80 research outputs found

    Menentukan Polinomial Minimal Atas Gf P

    Full text link
    Let is finite field with elements, denoted by . If be an extension field of and is the algebra element of , then , polynomial of of smallest degree such that called minimal polynomial of . If is primitive element, then whose called primitive polynomial, is the minimal polynomial of whose generate the elements of .The minimal polynomial of whose generate the elements of is the factor of , because the elements of are the solution of . So, if and are known we have . If we factoring it, will be obtained , the minimal polynomial of whose generate the elements of , where is some irreducible factor in of degree that contain a primitive element

    Enhanching Students' Reading Comprehension Through Learning Cell Technique

    Full text link
    The aim of this research is to find out whether Learning Cell Technique can enhance students reading comprehension or not and to find out the improvement of each indicator of students' acheivement. This research was conducted by using Classroom Action Research. The subject of this research is the first year students of English Department of Unswagati Cirebon. The population of this research is 200 students and the sample of this research is 44 students. The technique of colecting the data used test and analyzed by using T-test of non-independent. This research was conducted only one cycle and will be continued to the next cycle. Based on the result of this research shows that (1) Learning Cell technique could enhance students' reading comprehension but it was still not significant in the first cycle, the result of Towas 1.789 and ttis 2.015. (2) Learning Cell technique can enhance students' reading comprehension for two indicators and two other indicators was still no enhancement.Based on the result of the research, it can be concluded that Learning Cell technique can enhance the students' reading comprehension. Key words: Reading Comprehension, Learning Cel

    Mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan Napza melalui Peran Serta Masyarakat

    Get PDF
    Pemerintah telah menunjukkan beberapa hasil nyata dalam upaya pencegahan peredaran gelapnapza serta penanggulangan penyalahgunaan napza melalui pengobatan secara medis. Namundemikian jumlah penylahgunaan napza dari tahun ke tahun semakin meningkat. Oleh karena ituupaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan pemberantasan peredaran gelapnapza perlu ditingkatkan dengan melibatkan secara optimal peran serta masyarakat. Untuk itulangkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : (1) melakukan pertemuan dengantokoh masyarakat lokal; (2) memberi pencerahan kepada tokoh masyarakat baik formal maupuninformal mengenai peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulanganpenyalahgunaan dan pemberantasan peredaran gelap napza yang tertuang dalam Bab III UU RINo.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan Bab XII UU RI No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika;(3) membentuk wadah dalam bentuk organisasi yang dikoordinasikan oleh BNN; (4) mendorongproses membangun kesadaran masyarakat, membangun sistem, menyusun pedoman, dan melaltih34 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011I. PENDAHULUANPada mulanya, narkoba atau napzamerupakan zat-zat yang sering digunakan untuktujuan medis atau kedokteran, sepertimenghilangkan rasa sakit, misalnya heroin yangditemukan oleh Hendrich Dresser pada tahun1875 (Utami,dkk;2006: 33). Heroin inidigunakan sebagai pengganti morfin untukmelakukan pembiusan. Semula, di duga tidakakan menimbulkan ketergantungan, namun baikheroin maupun morfin keduanya berasal dariopium malah menimbulkan ketergantungan yangsangat kuat. Jika zat-zat semacam inidigunakan bukan untuk keperluan medis tanpamengindahkan kaidah-kaidah medis atau dosisseharusnya dan digunakan secara tetap, padagilirannya dapat menimbulkan kerusakan fisik,mental, dan sikap hidup di masyarakat.Penggunaan yang seperti demikian disebutpenyalahgunaan napza atau drug abuse.Lebih lanjut Prini Utami mengemukakanbahwa di Indonesia, kasus penyalahgunaannapza mulai terjadi membesar pada tahun 70an,dimana pada tahun 1971 diperkirakan terdapat2.000 - 3.000 kasus ketergantungan obat diberbagai rumah sakit di Indonesia meskipun datastatistik pada waktu itu tidak memisahkanantara pengguna narkoba dengan alkohol. Untukitu pemerintah melakukan upaya penanggulanganterhadap penyalagunaan napza denganmengeluarkan Inpres Nomor 6 Tahun 1971Tentang Pembentukan Badan yang bertugasMengkoordinasikan Penanggulangan AntarDepartemen terhadap Masalah Narkotika.Jumlah penyalahgunaan narkoba atau napzameningkat dari tahun ke tahun secara cepat.Kasusnya seperti gunung es yang mencuatkepermukaan laut, sedangkan bagian terbesar dibawahnya tidak tampak. Menurut OrganisasiKesehatan Sedunia (WHO), jika terdata satukasus, berarti ada sepuluh kasus di sekitarnya,yang tidak terdeteksi (Anonim 2007: 48 - 49).Lebih lanjut dikemukakan angka kambuh daripecandu yang pernah dirawat pada pusat-pusatterapi dan rehabilitasi adalah 60 - 70 persen .Artinya, sebagian besar pecandu akan berulangkali dirawat dan kambuh lagi. Stigma dimasyarakat yang memandang penyalahgunaannapza sebagai pelaku kejahatan menyebabkanhanya 5 – 10 persen dirawat di Rumah Sakitatau Panti. Sebagian terbesar (90 persen) beradadi keluarga, sekolah, tempat kerja, danmasyarakat, atau penjara. Itu sebabnya di kotakotabesar di Indonesia tidak ada kabupaten,kecamatan, atau bahkan kelurahan bebas daripenyalahgunaan dan peredaran gelap napza. Selaindata mengenai angka kambuh pecandu napza, jugadikemukakan mengenai tingginya angka kematian.Menurut penelitian, paling sedikit 40 orang setiaphari di Indonesia meninggal karenatenaga-tenaga masyarakat agar handal; dan (5) memberi akses agar masyarakat mudahmenghubungi atau melapor apabila diduga ada tindak pidana yang berkaitan denganpenyalahgunaan napza

