18 research outputs found

    Perbandingan Orientasi Agregat Campuran Aspal Yang Dipadatkan Menggunakan Alat Pemadat Roda Gilas (Aprs) Dan Marshall Hammer

    Get PDF
    Suatu alat pemadat dapat dikatakan baik apabila alat tersebut dapat mendistribusikan beban secara merata, baik dengan memberikan beban secara digilas maupun secara vertikal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui orientasi agregat dan distribusi void yang dipadatkan menggunakan alat APRS (Alat Pemadat Roda Gilas) dan Marshall Hammer. Penelitian ini menggunakan variasi kadar aspal 4,5% ; 5% ; 5,5% ; 6% ; 6,5% dan 7% terhadap total berat agregat untuk menentukan kadar aspal optimum. Sedangkan pada pembuatan campuran AC – WC. Pada penelitian orientasi agregat benda uji dipotong secara vertikal dan horizontal untuk melihat pergerakan agregat setiap masing-masing alat pemadat. Prosedur analisa orientasi agregat ini dibantu dengan menggunakan batu sintetis yang diletakan pada campuran aspal. Fungsi batu sintetis tersebut adalah sebagai indikator, supaya lebih mudah dalam proses pengamatannya. Pada penelitian distribusi void, benda uji dibiarkan dalam keadaan utuh dan ada yang dipotong menjadi tiga bagian untuk mengetahui orientasi agregatnya. Penelitian orientasi agregat yang dipadatkan Alat Pemadat Roda Gilas, pada bagian lapisan atas terjadi dorongan secara horizontal yang menyebabkan agregat berpindah jauh dari posisi awal. Bagian tengah dan bawah pun terjadi pergeseran, namun tidak terlalu signifikan seperti bagian atas karena tidak terkena langung oleh gilasan roda baja. Pada alat pemadat Marshall Hammer juga mengalami pergeseran, tapi tidak sesignifikan alat pemadat alat pemadat roda gilas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, semakin banyak lintasan dan tumbukan yang diberikan maka semakin besar orientasi agregatnya dan semakin padat distribusi void-nya. Hal ini ditunjukan dari hasil perubahan titik koordinat awal (3;0)(-3,0),(0;-3),, setelah lintasan 15, 30, dan 45 menjadi :(2;5)(-3;5),(0,5;0,5),,(-4;1)(4;0),(-1;-2),,dan(-4,5;2)(3,5;3),,(0,5;-0,5), sedangkan Marshall Hammer dengan titik koordinat awal yang sama dengan APRS, setelah tumbukan 2 x 25, 2 x 50, dan 2 x 75 menjadi :(3;0,2)(-3;0,21),(0;-3,2),,(3;0,2),(-3,5;0,5)(0;-3),,1)-(4;0(-3;-1),(0;-3,5),. Pada penelitian distribusi void, benda uji pada alat pemadat Marshall Hammer lebih padat yaitu : pada tumbukan 2 x 25, 2 x 50, dan 2 x 75 nilai void yang dihasilkan 8,24%, 6,84%, dan 4,66%, dibandingkan pada alat pemadat APRS pada lintasan 15, 30, dan 45 yaitu : 8,92%, 6,89%, dan 5,27%

    Pengolahan Ulang Campuran Gagal Produksi Akibat Air Hujan ( Studi Kasus Terhadap Material Asphalt Concrete )

