26 research outputs found

    Kajian Literatur: Study Design Dalam Farmakoepidemiologi Untuk Mengetahui Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotik

    Get PDF
    Penelitian terkait resistensi bakteri terhadap antibiotik dapat dilakukan dengan berbagai study design. Study design merupakan salah satu titik kritis dalam penelitian resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kelebihan dan kekurangan dari study design yang digunakan dalam penelitian farmakoepidemiologi tentang resistensi bakteri terhadap antibiotik. Pencarian literatur dilakukan secara elektronik untuk artikel yang dipublikasikan tahun 2011 hingga 30 Juni 2021 pada basis data EBSCO, Plos One, Proquest, PubMed, ScienceDirect, dan Google Scholar. Kriteria inklusi meliputi original article dengan desain cohort (prospective dan retrospective), case control, cross-sectional dan ecological study; memiliki Digital Object Identifier (DOI); dipublikasi 10 tahun terakhir; serta mengunakan Bahasa Inggris. Artikel dalam bentuk review, tidak merupakan full text, dan artikel dengan jumlah sampel penelitian yang tidak jelas tidak disertakan dalam kajian ini. Artikel yang terkumpul dari 6 database sejumlah 209 artikel (EBSCO 45 artikel, Plos One 42 artikel, ProQuest 32 artikel, PubMed 68 artikel, ScienceDirect 19 artikel dan Google Scholar 3 artikel). Duplikasi artikel dieksklusi (29 artikel). Artikel tidak memenuhi kriteria inklusi (86 artikel), 64 artikel tidak relavan dengan tujuan penelitian, sehingga diperoleh 30 artikel dalam studi ini. Rancangan penelitian pada penelitian ini yaitu case-control (2 artikel), cohort-prospective (14 artikel), cohort-retrospective (5 artikel), cross-sectional (8 artikel) dan ecological study (1 artikel). Masing-masing rancangan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan desain studi dalam penelitian resistensi bakteri terhadap antibiotik dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian, jenis paparan yang diamati, jenis outcome serta tipe penelitian (comparative, correlative study) serta ketersediaan sumber daya dalam melakukan penelitian resistensi bakteri terhadap antibiotik

    Kajian Literatur: Profil Resistensi Salmonella typhi dan Pemilihan Antibiotik Pada Demam Tifoid

    Get PDF
    Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-negatif yaitu Salmonella typhi. Munculnya multidrug-resistant Salmonella typhi (MDRST) dan extensively drug-resistant (XDR) Salmonella typhi menjadi ancaman baru dalam keberhasilan terapi demam tifoid. Efektivitas terapi pada demam tifoid memerlukan kajian tentang profil resistensi Salmonella typhi terhadap antibiotik yang diamati dari minimum inhibitory concentration (MIC) dan mutasi genetika, sehingga dapat dilakukan pemilihan antibiotik yang tepat pada demam tifoid dengan MDR dan XDR Salmonella typhi. Kajian literatur ini mengumpulkan dan menelaah informasi yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian dari berbagai artikel internasional tentang resistensi Salmonella typhi terhadap antibiotik pada deman tifoid. Pencarian artikel menggunakan database PubMed, PlosOne, dan ScienceDirect sejak tahun 2011 hingga September 2021. Artikel yang diperoleh dari 192 artikel, terdapat delapan (8) artikel yang relevan, yang mana diketahui bahwa isolat Salmonella thypi resisten terhadap Ampisilin, Amoksisilin, kombinasi Amoksisilin-Asam Klavulanat, Kloramfenikol, Siprofloksasin, Ofloksasin, Levofloksasin, Asam Nalidiksat, Trimetoprim, dan kombinasi Trimetoprim-Sulfametoksazol yang diamati pada MIC90. Nilai MIC akan berdampak pada penentuan dosis yang efektif untuk mencapai konsentrasi terapetik sehingga dapat mempengaruhi indeks farmakokinetik dan farmakodinamik. Gen yang bertanggung jawab terhadap MDRST dan XDR Salmonella typhi yaitu: blaTEM-1, catA, dhfr1b, sul1, sul2, class 1 integron, gyrA dan gyrB, serta parC. Azitromisin dan Seftriakson menjadi pilihan terapi utama untuk terapi empiris pada demam tifoid. Adanya nilai MIC dan parameter farmakokinetik/farmakodinamik dapat digunakan untuk menginterpretasikan sensitivitas bakteri terhadap antibiotik, yang dapat digunakan sebagai salah satu rujukan dalam menyusun kebijakan penggunaan antibiotik