    Usulan Perancangan Key Performance Indicator (KPI) dengan Konsep Green HRM Menggunakan Perspektif Performance Prism dan Metode AHP pada Waris Cafe

    Get PDF
    – Dalam keberlangsungan suatu kinerja Perusahaan, pentingnya memiliki satuan baku dalam pengukuran kinerja Perusahaan. Jika Perusahaan tidak memiliki pengukuran kinerja, hal tersebut ternyata berdampak buruk bagi Perusahaan karena tidak adanya bahan evaluasi untuk memperbaiki kinerja Perusahaan terutama di bagian sumber daya manusia. Pada penelitian ini, dilakukan usulan perancangan KPI pada restoran Waris Café dengan menerapkan konsep Green HRM. Bertujuan untuk merancang kinerja Perusahaan dan turut serta menjaga keseimbangan lingkungan dengan melibatkan seluruh stakeholder restoran. Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan pakar, didapatkan 75 KPI secara keseluruhan yang terdiri dari tiap 5 stakeholder, dimana dalam tiap stakeholder memiliki 5 perspektif performance prism, dan dalam tiap 1 perspektif memiliki masing-masing 3 KPI. Dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process yang dibantu dengan software Super Decisions, didapatkan hasil bobot kepentingan stakeholder terpilih yaitu investor dengan bobot 30,38%. Bobot KPI pada tiap hirarki yaitu, stakeholder investor sebesar 0,1056 terdapat pada KPI peningkatan persentase pendapatan, pemasok sebesar 0,0993 terdapat pada KPI mekanisme quality control yang dilakukan diperketat, pelanggan sebesar 0,1047 terdapat pada KPI penentuan kualitas makanan yang disajikan, karyawan sebesar 0,1349 terdapat pada KPI efektivitas pemberian rewards dan compensation 10% dari pendapatan, regulator sebesar 0,1154 terdapat pada KPI mematuhi aturan yang ditetapkan pemerintah dalam proses bisnis yang dijalankan