    Get PDF
    Pelaksanaan konstruksi jalan pada saat terjadi hujan dapat mengakibatkan campuran aspal tercampur air hujan yang dapat mempengaruhi kualitas jalan. Kualitas jalan menjadi tidak bagus, karena tidak lengket dan keras, serta suhu aspal tidak sesuai standar. Tidak semua owner menerima hasil pengaspalan karena konstruksi jalan yang dihasilkan terjadi gelombang maupun retak-retak kasar. Hal inilah yang menyebabkan lapisan tersebut harus dikeruk dan harus diganti dengan campuran yang baru. Campuran aspal hasil dari kerukan dapat disebut dengan Campuran Gagal Produksi (CGP). Dalam penelitian ini, CGP diolah kembali untuk mengetahui potensi campuran tersebut dapat digunakan kembali sebagai lapis aus perkerasan jalan. Sebelum pengujian dengan menggunakan alat pemadat Marshall Hammer terlebih dahulu dilakukan pembuatan sampel CGP dengan 3 variasi cara pengolahan, yaitu 1). material CGP tanpa treatment, 2). material CGP diangin-anginkan pada suhu ruangan (250C) selama 48 jam,3). material CGP dipanaskan dengan menggunakan oven dengan suhu 350C selama 6 jam (simulasi material dijemur matahari). Dari hasil tes Marshall ketiga variasi cara pengolahan ulang material CGP menunjukkan nilai karakteristik yang secara keseluruhan tidak memenuhi persyaratan spesifikasi Bina Marga 2010. Cara pengolahan ulang yang paling baik dilakukan adalah dengan cara material CGP diangin-anginkan pada suhu ruangan (250C) selama 48 jam. Cara ini mempunyai kadar air paling rendah yaitu, kadar air rata-rata sebesar 0,20 % atau 1 gram dari berat tiap sampel 500 gram dan dari tes Marshall nilai yang ditunjukkan paling mendekati nilai persyaratan spesifikasi Bina Marga 2010 yaitu, diperoleh nilai stabilitas Marshall 2159,27 kg, Flow 1,70 mm, MQ 1394,95 kg/mm, Density 2,25, VMA 18,99 %, VIM 5,72 %, dan VFWA 67,42 % . Hasil tes Marshall menunjukkan nilai karakteristik Flow dan VIM dari semua variasi pengolahan dan VFWA dari salah satu pengolahan ulang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi Bina Marga 2010 sebagai lapis AC-WC sehingga material hasil olahan material CGP tidak dapat digunakan lagi sebagai lapis aus (Wearing Course)

    Analisis Dampak Rendaman Air Laut Terhadap Nilai Struktural Pada Campuran Asphalt Concrete – Binder Course ( AC – BC )

    Get PDF
    Sea water becomes one of the factors causing a failure of pavement. Pavement roads in the coastal areas of Indonesia are potentially happen inundation. Which causes the road performance to decrease and the life of the road is shorter. The purpose of this study is to analyze the effect of immersion on structural values on a pavement construction so that the impacts arising from the inundation of a road construction by sea water can be reduced so that the damage can be reduced. This research uses secondary data using secondary data analysis approach that utilizes secondary data as the main data source. The calculation of structural value is done with variation of vehicle speed plan: 15 km/hour; 20 km/h; and 25 km/h, according to Van Der Poel and Shell Bitumen based on existing parameters related to structural number can be done by empiric approach method. So to get the value of Sbit which becomes factor to determine the value of Smix which in it’s reader assisted with value of aggregate volume and also value of volume of binder of Smix value can be drawn value of structural layer coefficient which will be connected with the duration of bath using variation 0,5 hour; 24 hours; 72 hours; 120 hours; 168 hours. The result of this research shows that long water immersion of AC-BC asphalt mixture caused post-immersion structural value to decrease this matter because Smix value influenced by aggregate and binder amount, while Sbit value influenced by road temperature and length of loading time, it can be concluded that the relative strength value of the material is also indirectly influenced by the temperature of the pavement and the duration of loading. From result of analysis of structural layer coeficient value obtained per variation of immersion that is: 0,310; 0.246; 0.225; 0.210 and 0.2 then the recommended immersion application does not exceed 168 hours (7 days), due to the 168 hours immersion the structural layer coeficient indicates the result of 0.2 whereas the final limit of the relative coefficient value at the assumption of 50% decrease is tolerable only value 0.175

    Analisis Pengaruh Bahan Tambah Kapur Terhadap Karakteristik RAP (Reclaimed Asphalt Pavement)

