yang muncul permasalahan-permasalahan seperti : banyaknya pegawai di lingkup pemerintahan Kota Padang Panjang yang menduduki jabatan yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, adanya pegawai yang terlambat naik pangkat, adanya pegawai yang belum mencukupi syarat sudah promosi jabatan sehingga berdampak pada kenaikan pangkatnya, dll. Dari hasil ini, disarankan dalam Pemanfaatan SIMPEG Dalam Manajemen Sumber Daya Aparatur Di Pemerintah Kota Padang Panjang harus dilakukan evaluasi kembali dalam hal SOP/pedoman, agar pemanfaatan SIMPEG dalam manajemen sumber daya manusia di Pemerintah Kota Padang Panjang dapat berjalan secara optimal sebaiknya dilakukan revisi pada SOP masing-masing-masing Bidang di BKD. Dimana dengan direalisasikannya SOP yang sudah memuat adanya permintaan data dari SIMPEG ke Bidang Dokumentasi dan Arsip Pegawai maka dapat membantu masing-masing bidang dalam proses pengambilan keputusan untuk kegiatannya masing-masing.agar pelaksanaan kegiatan tersebut lebih optimal, efisien dan efektif sehingga tujuan dan keberlanjutan program pemerintah akan tercapai dengan baik. Kata kunci: SIMPEG, Manajemen Sumber Daya Aparatu

    Macrophage Migration Inhibitory Factor Is Enhanced in Acute Coronary Syndromes and Is Associated with the Inflammatory Response

    Get PDF
    Chronic inflammation promotes atherosclerosis in cardiovascular disease and is a major prognostic factor for patients undergoing percutaneous coronary intervention (PCI). Macrophage migration inhibitory factor (MIF) is involved in the progress of atherosclerosis and plaque destabilization and plays a pivotal role in the development of acute coronary syndromes (ACS). Little is known to date about the clinical impact of MIF in patients with symptomatic coronary artery disease (CAD).In a pilot study, 286 patients with symptomatic CAD (n = 119 ACS, n = 167 stable CAD) undergoing PCI were consecutively evaluated. 25 healthy volunteers served as control. Expression of MIF was consecutively measured in patients at the time of PCI. Baseline levels of interleukin 6 (IL-6), “regulated upon activation, normal T-cell expressed, and secreted” (RANTES) and monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) were measured by Bio-Plex Cytokine assay. C-reactive protein (CRP) was determined by Immunoassay. Patients with ACS showed higher plasma levels of MIF compared to patients with stable CAD and control subjects (median 2.85 ng/mL, interquartile range (IQR) 3.52 versus median 1.22 ng/mL, IQR 2.99, versus median 0.1, IQR 0.09, p<0.001). Increased MIF levels were associated with CRP and IL-6 levels and correlated with troponin I (TnI) release (spearman rank coefficient: 0.31, p<0.001). Patients with ACS due to plaque rupture showed significantly higher plasma levels of MIF than patients with flow limiting stenotic lesions (p = 0.002).To our knowledge this is the first study, demonstrating enhanced expression of MIF in ACS. It is associated with established inflammatory markers, correlates with the extent of cardiac necrosis marker release after PCI and is significantly increased in ACS patients with “culprit” lesions. Further attempts should be undertaken to characterize the role of MIF for risk assessment in the setting of ACS

    Laringofaringealni refluks - noivosti u liječenju

    Get PDF
    Više od četrdeset godina u medicinskoj literaturi postoji klinički entitet poznat kao laringofaringealni refluks (LPR) ili „tihi refluks“. LPR je česta bolest, dio je kompleksne refluksne bolesti, ima karakteristike epidemije, a posljedica je loših prehrambenih navika, stresa, ali i djelovanja prehrambene industrije koja, da bi produljila vijek trajanja namirnica, svu hranu dodatno zakiseljava. Definicija LPR-a od prvotne je proširena tako da se LPR danas definira kao upala sluznice gornjeg aerodigestivnog trakta koja nastaje izravnim ili neizravnim djelovanjem želučanog ili duodenalnog refluksa i uzrokuje morfološke promjene sluznice gornjeg aerodigestivnog trakta i donjih dišnih putova. Važno je naglasiti da LPR nije ekstraezofagealni refluks, jer većina bolesnika s LPR-om nema simptome niti znakove gastroezofagealnog refluksa. Dijagnosticiranje LPR-a u našoj je zemlji izuzetno teško jer nam temeljne dijagnostičke metode, poput utvrđivanja razine pepsina u slini i multikanalne intraluminalne impedance s 24-satnom pH-metrijom nisu dostupne, te se sumnja na postojanje LPR-a još uvijek temelji na upitnicima po Belafskom (Reflux Symptom Indeks – RSI, Reflux Finding Score – RFS). Nedostatak upitnika RSI je što ne razmatra česte simptome LPR-a, poput boli u grlu, bolnoga gutanja i neugodnog zadaha, te ne razmatra učestalost javljanja simptoma. Upitnik RFS obuhvaća samo kliničke znakove u grkljanu, a ne obuhvaća kliničke znakove LPR-a izvan grkljana. Stoga se novosti u dijagnostici LPR-a, koje su dostupne u našoj zemlji, prvenstveno odnose na primjenu novih upitnika za postavljanje sumnje na LPR-a (Reflux Symptom Score - RSS i Reflux Sign Assessment - RSA). Liječenje LPR-a, u većini slučajeva, još uvijek započinjemo primjenom medikamenata, što je krivo i neučinkovito. Novosti u liječenju LPR-a uključuju obaveznu primjenu nutritivne terapije, uz regulaciju stresa, te potrebu da se u multidisciplinarni tim, koji sudjeluje u liječenju oboljelih od LPR-a, uključe nutricionist, psiholog i psihijatar
    corecore