7 research outputs found
PENGARUH PENUNDAAN PEMERIKSAAN UJI KUALITAS AIR SUMUR GALI TERHADAP ANGKA MPN COLIFORM
Air bersih sangat penting bagi kehidupan manusia. Sehingga harus memenuhi persyaratan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per /IX/1990 tentang Syarat- Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi, dan radioaktif. Syarat secara mikrobiologi harus bebas dari mikroorganisme patogen maupun non-patogen. Persyaratan yang berkaitan langsung dengan kesehatan adalah Angka MPN coliform total dan coliform tinja termasuk Escherichia coli. Pemeriksaan parameter ini dilakukan di Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) Laboratorium Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, terhadap sampel air bersih yang diambil dan dikirim oleh Sanitarian Puskesmas. Berdasar latar belakang tersebut penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penundaan pemeriksaan uji kualitas air sumur gali terhadap angka MPN coliform.
Cara pengujian kualitas air bersih atas indikasi pencemaran menggunakan parameter angka MPN coliform metode tabung ganda dengan media Lactose Broth (LB), Brilian Green Lactose Broth (BGLB) dan EC Mug. Sebagai sampel adalah air sumur gali dengan angka MPN coliform
< 50/100 ml di Kelurahan Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogyakarta yang diambil secara acak sebanyak 30 sampel dan telah dilaksanakan pada Desember 2018.
Hasil penelitian menerangkan bahwa Fpenundaan pemeriksaan uji kualitas air sumur gali tidak berpengaruh terhadap Angka MPN coliform.
Dengan rerata angka MPN coliform pada air sumur gali yang segera diperiksa setelah pengambilan sampel adalah 10/100 ml.
Dan rerata angka MPN coliform pada air sumur gali dengan penundaan 2, 4, 6 dan 8 jam setelah pengambilan sampel masing-masing adalah 18/100 ml, 22/100 m, 26/100 ml dan 35/100 ml.
Kata kunci : air sumur gali, angka MPN coliform
PENGGUNAAN PLASMA EDTA 10% SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI PLASMA SITRAT 3,8% PADA TES KOAGULASE BAKTERI Staphylococcus aureus
Latar Belakang :Staphylococcus aureus merupakan bakteri berbentuk kokus, gram positif, dan flora normal pada manusia. Namun, jika jumlahnya berlebih maka akan bersifat pathogen dan menimbulkan infeksi seperti staphylococcal scalded skin syndrome, peradangan dan pneumonia. Upaya pencegahan infeksi dilakukan sedini mungkin, salah satu cara untuk mendiagnosa bakteri ini adalah dengan uji koagulase, Uji koagulase dapat menggunakan plasma sitrat 3,8% dan dapat juga menggunakan plasma EDTA 10%, tetapi di lapangan plasma EDTA 10% lebih banyak tersedia, dan mudah dalam pengadaan, meskipun waktu terbentuknya gumpalan dengan menggunakan plasma sitrat lebih cepat dibanding dengan plasma EDTA 10% dikarnakan fibrinogen yang terbentuk pada plasma sitrat lebih cepat dari pada di dalam plasma EDTA 10%.
Tujuan Penelitian:Mengetahui plasma EDTA 10% dapat digunakan sebagai alternatif pengganti plasma Sitrat 3,8% untuk uji koagulase bakteri staphylococcus aureus.
MetodePenelitian:Penelitian ini adalah quasy experiment dan dua jenis sampel. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018. Subjek diperoleh dari BLK Yogyakarta dan objek diperoleh dari darah manusia. Sampel dengan jumlah 60 data. Analisis data menggunakan independent sample T-tes.
Hasil Penelitian:Rata-rata waktu terbentuknya gumpalan menggunakan plasma EDTA 10% 10,3 detik, sedangkan rata-rata waktu terbentuknya gumpalan menggunakan plasma Sitrat 3,8% 9,1 detik. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara menggunakan plasma EDTA 10% dengan plasma Sitrat 3,8% pada uji koagulase bakteri Staphylococcus aureus (P=0,003), tetapi perbedaan tidak mengganggu pengeluaran hasil karena hanya berselisih 1,2 detik saja, hasil di uji efektifitas dan didapat hasil 88% artinya plasma EDTA 10% cukup efektif sebagai Alternatif pengganti plasma Sitrat 3,8% dan dilihat dari hasil makroskopis dan mikroskopis di mana didapat hasil gumpalan yang hampir sama antara menggunakan plasma EDTA 10% dan plasma Sitrat 3,8%.
Kesimpulan : Plasma EDTA 10% dapat digunakan sebagai alternatif pengganti plasma sitrat 3,8% pada tes koagulase bakteri Staphylococcus aureus.
Kata kunci:Tes koagulase., Staphylpcocus aureus, Plasma sitrat 3,8%, Plasma EDTA 10
DAYA HAMBAT MINYAK ATSIRI SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L. Rendle) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida albicans
DAYA HAMBAT MINYAK ATSIRI SEREH WANGI
(Cymbopogon nardus L. Rendle) TERHADAP PERTUMBUHAN
JAMUR Candida albicans
Cyentia Vira Damayanti1, R. Fx. Saptono Putro2, Siti Zainatun Wasilah.3
1,2,3 Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Ngadinegaran MJ III/62 Yogyakarta, 55143, Telp. (0274) 374200/375228
Email : [email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang: Kandidiasis merupakan suatu penyakit kulit akut dan subakut yang disebabkan oleh jamur intermediate yang menyerang berbagai jaringan tubuh seperti kulit, kuku, selaput lendir dan alat-alat dalam. Jamur penyebab kandidiasis adalah jamur golongan Candida terutama Candida albicans. Sereh wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle) merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional yang mengandung Sitronellal, Geraniol, Sitronellol, Geraniol Asetat, Sitronellol Asetat, L-Limonene, Elenol, Elemen dan Cadinene.