    Get PDF
    Propertis campuran beraspal menggunakan bahan RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) yang dimasak secara dingin belum kompetitif bila dibanding dengan propertis campuran beraspal hot mix. Bahan kapur biasanya digunakan sebagai bahan tambah campuran RAP untuk meningkatkan nilai daya dukungnya. Ada kebutuhan pengetahuan untuk menjawab penyebab rendahnya propertis campuran RAP, dan mekanisme kerja bahan tambah kapur dalam memperbaiki kinerja campuran RAP. Paper ini melaporkan hasil penyelidikan laboratorium untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan tersebut. Tujuan penyelidikan adalah analisis pengaruh komponen RAP dan bahan tambah kapur terhadap daya dukung campuran RAP. Metode penelitian menggunakan uji laboratorium terhadap sifat dasar RAP dan komponennya, hubungan sifat dasar bahan dengan daya dukung campuran RAP, pengaruh bahan tambah kapur terhadap daya dukung campuran RAP. Dengan prosentase kapur 0%, 1,5%, 3% dan 4,5%. Pada penelitian ini jenis pengujian yang dilakukan adalah uji identitas, abrasi, gradasi, ekstraksi, kepadatan, dan California Bearing Ratio (CBR). Pengujian dilakukan di Laboratorium Bahan Perkerasan Teknik Sipil UMS. Hasil penyelidikan dapat dijelaskan sebagai berikut ini. Nilai abrasi agregat RAP sebesar 25,25%. Kadar aspal RAP berdasar uji ekstraksi sebesar 4,16%. Hasil uji kepadatan dan CBR RAP adalah nilai kepadatan maksimum 1,664 gr/cm3 pada kadar air optimum 2,83%, dan nilai soaked CBR 20%. Pengaruh penambahan kapur dapat meningkatkan nilai kepadatan maksimum, kadar air optimum, dan CBR yang lebih tinggi. Penambahan kapur hingga 4,5% mampu meningkatkan nilai kepadatan maksimum hingga 1,766 gr/cm3, kadar air optimum 3,85%, dan soaked CBR 42% (nilai unsoaked CBR hanya 29%). Nilai kepadatan RAP asli sebesar 1,972 gr/cm3 dengan kadar air optimum 5,5% dengan nilai CBR Soaked sebesar 50,67%. Pada penelitian ini ditemukan bahwa rekayasa gradasi RAP dapat meningkatkan nilai kepadatan maksimum hingga 1,993 gr/cm3 dicapai pada kadar air optimum 4,5%. Berdasar hasil penyelidikan dapat disimpulkan bahwa propertis campuran RAP dapat ditingkatkan melalui rekayasa gradasi dan penambahan kapur. Bahan tambah kapur bekerja lebih efektif pada kondisi campuran RAP terendam air. Kata-kata kunci : RAP (Reclaimed Asphalt Pavement), Kapur Padam, Pemadatan, CBR

    Perancangan dan Pembuatan Sistem Informasi Pariwisata Kota Solo dan Sekitarnya Berbasis Web

    Get PDF
    Perancangan dan penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem informasi berbasis web yang dapat memudahkan pengguna dalam mengakses layanan informasi pariwisata kota Solo dan sekitarnya. Perancangan sistem informasi ini menggunakan hardware AMD dual core E450, Processor 1.65 GHz dan Memory RAM 2 GB . Alur penelitian dalam pembuatan sistem informasi pariwisata kota Solo dan sekitarnya berbasis web adalah mengumpulkan data, merancang program, membuat program dengan menggunakan software Adobe Dreamweaver CS5, dan pengujian, jika dalam pengujian program tidak berjalan baik maka dilakukan perbaikan, sehingga menghasilkan sistem informasi pariwisata kota Solo dan sekitarnya yang layak diakses secara online. Data yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari hasil wawancara langsung dengan pegawai Dinas Pariwisata Surakarta, dan internet. Pengujian dilakukan secara online atau terhubung dengan internet. Berdasarkan kuesioner yang diujikan kepada 15 responden, menunjukkan bahwa perancangan sistem informasi pariwisata kota Solo dan sekitarnya memudahkan pengguna dalam mengakses layanan informasi pariwisata kota Solo dan sekitarnya