    Penggunaan Antivirus Remdesivir untuk Pasien COVID-19 dengan Kehamilan: Studi Literatur

    Get PDF
    COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh coronavirus jenis baru yang selanjutnya disebut SARS-CoV 2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus-2). Terapi farmakologi yang diharapkan mampu mengatasi COVID-19 adalah pemberian antivirus. Remdesivir antivirus yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk mengobati COVID-19. Namun, Remdesivir belum memiliki cukup data tentang keefektifan dan keamanannya untuk terapi pasien COVID-19 dengan kehamilan. Tujuan dari penelitian ini yaitu memuat informasi kajian literatur mengenai dosis pemberian, efek samping, dan rekomendasi pemberiannya dari berbagai artikel. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan menelaah artikel-artikel dan pedoman terapi yang relevan. Hasil kajian yang telah dilakukan, dosis Remdesivir sebagai antivirus adalah 200 mg melalui intravena pada hari pertama, diikuti dengan 100 mg melalui intravena pada hari berikutnya. Remdesivir memberikan efek samping seperti toksik pada hati hingga menyebabkan disfungsi hati, mual, gangguan gastrointestinal, diare, ruam kulit, disfungsi ginjal, sakit kepala, dan hipersensivitas. Penggunaan Remdesivir untuk pengobatan COVID-19 pada ibu hamil harus mempertimbangkan manfaat dan kemungkinan efek sampingnya, dikarenakan hingga saat ini belum dilakukan uji klinis terkait penggunaan pengobatan Remdesivir untuk COVID-19 pada kehamilan

    Perbedaan Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik Oral Tunggal dengan Kombinasi pada Pasien Dm Tipe 2 di Upt. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung Periode November 2015-pebruari 2016

    Full text link
    DM tipe 2 merupakan penyakit progresif dengan karakteristik penurunan fungsi sel beta pankreas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas penggunaan obat antidiabetik oral tunggal dengan kombinasi pada pasien DM tipe 2 di UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dan pengumpulan data dilakukan secara prospektif. Penelitian dilakukan dari bulan November 2015-Pebruari 2016 di UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung. Penelitian dilakukan terhadap 25 subjek penelitian dengan terapi tunggal glibenklamid dan 25 subjek penelitian dengan terapi kombinasi glibenklamid dengan metformin. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna dari efektivitas penggunaan obat antidiabetik oral tunggal glibenklamid dengan kombinasi glibenklamid dengan metformin pada pasien DM tipe 2 di UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung periode November 2015-Pebruari 2016 (p = 0.114)

    Efektivitas Penggunaan Sinbiotik pada Pasien Pediatri Gastroenteritis di RSUD Mangusada

    Full text link
    Gastroenteritis merupakan peradangan pada lambung dan usus yang ditandai dengan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Gastroenteritis saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Negara berkembang seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pengunaan sinbiotik pada pasien pediatri penderita gastroenteritis di RSUD Mangusada. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yaitu Cross Sectional dengan pengambilan data secara retrospektif di RSUD Mangusada periode januari 2016 sampai dengan Juni 2017. Sample diambil dengan teknik purposive sampling dan pengambilan data dilakukan menggunakan data sekunder yaitu catatan rekam medis. Pada penelitian ini efektivitas penggunaan sinbiotik dinilai dari lama rawat inap/ length of stay (LOS). Berdasarkan hasil penelitian terdapat 296 penderita gastroenteritis pada pasien pediatri di RSUD Mangusada pada periode penelitian. Pasien yang menjadi peserta dalam penelitian ini yaitu sebanyak 80 orang yang terdiri atas 40 pasien dengan menggunankan sinbiotik dan 40 pasien lainya yang tidak mengunakan sinbiotik. Pasien berjenis kelamin laki laki yaitu sebanyak 71,25%. Rentang usia terbanyak yaitu bayi 1 bulan – 2 tahun 62,50%. Dari hasil uji statistik Mann Whitney yang telah dilakukan diperoleh data yang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawat inap pasien yang memperoleh sinbiotik dan tanpa sinbiotik (p > 0,935)

    EVALUASI EFEK TERAPI INISIAL KORTIKOSTEROID DAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK IDIOPATIK DI RS DR SARDJITO YOGYAKARTA

