11 research outputs found

    Perbandingan Orientasi Nilai Budaya Tokoh Protagonis Pada Dongeng Joko Kendhil, Joko Tarub, Dan Bandung Bondowoso

    Get PDF
    Penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab tiga persoalan pokok. Pertama bagaimanakah karakterisasi masing-masing tokoh protagonis pada ketiga dongeng yang diteliti. Kedua bagaimanakah orientasi nilai-budaya masing-masing tokoh. Dan ketiga apakah amanat utama yang terdapat pada masing-masing dongeng tersebut berkaitan dengan karakter dan orientasi nilai-budaya tokoh-tokoh protagonisnya. Tujuan penelitian ini ialah untuk memperoleh gambaran umum persamaan dan perbedaan karakter serta orientasi nilai-budaya tokoh-tokoh protagonis pada ketiga dongeng yang diteliti, untuk selanjutnya menemukan amanat yang terdapat pada masing-masing dongeng. Selain itu penelitian ini juga dilaksanakan untuk menggali nilai-nilai budaya yang dapat dikembangkan dalam kerangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dari ketiga dongeng di atas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif Ada pun langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1) menentukan objek penelitian. Sebagai objek penelitian adalah dongeng Joko Kendhil. Joko Tarub, dan Joko Bandung Bondowoso. 2) menganalisis objek penelitian dengan memanfaatkan teori karakterisasi tokoh dalam cerita rekaan dan kerangka orientasi nilai-budaya yang ditulis Kluckhohn. 3) menyimpulkan dan menyusun laporan. Tokoh Joko Kendhil dikarakterisasikan memiliki bentuk fisiologis yang berubah-ubah. Secara sosiologis Joko Kendhil berasal dari keturunan bansawan yang memilih tinggal di tempat terpencil. Secara psikologis tokoh Joko Kendhil memiliki perwatakan datar (a flat character), selalu dikarakterisasikan sebagai tokoh yang baik tidak berubah dari awal sampai akhir cerita. Tokoh Joko Tarub dikarakterisasikan secara fisiologis tampan dan kuat. Secara sosiologis ia juga keturunan ningrat, tetapi sejak kecil dibuang orang tuanya ke hutan. Secara psikologis tokoh Joko Tarub dikarakterisasikan sebagai tokoh bulat (a round character). Pada masa mudanya ia digambarkan sebagai pemuda yang cerdas, licik, dan tidak peduli dengan orang lain. Ketika sudah tua tokoh Joko Tarub dikarakterisasikan sebagai tokoh yang baik, mumpuni, dan menjadi seorang ayah dan guru yang baik. T:Jkoh Joko Bandung Bondowoso dikarakterisasikan secara fisiologis tampan, gagah dan kuat. Secara sosiologis tokoh Bnadung Bondowoso adalah orang biasa yang dapat mencapai kedudukan tinggi (menjadi raja). Secara psikologis, tokoh Joko Bandung dikarakterisasikan sebagai tokoh bulat (a round character)

    STUDI POTENSI TENAGA KERJA DI BIDANG PARIWISATA

    Get PDF
    Kemajuan yang pesat di bidang kepariwisataan di Indonesia pada umumnya menuntut kesiapan kerja di berbagai bidang seperti akomodasi, rumah makan, biro perjalanan dan jasa pramuwisata. Dari hasil studi tentang potensi tenaga kerja pariwisata akan dapat ditunjukkan seberapa jauh kesiapan kerja tenaga kerja pariwisata dalam menghadapi visi Pariwisata 2000. Tenaga kerja pariwisata masih kurang/belum potensial seperti yang diharapkan. Permasalahan ini dirasakan oleh Pengelola rumah makan dan Biro Perjalanan. Kurang potensialnya tenaga kerja pariwisata tidak hanya berlatar belakang tingkat pendidikan, tetapi juga berasal dari pihak manajemen yang kurang/belum memperhatikan aspek kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem penggajian dan kesempatan karyawan meningkatkan diri. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak menjamin hasil kerja yang baik, walaupun pendidikan merupakan persyaratan untuk mendapatkan pekerjaan. Dalam bidang jasa akomodasi (perhotelan) terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi oleh hotel melati berbeda dengan permasalahan yang dihadapi oleh hotel berbintang. Letak perbedaannya terkait dengan besarnya modal investasi, pangsa pasar dan visi yang diinginkan