Tujuan: Mengetahui daya hambat minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans.
Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain Post Test Only Control Group Design. Subyek penelitian ini adalah jamur Candida albicans berumur 24 jam yang diinokulasi pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan diberi minyak atsiri sereh wangi yang diresapkan pada disk cakram dengan metode difusi Kirby Bauer dengan delapan kali pengulangan untuk setiap konsentrasi minyak atsiri sereh wangi, kontrol positif yaitu ketokonazol 1 % dan kontrol negatif yaitu Carboxy Methyl Cellulose (CMC) 1 %. Konsentrasi minyak atsiri sereh wangi yang digunakan yaitu 0,5 %, 1,0 %, 1,5%, dan 2,0 %. Pengamatan adanya aktivitas minyak atsiri sereh wangi dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat menggunakan jangka sorong. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan One Way Anova.
Hasil: Rerata zona hambat dari konsentrasi 0,5 %, 1,0%, 1,5 %, dan 2,0 % adalah 8,64 mm, 11,54 mm, 17,04 mm, dan 17,67 mm. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri sereh wangi maka semakin besar diameter daya hambat yang terbentuk. Konsentrasi minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle) memiliki daya hambat sebagai antifungi terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans secara optimal pada konsentrasi 2,0 %.
Kesimpulan: Minyak atsiri sereh wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle) mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans.
Kata kunci : Minyak atsiri sereh wangi, jamur Candida albicans, diameter zona hamba
UJI AKTIVITAS MINYAK ATSIRI BUNGA CENGKEH (Syzygium aromaticum L.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN JAMUR Candida albicans SECARA IN VITRO
Latar Belakang : Indonesia adalah dengan iklim tropis dan kelembapan yang tinggi, dimana menjadi salah satu faktor penyebab infeksi jamur kulit termasuk kandidiasis. Kandidiasis disebabkan oleh jamur Candida terutama Candida albicans. Berbagai obat antijamur dapat digunakan untuk mengobati kandidiasis, baik obat kimia maupun tradisional. Faktor keamanan dan pertimbangan harga menjadi nilai jual peningkatan penggunaan obat tradisional. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah cengkeh. Cengkeh mengandung minyak atsiri 10β20% yang memiliki senyawa eugenol 81,2% dan berperan sebagai antijamur.
Tujuan : Mengetahui adanya aktivitas minyak atsiri bunga cengkeh dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.
Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain Post Test Only Control Group Design. Subyek penelitian adalah jamur Candida albicans berumur 24 jam, diinokulasi pada media SDA dan diberi minyak atsiri bunga cengkeh konsentrasi 0,5%, 1,0%, 1,5% dan 2,0% yang diresapkan pada disk cakram, termasuk ketokonazol 1% sebagai kontrol positif dan CMC 1% sebagai kontrol negatif. Pengamatan adanya aktivitas minyak atsiri bunga cengkeh dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat menggunakan jangka sorong. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan One Way Anova.
Hasil : Rerata diameter zona hambat yang dihasilkan minyak atsiri bunga cengkeh konsentrasi 0,5%, 1,0%, 1,5% dan 2,0% secara berurutan adalah 7,79 mm, 12,02 mm, 12,80 mm dan 13,96 mm. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri bunga cengkeh, semakin besar diameter zona hambat jamur Candida albicans yang terbentuk. Hasil uji statistik menunjukkan adanya aktivitas antifungi minyak atsiri bunga cengkeh dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dengan konsentrasi optimal sebesar 2%.
Kesimpulan : Minyak atsiri bunga cengkeh memiliki aktivitas dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.
Kata Kunci : Minyak atsiri bunga cengkeh (Syzygium aromaticum L.), jamur Candida albicans, diameter zona hamba
PENGARUH PENUNDAAN PEMERIKSAAN UJI KUALITAS AIR SUMUR GALI TERHADAP ANGKA MPN COLIFORM
Air bersih sangat penting bagi kehidupan manusia. Sehingga harus memenuhi persyaratan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per /IX/1990 tentang Syarat- Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi, dan radioaktif. Syarat secara mikrobiologi harus bebas dari mikroorganisme patogen maupun non-patogen. Persyaratan yang berkaitan langsung dengan kesehatan adalah Angka MPN coliform total dan coliform tinja termasuk Escherichia coli. Pemeriksaan parameter ini dilakukan di Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) Laboratorium Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, terhadap sampel air bersih yang diambil dan dikirim oleh Sanitarian Puskesmas. Berdasar latar belakang tersebut penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penundaan pemeriksaan uji kualitas air sumur gali terhadap angka MPN coliform.
Cara pengujian kualitas air bersih atas indikasi pencemaran menggunakan parameter angka MPN coliform metode tabung ganda dengan media Lactose Broth (LB), Brilian Green Lactose Broth (BGLB) dan EC Mug. Sebagai sampel adalah air sumur gali dengan angka MPN coliform
< 50/100 ml di Kelurahan Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogyakarta yang diambil secara acak sebanyak 30 sampel dan telah dilaksanakan pada Desember 2018.
Hasil penelitian menerangkan bahwa penundaan pemeriksaan uji kualitas air sumur gali tidak berpengaruh terhadap Angka MPN coliform.
Dengan rerata angka MPN coliform pada air sumur gali yang segera diperiksa setelah pengambilan sampel adalah 10/100 ml.
Dan rerata angka MPN coliform pada air sumur gali dengan penundaan 2, 4, 6 dan 8 jam setelah pengambilan sampel masing-masing adalah 18/100 ml, 22/100 m, 26/100 ml dan 35/100 ml.
Kata kunci : air sumur gali, angka MPN coliform