    No full text
    Corticosteroids are the first-line treatment of idiopathic nephrotic syndrome in children. Children with nephrotic syndrome who respond to corticosteroid have 60-90 % chance of having one or more relapses. Initial treatment with a minimum period of 4 weeks is effective but its lead to many side effects. The aims of this study are to determine the effect of initial corticosteroid therapy, identify adverse events that occur in patients and to determine the affect of age, sex, use of albumin, type of corticosteroid and the use of another drug (captopril and furosemide) towards the effect of initial corticosteroid therapy in children with idiopathic nephrotic syndrome in Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta. This study is a cross sectional analytic study with retrospective data collection based on the medical records in Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta. Evaluation of the effectiveness of initial corticosteroid therapy was done by comparing the concentration of protein in urine and edema before and after therapy. Identify the side effects made descriptively. The evaluation was also conducted on the factors that might impact on the effectiveness of therapies such as age, albumin infusion, gender, type of corticosteroid used and the use of another drug (captopril and furosemide). The number of the subjects of this research were 56 patients. Concentration of protein in urine and edema conditions before and after treatment was significantly different (p <0.05). Initial corticosteroid therapy in children with idiopathic nephrotic syndrome in Dr Sardjito Hospital Yogyakarta can reduce levels of protein in the urine and improve the condition of edema. Based on bivariate analysis age, sex, use of albumin, types of corticosteroids and use of other drug (furosemide) did not affect the therapeutic effects of initial corticosteroid therapy (p> 0.05). Thirty eight children or about 68% of patients experience side effects due to the use of corticosteroids. Side effects due to corticosteroid therapy were moonface, gastritis, hirsuitism, delayed puberty, acne, hypertension, and stomatitis. The most frequent side effects was Moonface (27%)

    Edukasi Perilaku Hidup Sehat di Era Normal Baru Menggunakan Audiobook bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Netra

    No full text
    COVID-19 and changes in the health order in the new normal era have led to health problems, especially in blind people. Blind people have more difficulty accessing and getting health information. Good quality education and providing information with appropriate media are very important to improve a healthy lifestyle in the new normal era. Education and information about the healthy lifestyle in a new normal era with an audiobook aimed to improve knowledge about the healthy lifestyle in the new normal era at Dria-Raba Foundation. The method in this activity was to provide knowledge about the healthy lifestyle in new-normal using the audiobook to 23 blind people at Dria-Raba Foundation. A pre-test and post-test were analyzed using the Wilcoxon signed-rank test to evaluate the efficacy of the audiobook. The result showed a significant increase in knowledge from a score of 70 to 80 (p&lt;0.05), thus education using the audiobook for blind people at the Dria-Raba Foundation to increase knowledge about a healthy lifestyle in new-normal. To improve the health quality of blind people, various types of audiobooks on health topics can be created. ABSTRAK Adanya pandemi Coronavirus Disease (COVID-19) dan perubahan tatanan kesehatan di era normal baru menyebabkan masalah terkait kesehatan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas sensorik netra menjadi semakin kompleks. Penyandang disabilitas sensorik netra sulit untuk mendapatkan akses dan informasi tentang kesehatan. Dukungan berupa edukasi dan pemberian informasi dengan media yang sesuai menjadi sangat penting untuk memperbaiki perilaku hidup sehat di era normal baru. Pemberian edukasi terkait perilaku hidup sehat di era normal baru dengan menggunakan audiobook bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan para penyandang disabilitas sensorik netra di Yayasan Dria-Raba tentang perilaku hidup sehat di era normal baru. Metode yang diterapkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini yaitu memberikan edukasi melalui audiobook kepada 23 orang penyandang disabilitas sensorik netra di Yayasan Dria-Raba. Untuk mengukur keberhasilan audiobook, dilakukan pre-test dan post-test yang kemudian dianalisis menggunakan uji Wilcoxon Signed-rank test. Hasil uji menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan yang signifikan dari skor 70 menjadi 80 (p&lt;0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa edukasi menggunakan audiobook bagi penyandang disabilitas sensorik netra di Yayasan Dria-Raba mampu meningkatkan pengetahuan para penyandang disabilitas sensorik netra tentang perilaku hidup sehat di era normal baru. Dalam hal meningkatkan kualitas kesehatan bagi para penyandang disabilitas sensorik netra, diharapkan dapat diciptakan berbagai audiobook dengan tema kesehatan lainnya
    corecore