    BAHASA WALIKAN DI DESA KALIANYAR KECAMATAN KAPAS, KABUPATEN BOJONEGORO (SEBUAH STUDI ANALISIS SOSIOLINGUISTIK)

    Get PDF
    Skripsi 1n1 merupakan hasil penelitian tentang perilaku berbahasa "kawula muda" di Desa Kalianyar, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang memodifikasi Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-harinya menjadi sistem ujaran yang unik, yaitu yang mereka sebut sebagai "Bahasa Walikan". Tulisan ini akan membahas masalah struktur bahasa dan sekaligus masalah sosiologi bahasanya. Pembahasan masalah struktur bahasa menyangkut cara pembentukan atau kaidah yang dipakai dalam membentuk tiaP-tiap tipe kata di dalam Bahasa Walikan. Pembahasan mengenai sosiologi bahasa meliputi: latar belakang sejarah, wilayah bahasa dan jumlah penutur, partisipan dan personanya, sasaran dan isi pembicaraan, setting, dan sikap bahasanya

    Kendala Kendala Learner Non•Native Speakers Ketika Belajar Bahasa Indonesia Pada Program Bipa (Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing)

    Get PDF
    Kendala Kendala Learner Non•Native Speakers Ketika Belajar Bahasa Indonesia Pada Program Bipa (Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing

    KEKERABATAN BAHASA-BAHASA MINAHASA DI PROPINSI SULAWESI UTARA

    No full text
    Tujuan penelitian ini adalah: (1) melakukan rekonstruksi kualitatif pada bahasa-bahasa di Minahasa, yaitu hubungan kekerabatan bahasa Tondano (Tnd), Tonsea (Tns),Tombulu (Tmb), dan Tontemboan (Tnt); (2) melakukan rekonstruksi kuantitatif hubungan kekerabatan bahasa-bahasa Minahasa dengan menggunakan penghitungan leksikostatistik. Kajian ini berdasarkan pada data 107 kosa kata dasar bahasa Tnd, Tns, Tmb, dan Tnt. Data dianalisis dengan metode rekonstruksi kualitatif dan kuantitatif. Inovasi bahasa Tnd, Tns, Tmb, dan Tnt menunjukkan adanya relasi dua subkelompok bahasa. Kelompok pertama adalah bahasa Tnd dan Tns dan kelompok kedua adalah bahasa Tmb dan Tnt. Dari hasil penghitungan leksikostatistik, persentasi kognat menunjukkan bahwa hal itu merupakan relasi dialek dari bahasa yang sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahasa Tnd, Tns, Tmb, dan Tnt di Minahasa diturunkan oleh bahasa yang sama, yaitu Etimon Proto Minahasa

    Kesetaraan Gender Dalam Cerita Anak-Anak Klasik Produksi Walt Disney Dan Cerita anak-Anak Klasik Indonesia

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan (1) Bagaimanakah pola hubungan peran tokoh laki-laki dan perempuan cerita-cerita klasik Walt Disney maupun cerita klasik Indonesia?dan (2) Bagaimanakah penggambaran konsep-konsep perempuan yang terdapat pada cerita-cerita klasik Walt Disney maupun cerita klasik Indonesia? Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk membuat perbandingan antara cerita klasik intemasional yang telah dipublikasikan Walt Disney dengan cerita klasik Indonesia. Adapun materi yang hendak diperbandingkan dengan cara melihat persamaan-persamaan dan perbedaannya. antara lain meliputi (I) Pola hubungan antara peran tokoh laki-laki dan perempuan. Fokus yang akan diteliti lebih menitikberatkan analisa pada hubungan antara pemeran-pemeran utamanya

    Problematlka Kendala Pemerolehan Informasi Verbal Seputar Issue Global Warming Bagi Masyarakat Monolingual Sekitar Hutan Di Kabupaten Bojonegoro Dan Tuban