    Optimasi Pupuk Dalam Usahatani LEISA Bawang Merah Di Dataran Rendah

    Full text link
    Usahatani bawang merah telah dianggap menggunakan input bahan kimia sintetik terlalu tinggi, sehingga perlu dicari teknologi alternatif yang lebih ramah lingkungan dengan mengganti sebagian input kimia sintetik dengan bahan alami, seperti bahan organik. Untuk itu, diadakan kegiatan penelitian di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana dari bulan Juni sampai dengan September 2003 menggunakan bawang merah varietas bangkok warso yang ditanam dengan jarak 17x17 cm. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan macam pupuk organik dan dosis pupuk NPK untuk meningkatkan hasil sayuran dalam USAhatani Leisa di dataran rendah. Rancangan percobaan menggunakan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuannya adalah kombinasi jenis pupuk organik (Oo = tanpa pupuk organik, O1= kompos ampas tebu dan O2 = bokasi jerami) dengan dosis pupuk NPK (Po = 0 kg/ha; P1 = 375 kg/ha; P2 = 750 kg/ha; P3 = 1.125 kg/ha, dan P4 = 1.500 kg/ha). Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada tanaman yang tidak diberi bahan organik, penggunaan pupuk NPK (15-15-15) kadar 375 kg/ha sudah meningkatkan bobot basah dan bobot kering bawang merah secara nyata. Pada tanaman yang diberi bahan organik ampas tebu, pemupukan NPK (15-15-15) dosis 375 kg/ha sudah memberikan kenaikan hasil bawang merah baik bobot basah maupun bobot kering secara nyata. Sedang penggunaan bahan organik bokasi jerami dengan pupuk NPK (15-15-15) dosis 375 kg/ha hanya meningkatkan bobot basah hasil bawang merah secara nyata.Optimization of vegetable production input in lowland under LEISA system. Production of shallot has been considered to use high chemical synthetic input, so there is a need to look for an alternative technology which is more environmentally safe by replacing some chemicals input with natural product such as organic matters. The experiment has been conducted in Kemukten, Kersana, Brebes from June up to September 2003 by using shallot variety bangkok warso that was planted at planting distance of 17x17 cm. The objective of this experiment was to find out kind of organic manure and dosage of NPK to increase yield of shallot under LEI SA system. The experimental arranged in a randomized complete block design with three replications. The treatments were the combination between kind of organic matters without organic matter, sugarcane waste, and fermented rice straw) with dosages of NPK (0 kg/ha; 375 kg/ha; 750 kg/ha; 1,125 kg/ha; and 1,500 kg/ha). The results showed that shallot plantation without organic matters combined with 375 kg/ha NPK (15-15-15) could improve fresh and dry crops weight significantly. The application of sugarcane waste in combination with 375 kg/ha NPK (15-15-15), significantly increased fresh and dry weight of the harvested crops, while application of fermented rice straw organic matters in combination with 375 kg/ha NPK (15-15-15) just improved the yield in term of fresh crops weight significantly

    Struktur Dan Integrasi Pasar Kopi Arabika Gayo Di Kabupaten Aceh Tengah Dan Bener Meriah

    Full text link
    Kopi Arabika Gayo merupakan komoditas utama di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Sebagian besar (86%) produksi kopi diekspor ke pasar dunia. Selama tahun 2006-2012, pergerakan harga kopi di tingkat eksportir mengalami kenaikan sebesar 17,18%, namun di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 1,73%. Penelitian ini bertujuan menganalisis struktur dan integrasi pasar kopi Arabika Gayo. Data yang digunakan merupakan data time series harga bulanan kopi selama tahun 2008-2012. Analisis struktur pasar ditentukan melalui rasio konsentrasi empat Perusahaan terbesar (CR4) dan hambatan masuk pasar melalui nilai skala efisiensi minimum (Minimum Efficiency Scale/MES). Analisis integrasi pasar menggunakan model yang telah dikembangkan oleh Ravallion (1986). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi rasio empat Perusahaan terbesar (CR4) di tingkat eksportir sebesar 71,12% dan terdapat hambatan masuk pasar yang ditunjukkan dengan nilai MES sebesar 28,53%. Karakteristik struktur pasar menunjukkan bahwa pasar terkonsentrasi dengan tingkat persaingan yang kecil. Struktur pasar yang terbentuk mengarah pada struktur pasar oligopsonistik dan terdapat lembaga pemasaran yang dominan dalam proses penentuan harga yaitu eksportir. Selain itu, analisis integrasi pasar menunjukkan bahwa pasar kopi di tingkat petani tidak terintegrasi dengan eksportir baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses penentuan harga petani cenderung sebagai penerima harga.Kata Kunci: Kopi Arabika Gayo, struktur pasar, integrasi pasar, harga, oligopsonistikArabica Gayo Coffee is the main commodity of Central Aceh and Bener Meriah regencies. Almost 86 percents of coffee bean produced from those areas is exported to the world market. Though the coffee price increased 17.18 percent at the exporter level during 2006 to 2012, but at the farm level the price of coffee decreased 1.73 percent. The purpose of this study was to analyze the structure and integration market of Arabica Gayo coffee. The data used was monthly time series of prices during 2008 to 2012. The analysis of market structure is determined by the concentration ratio of four large firms (CR4) and barriers to market entry through the Minimum Efficiency Scale (MES) value. The analysis of market integration used models that have been developed by Ravallion (1986). Research results showed that the market concentration ratio (CR4) at the exporter level was 71.12 percents and there were barriers to enter the Arabica Gayo coffee market with MES of 28.53 percents. These structural characteristics indicated that market structure is concentrated with a small level of competition. The market structure is oligopsonistic and there is a single marketing institution which determine the Arabica Gayo coffee price. This single institution is exporter. In addition, analysis of market integration showed that the coffee market at the farm level was not integrated with the exporter level in the long and short term. These analysis showed that the farmers are price taker

