3 research outputs found

    Pendidikan karakter perspektif Imam Al Ghazali dan Soemarno Soedarsono

    Get PDF
    Pendidikan karakater merupakan sebuah proses yang tiada henti (never ending) dalam pelaksanaanya di sebuah negara demokrasi seperti Indonesia. Melihat nilai-nilai yang ada dan sudah dirancang oleh Pemerintah akan tetapi belum ada dampak yang konkrit yang bisa diangkat menjadi faktor suksesnya program pendidikan karakter, merupakan alasan bagi peniliti untuk mencari tahu lebih dalam tentang pendidikan karakter. Krisis karakter yang terjadi saat ini sudah waktunya untuk menggugah para pemegang kekuasaan dan para pendidik untuk mengambil akselerasi terobosan dan cara menanggulangi krisis ini. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan pemahaman atau persepsi tentang pendidikan karakter dua tokoh yang berbeda zaman, yaitu Imam al-Ghazali yang hidup pada zaman akhir Dinasti Abbasiyah yang dikenal sebagai masa kejayaan Islam, dan Soemarno Soedarsono yang merupakan salah satu penggagas munculnya pendidikan karakter di Indonesia pada tahun 2010. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, di mana teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan metode dokumentasi yang dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Sedangkan analisis yang digunakan adalah analisis isi dan interpretasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pendidikan karakter perspektif Imam al-Ghazali dan Soemarno Soedarsono mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaanya ada pada dasar pendidikan karakter yaitu keduanya menempatkan keyakinan dan ketuhanan yang bersumber pada al-Quran dan al-Hadith. Sedangkan perbedaannya pada tujuan dan tahap pendidikan karkater; Imam al-Ghazali memandang bahwa tujuan pendidikan karkater adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan ada 2 tahapan pendidikan karakter yaitu ta’d{ib dan riyad{oh atau jalan sufi. Sedangkan tujuan dan tahapan pendidikan karakter menurut Soemarno Soedarsono adalah membentuk kesadaran pribadi dan sosial yang mempunyai 4 tahapan yaitu; 1) Ketahanan Pribadi, 2) Ketahanan Keluarga, 3) Ketahanan Lingkungan, 4) Ketahanan Nasional

    HONG KONG AND NEW ZEALAND LEARNING ASSESSMENT SYSTEM (Literature Study and Inspiration for Learning Assessment of Islamic Religious Education in Indonesia)

    No full text
    The learning assessment process is still an interesting discussion theme, especially with the presence of the term AfL (Assessment for Learning) which is a development of the AoL (Assessment of Learning) concept. The purpose of this article is to describe the implementation of AfL in two different regions, Hong Kong and New Zealand with the indication that there are several studies showing that AfL is running well in these two regions. The results of the description are then linked to the context of the assessment of Islamic Religious Education learning in Indonesia today. This research is a literature study with a qualitative model that begins with the search for sources (heuristics), assessment (criticism) and construction. As a result, Hong Kong presents an assessment system in the form of BCA (Basic Competency Assessment) and SBA (School-Based Assessment); while New Zealand implemented several policies to strengthen the implementation of this AfL. When referring to the implementation of AfL in the two regions, Indonesian Islamic Education requires teachers who are prepared and competent in carrying out the assessment. The Islamic Religious Education assessment system is very detailed and clear, but teachers are still not able to apply it
    corecore