    Get PDF
    Penelitian yang berjudul “Problematika Kendala Pemerolehan Informasi Verbal Seputar Issue Global Wanning. bagi Masyarakat Monolingual Sekitar Hutan Di Wilayah Kabupaten Bojonegoro dan Tuban ini mencoba melihat realitas kesenjangan perolehan informasl penting larkait dengan persoalan kruslal, yaitu kelestarian lingkungan hidup dan Global Wanning. Kenyataan yang ada sekarang. bahwa Issue global mengenai pentingnya pemeliharaan lingkungan hidup maupun bagaimana upaya meredam pemanasan global yang terjadi di berbagai belahan dunia saat inl bahkan belum menyentuh dalam wacana pengetahuan banyak kalangan masyarakat monolingual 'sekitar hutan di wilayah Kabupaten Bojonegoro dan'Tuban. Padahal kelompok mereka Inl merupakan orang-orang yang bersentuhan langsung dengan ekologl alam. Apabila mendapatkan infonnasi yang benar mengenai parsoalan kelestarian lingkungan hidup dan global wanning. tentu mereka merupakan lapisan potensIal yang dapat menjaga kelestarlan ekologl hutan dl sekltar kehidupan mereka. Sebaliknya. kelompok tersebut justru potensial menjadi perusak ekologi hutan serta andil delam terjadinya proses pemanasan global. jika informasi seputar persoalan tersebut tidak mereka peroleh dengan benar dan memadai. Sasaran penelitian ini adalah berbagai kalangan masyarakat monolingual sekitar hutan yang tersebar di sepanjang area! hutan jati di wilayah Kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Dari hasil kajian ini diketahui bahwa bahwa media maupun cara paling efektif yang dapat menumbuhkan pemahaman dan kesadaran terhadap issue seputar pemeliharaan Ilngkungan hidup dan Global Warming bagi masyarakat monolingual yang tinggal di sekitar hutan adalah bukan dalam bentuk sekedar infonnasi metalui media tertentu maupun sosialisasi saja. Cara yang paling efektif dan terbukti berhasil adalah melalui kegiatan-kegiatan kongkrit yang melibatkan mereka secara langsung dalam aktivitas pelestarian hutan: Sebagai contoh adalah melalui program kemitraan dengan pihak Perhutani dalam kegiatan pengelolaan hutan bersama

    Kajian Potensi Pemakaian Struktur Kalimat Non Imperatif dan Performatif Untuk Fungsi Direktif Dalam Tindak Tutur Bahasa Jawa

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan (1) Bagaimanakah gambaran umum penggunaan struktur kalimat bukan inperatif atau performatif untuk fungsi direktif dalam tindak tutur bahasa jawa? (2) Selain imperative dan performatif, modus-modus kalimat apa saja yang bisa digunakan sebagai fungsi direktif dalam tindak tutur bahasa Jawa? Secara umum pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana penggunaan modus-modus direktif selain konstruksi imperative dan performatif dalam tindak tutur bahasa Jawa. Untuk itu, hal-hal yang menjadi tujuan pengungkapan persoalan penelitian ini meliputi penjabaran cara pengungkapan bentuk-bentuk kalimat bukan imperative atau performatif untuk fungsi direktif dalam tindak tutur bahasa Jawa dialek Surabaya. Eksplorasi berbagai modus penuturan yang sering digunakan untuk fungsi direktif dalam tindak tutur bahasa Jawa, yang bukan merupakan penuturan imperative dan performatif

    KAJIAN POTENSI PEMAKAIAN STRUKTUR KALIMAT NON IMPERATIF DAN PERFORMATIF UNTUK FUNGSI DIREKTIF DALAM TINDAK TUTUR BAHASA JAWA