    Rancangan Perencanaan Produksi Jenis Produk Make To Order dengan Pendekatan Simulasi Sistem Dinamik

    Full text link
    - Perencanaan produksi merupakan strategi jangka menengah yang dapat mengoptimalkan implementasi industri. Produktivitas tinggi menjelaskan bahwa kinerja perencanaan produksi berjalan dengan baik. Penentuan jumlah tenaga kerja yang optimal untuk menghasilkan satu unit produk juga harus dipertimbangkan secara ilmiah dan tidak melalui percobaan atau intuisi sebuah industry. Selain itu, penentuan jumlah kebutuhan material juga harus direncanakan sesuai dengan jumlah pesanan yang diterima industri. Jika jumlah kebutuhan material teridentifikasi, maka industri dapat dengan mudah menentukan biaya produksi untuk memenuhi permintaan agar bisa selesai tepat waktu sesuai dengan waktu yang dijanjikan.Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk merancang perencanaan produksi produk sesuai pesanan. Tujuan spesifik dari penelitian ini adalah: (1) Tentukan waktu standar pembuatan satu unit produk dengan metode clock-stop, (2) tentukan jumlah optimal kebutuhan operator di setiap stasiun kerja dengan pendekatan algoritma Lang, dan (3) menentukan prediksi kebutuhan kuantitas material dan biaya produksi dengan pendekatan simulasi sistem yang dinamis.Hasil penelitian ini adalah: (1) waktu baku untuk membuat satu pintu unit adalah 279,41 menit atau 4,66 jam, (2) Algoritma Penjadwalan Resource yang terbatas dengan metode Lang menunjukkan bahwa waktu yang digunakan untuk membuat satu pintu lebih dari 179,4 menit. Perhitungan Lang menggunakan algoritma menghasilkan waktu penyelesaian produksi lebih cepat dari pada kondisi saat ini dalam jumlah 203,4 menit dan (3) kebutuhan bahan untuk membuat satu pintu adalah: 0,5 kayu lapis 16 mm, 12 mm 0,5 lapis kayu lapis, kayu lapis 18 1,05 mm , dan 0,15 8 lem kuku dan tunas. Biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu pintu adalah USD 1,033,287.50 berdasarkan metode simulasi sistem dinamis.Kata Kunci – Waktu Baku, Penjadwalan Sumber Daya, Biaya, Algoritma Lang, Simulasi Sistem Dinami

    Implementasi Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Belanja Kementerian Pertanian Sektor Pertanian Tahun 2005-2012

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan 1) menganalisis kesesuaian dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAK/L) yang disusun oleh Kementerian Pertanian dengan konsep penganggaran terpadu, Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) serta 2) menganalisis pengaruh alokasi anggaran untuk program penelitian dan penyuluhan pertanian; program infrastruktur pertanian; program peningkatan produksi dan produktivitas pertanian; serta subsidi benih dan pupuk terhadap pertumbuhan PDB. Metode analisis yang digunakan adalah analisis gap dan analisis regresi berganda. Hasil analisis gap menunjukkan bahwa masih ada beberapa kendala dalam penerapan konsep penganggaran terpadu, PBK dan KPJM yang mengakibatkan kesenjangan parsial dengan ketentuan yang berlaku, sedangkan hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa alokasi anggaran Kementerian Pertanian untuk program penelitian pertanian, pengembangan dan penyuluhan serta program peningkatan produksi dan produktivitas pertanian berpengaruh negatif secara signifikan terhadap pertumbuhan PDB di sektor pertanian. Jadi pemerintah perlu memperhatikan alokasi anggaran pemerintah yang terkait erat dengan pelaksanaan program yang ada di Kementerian Pertanian
    • …
    corecore