    Analisis Perbandingan Orientasi Agregat Dan Distribusi Void Menggunakan Agregat Baru Dan Rap Yang Dipadatkan Dengan Alat Marshall Hammer

    Get PDF
    It has been found recycle pavement using RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) that is from unusable asphalt demolition. Good asphalt and aggregate mixture are obtaining maximum density. It can be seen from asphalt mixture asphalt mixture resulting homogeneous orientation aggregate and void distribution. This research is aim to compare orientation aggregate and void distribution using RAP and new aggregate by Marshall Hammer using cold foamed asphalt mixture. In the orientation aggregate test, the specimens are cut vertically and horizontally become two and three parts in order to acknowledge the movement of aggregate with assistance of aquarium stone to make easier the observation using coordinates point. In the void distribution test, the specimen is and cut in three parts to determine the void distributions. Based on the comparison analysis of orientation aggregate and void distribution using RAP and new aggregate by Marshall Hammer obtained void aggregate value is smaller than RAP, it means the mixture cavity is smaller and the compaction is better. In the orientation aggregate test, the stone movement at top layer move farther, it is occurred on both mixture, but the movement of new aggregate is farther than RAP means aggregate is more flexible to find out the captivity in the mixture and resulting more maximal compaction. VIM test results on RAP cut in three parts 2x75 collisions, top 11.51 %, middle 10.86 % and bottom 11.22 % and full part 12.01 %. The new aggregate mixture top 11.23 %, middle 10.70 % and bottom 10.61 % and full part 11.15 %. In the orientation aggregate RAP mixture test, the length of agen stone movement top 6.4 cm, middle 5.3 cm and bottom layer 5.8 cm. In the new aggregate top 7.0 cm, middle 5.1 cm and bottom layer 4.9 cm

    Pengaruh Penuaan Dan Lama Perendaman Terhadap Durabilitas Campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC)

    Get PDF
    Perkerasan jalan di Indonesia sering mengalami kerusakan sebelum mencapai umur rencana. Pada saat musim hujan, tidak sedikit jalan-jalan di Indonesia yang terendam air akibat banjir. Kondisi jalan yang selalu terendam air akan menurunkan sifat durabilitasn (keawetan) lapisan perkerasan aspal, hal ini menjadi lebih buruk lagi jika pada saat proses pembuatan campuran aspal, selama pengangkutan, penghamparan di lapangan, dan selama masa pelayanan terjadi proses penuaan pada campuran aspal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keawetan campuran AC-WC akibat pengaruh penuaan dan lama perendaman. Penelitian dilakukan di Laboratorium dengan metode pengovenan untuk simulasi penuaan dan perendaman dalam air pada temperatur tetap ± 60°C dengan variasi waktu perendaman. Metode penuaan jangka pendek (Short Term Oven Aging, STOA) adalah dengan pengovenan benda uji pada suhu 135°C sebelum dipadatkan selama 4 jam yang mewakili penuaan campuran aspal pada saat produksi campuran aspal di unit pencampuran aspal (AMP), selama pengangkutan dan penghamparan di lapangan dan metode pengujian penuaan jangka panjang (Long Term Oven Aging, LTOA) dilakukan pengovenan 85°C setelah dipadatkan selama 48 jam yang mewakili masa pelayanan selama 5 tahun. Parameter yang digunakan untuk melihat tingkat durabilitas campuran AC-WC adalah Indeks Kekuatan Sisa dan Indeks Durabilitas. Berdasarkan hasil penelitian, pengaruh penuaan dan lama perendaman berpengaruh cukup signifikan terhadap durabilitas campuran AC-WC. Benda uji yang mengalami penuaan menghasilkan nilai kekuatan sisa di bawah batas minimal yang disyaratkan Bina Marga, (2010) yaitu 90 %, sedangkan Indeks Durabilitas benda uji yang mengalami penuaan menunjukan penurunan kekuatan cukup besar seiring dengan bertambahnya waktu perendaman dibandingkan dengan benda uji normal, sehingga benda uji yang mengalami penuaan dianggap tidak cukup tahan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh pengaruh air dan suhu