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan (1) Bagaimanakah gambaran umum penggunaan struktur kalimat bukan imperatif atau permormatif untuk fungsi direktif dalam tindak tutur bahasa Jawa? (2) Selain imperatif dan performatif, modus-modus kalimat apa saja yang bisa digunakan sebagai fungsi direktif dalam tindak tutur bahasa Jawa? Secara umum pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana penggunaan modus-modus direktif selain konstruksi imperatif dan performatif dalam tindak tutur bahasa Jawa. Untuk itu, hal-hal yang menjadi tujuan pengungkapan persoalan penelitian ini meliputi penjabaran cara pengungkapan bentuk-bentuk kalimat bukan imperatif atau performatif untuk fungsi direktif dalam tindak tutur bahasa Jawa dialek Surabaya. Eksplorasi berbagai modus pertuturan yang sering digunakan untuk fungsi direktif dalam tindak tutur bahasa Jawa, yang bukan merupakan pertuturan imperatif dan performatif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan harapan akan bisa diperoleh gambaran lebih rinci berkaitan dengan subjek yang diteliti, yaitu mengenai pemakaian tindak tutur direktif yang digunakan dalam bahasa Jawa dialek Surabaya. Peneliti mengadakan kajian data kebahasaan yang berupa kaset rekaman ludruk Surabaya, karena pada dasarnya kaset rekaman cerita ludruk merupakan potret pemakaian bahasa riil masyarakat Surabaya yang juga menggambarkan berbagai setting sosiolinguistik dan pragmatik secara jelas dan gamblang. Berkaitan dengan banyaknya kaset cerita ludruk Surabaya yang ada, peneliti tidak melakukan penentuan sampel secara kuantitatif Dengan kata lain, tidak diadakan pembatasan jumlah kaset maupun pemilihan kelompok ludruk tertentu sebagai sampel. Peneliti justru akan mengkaji berbagai kaset rekaman cerita ludruk yang ada guna menjaring keberagaman tindak tutur direktifnya. Pada pemakaian bahasa Jawa dialek Surabaya, fungsi direktif dapat ditemukan modus-modus pertuturan berikut: pernyataan keinginan, pernyataan saran, modus bertanya, modus pemberian isyarat, dan nglulu. Pernyataan keinginan, yaitu perintah atau permintaan kepada mitra tutur yang diungkapkan dengan pernyataan keinginan terhadap sesuatu. Keinginan yang diungkapkan kepada mitra tutur ini bisa pernyataan keinginan penutur terhadap sesuatu, atau pernyataan keinginan penutur supaya mitra tutur melakukan sesuatu. Pernyataan saran, yaitu suatu perintah atau suruhan penutur pada mitra tutur, yang diungkapkan dengan mengemukakan saran tertentu. Ungkapan pernyataan saran ini umumnya digunakan untuk tujuan memperhalus nilai imperatif yang akan disampaikan pada mitra tutur. Sebaliknya, pemakaian ungkapan saran justru bisa digunakan untuk mempertegas nilai imperatif yang akan disampaikan pada mitra tutur. Modus bertanya, yaitu permintaan atau perintah kepada mitra tutur yang diungkapkan dengan mengajukan pertanyaan kepada mitra tutur itu. Dalam pemakaian tindak direktif bahasa Jawa, modus bertanya bisa dibedakan atas: (a) Persiapan bertanya, yaitu mengajukan pertanyaan dahulu kepada mitra tutur, bisa atau tidak kalau seandainya penutur akan minta tolong atau menyuruh dia melakukan suatu tindakan. (b) Bertanya tentang sesuatu, yaitu mengajukan pertanyaan murni terhadap suatu obyek tertentu, padahal maksud sesungguhnya supaya mitra tutur mau melakukan sesuatu berkaitan dengan apa yang ditanyakannya itu. (c) Pemberian saran, yaitu mengajukan sebuah saran yang berbentuk pertanyaan terhadap mitra tutur, dengan tujuan supaya mitra tutur bertindak sesuai dengan saran yang diajukan tersebut. (d) Sindiran, penutur mengungkapkan sindiran kepada mitra tutur dalam bentuk kalimat tanya, supaya mitra tutur melakukan sesuatu seperti apa yang disindirkan kepadanya. (e) Mengingatkan, yaitu bertanya kepada mitra tutur seperti orang yang sedang mengingatkan, bahwa mitra tutur sudah melakukan sesuatu atau belum. Meskipun demikian tujuannya supaya mitra tutur segera melakukan sesuatu berkaitan dengan apa yang sedang diingatkan kepadanya itu. Modus pemberian isyarat_pada saat menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu tindakan tertentu, penutur mengungkapkannya dengan bentuk kalimat berita yang berisi sebuah isyarat. Isyarat yang disampaikannya merupakan gambaran situaional yang berhubungan dengan sesuatu yang dikehendaki sebenarnya. Nglulu, yaitu perintah kepada mitra tutur yang diungkapkan dengan sebuah pernyataan kebalikan dengan fakta yang dikehendaki sebenarnya. Jika seandainya penutur menyuruh pergi mitra tutur, berarti sebenarnya penutur menghendaki supaya mitra tutur tidak pergi
    corecore