    Evaluasi Kualitas Pelaksanaan Pekerjaan Beton (Studi Kasus Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Asrama Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES))

    Get PDF
    Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang banyak dipakai dalam pembangunan infrastruktur. Salah satu keuntungan penggunaan beton adalah harga yang relatif murah dan kemudahan dalam pembuatannya. Kelemahan beton antara lain tegangan tarik yang rendah, daktilitas rendah, dan keseragaman mutu yang bervariatif. Untuk memaksimalkan fungsi dari beton diperlukan pengetahuan yang luas, antara lain pengetahuan mengenai sifat bahan dasar, cara pembuatan, cara evaluasi, dan variasi campuran. Pada kenyataan dilapangan, umumnya beton yang disuplai oleh perusahaan pembuatan beton (ready mix) telah terjamin keseragaman bahan dasarnya. Pembangunan asrama UNNES memakai mutu beton K-225. Komponen pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam pembuatan beton antara lain: (1). Kualitas komponen bahan beton, (2). Upaya apa yang dilakukan apabila gradasi pasir atau agregat batu pecah tidak sesuai dengan Job Mix Formula ( JMF ) yang telah ditetapkan,(3). Kebutuhan faktor air semen (fas) dengan kondisi material dilapangan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara lain : (1). Agregat yang tertahan ayakan No.4 sebesar 4,5 % dengan kadar lumpur sebesar 4,1 % < dari yang dipersyaratkan dalam spesifikasi maksimum 5%,(2). Agregat yang lolos ayakan No.4 sebesar 2,73 %, (3) Keausan agregat batu pecah mendapatkan hasil 19,16% < dari yang dipersyaratkan dalam spesifikasi maksimum 27%, (4). Kadar air material pasir dilapangan sebesar 1,89 %, kadar air pada material batu pecah sebesar 0,72 %. (5)Kualitas beton rata-rata σ’bk = 283,05 kg/cm² dan 25,94 MPa

    Pengaruh Reboisasi Pada Program GNKPA Tahun 2011 Terhadap Erosi Lahan Di DAS Keduang

    Get PDF
    DAS Keduang is a sub-watershed of the Wonogiri Dam catchment area. Keduang DAS is the largest supplier of sediment into the Wonogiri Dam compared with other sub-basins in the watershed entering the Wonogiri reservoir. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo conducted reforestation program in Keduang watershed through Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA) in 2011. The event aimed to minimize the impact of increasing sedimentation. The influence of the eforestation results is still uncertain. This research evaluates and analyzes quantity impacts resulting from reforestation in Keduang watershed. this research applied USLE method to analyze the soil erosion. Factors affecting soil erosion in USLE methods include: rainfall erosivity, soil erodibility, length and slope gradient factor, the factor of land cover crops and conservation practical factors. This research analyze the soil erosion quantity on existing condition as well as predicted the quantity after 5, 10, an 15 years of reforestation. Arcview and Microsoft Excel were applied as tools for calculation using USLE method. The result of USLE method analysis shows that soil erosion on existing condition is 174.955 ton/ha/year, where as the predicted quantity after 5, 10 and 15 years are espectively 143.195 ton/ha/year, 127.323 ton/ha/year, and 111.450 ton/ha/year. The quantity of soil erosion has decreased every year. This decline is due to the value of C (factor of land cover) changes (decreases). With the reforestation and tree planting, which was originally sparse vegetation cover is untight or even open to betight, so that the potential of eroded soil to be small. Calculation of soil erosion prediction after 15 years with USLE method, acquired large land erosion at the study site of 111.450 ton/ha/year. Large land erosion is still exceeded the maximum rate of erosion, where the maximum limit according to Morgan (1980) in areas with tropical erodible land is 25 ton/ha/year. This is due to the research only consider the change in factor C, and areas which carried out reforestation program was limited in few villages
    corecore