51 research outputs found

    Perbedaan Perilaku Bullying Di Tinjau Dari Jenis Kelamin

    Get PDF
    Bullying is an act of hurting others who are weaker, both physically hurt, words, or feelings. Bullying has agreat opportunity to be imitated because of this negative behavior is mostly done by students. Bullying behavior is not only done by male students but also do by female students. The purpose of this study was to determine differences in bullying behavior in terms of gender. The hypothesis that there are differences in bullying behavior between male and female students. Subjects in this study amounted to 151 people who are students in grade VIII nd IX SMP Muhammadiyah 4 Surakarta. The sampling technique used in this research is the cluster random sampling. Methods of data collection approach with bullying behavior scale. Data analysis is done by sample t-test analysis using SPSS 1,742, significance (p) of 0, 084 (p>0,05) which means there is no difference in bullying behavior tendency between male and female

    Resiliensi Pada Lansia Yang Ditinggal Mati Pasangan Hidupnya

    Get PDF
    Resiliensi adalah kemampuan atau kapasitas yang dimiliki individu dalam menghadapi masalah atau situasi yang menekan dalam hidup sehingga dapat bangkit kembali serta memandang masalah dan penderitaan secara positif serta merupakan hal yang wajar dalam kehidupan. Kematian pasangan bagi lansia membuat lansia memerlukan penyesuaian diri guna menjalani masa depan setelah kematian pasangan. Pada umumnya setelah kematian pasangan lansia akan merasa kesepian, tidak lagi memiliki teman untuk bertukar pikiran, hilangnya sosok yang dapat dipercaya dan sebagainya sehingga membuat lansia merasa terasing dari kehidupan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan resiliensi pada lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya. Informan dalam penelitian ini adalah tiga orang perempuan lanjut usia berusia enampuluh tahun ke atas, suami yang telah meninggal maksimal selama 2 tahun, sudah tidak bekerja, dan tidak menikah lagi. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam dan observasi deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek- aspek yang membangun perilaku resilien pada lansia adalah relatif sama, meliputi: regulasi emosi, optimisme, empati, efikasi diri, kontrol terhadap impuls, kemampuan menganalisa masalah, dan pencapaian. Akan tetapi terdapat perbedaan aspek yang menonjol pada diri masing- masing lansia sehingga setiap lansia memiliki aspek khas dari dirinya yang akhirnya dapat membentuk perilaku resilien pada lansia. Selain itu, dapat pula diketahui bahwa faktor pembentuk perilaku resilien pada lansia antara lain bersumber dari dalam diri sendiri dan berasal dari dukungan orang terdekat seperti anak dan teman sebaya

    Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Memperoleh Pasangan Hidup Pada Wanita

    Get PDF
    Salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa adalah memperoleh pasangan dan mulai membina keluarga. Namun pada kenyataannya tidak semua wanita dewasa sudah memperoleh pasangan hidup atau menikah bahkan pada usia dimana memang sudah pantas untuk menikah, hal ini tentu saja menimbulkan kecemasan di hati para wanita. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor untuk mengurangi kecemasan yang timbul. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan memperoleh pasangan hidup pada wanita. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara dukungan sosial dengan kecemasan memperoleh pasangan hidup pada wanita. Subyek dalam penelitian ini adalah wanita dewasa yang bekerja di Dan Liris berjumlah 100 orang dengan ciri-ciri : a) wanita berusia 25-40 tahun, b) belum menikah, c) pendidikan minimal SMA. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sample. Alat ukur yang digunakan adalah skala dukungan sosial dan skala kecemasan memperoleh pasangan hidup, teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment. Dari hasil analisis product moment maka diperoleh rxy sebesar -0,457 dengan p<0,01. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kecemasan memperoleh pasangan hidup pada wanita. Peranan atau sumbangan efektif dukungan sosial terhadap kecemasan memperoleh pasangan hidup sebesar 20,8% ditunjukkan oleh koefisien determinan r² sebesar 0,208. Hal ini berarti masih terdapat 79,2% variabel lain yang berpengaruh terhadap kecemasan memperoleh pasangan hidup selain dukungan sosial. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa subyek penelitian ini memiliki tingkat dukungan sosial yang tergolong tinggi dengan rerata empirik sebesar 110,17 dan rerata hipotetik sebesar 87,5 sedangkan tingkat kecemasan memperoleh pasangan hidup pada subyek tergolong sedang dengan rerata empirik sebesar 52,87 dan rerata hipotetik sebesar 60

    Hubungan antara dukungan teman sebaya dengan Penyesuaian sosial pada mahasiswa baru universitas Muhammadiyah surakarta tahun akademik 2013

    Get PDF
    Mahasiswabaru berada di lingkungan yang baru yaitu lingkungan kampus. Mereka diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang baik di lingkungan kampusnya. Mahasiswa yang memiliki penyesuaian sosial yang baik mampu menyesuaikan antara tuntutan diri sendiri dengan tuntutan lingkungan. Tuntutan di lingkungan teman sebaya berupa persaingan life style, status sosial, kepemilikan lawan jenis, tingkat intelektualitas, perbedaan kepribadian (ekstrovert dan introvert). Penerimaan dan penolakan dari teman sebaya sangat mempengaruhi sikap dan tingkah laku remaja. Oleh karena itu penyesuaian sosial yang baik sangat diperlukan agar mahasiswa baru dapat diterima oleh teman sebaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan teman sebaya dengan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru universitas muhammadiyah surakarta tahun akademik 2013. Hipotesis yang diajukan yaitu: Ada hubungan positif antara dukungan teman sebaya dengan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru universitas muhammadiyah surakarta tahun akademik 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun akademik 2013. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling yaitu melakukan random pada fakultas yang akan dikenai penelitian, sehingga terpilihlah 4 fakultas dengan jumlah subjek 100 orang. Karakteristik sampelnya adalah mahasiswa baru UMS angkatan 2013 yang berusia 18-21 tahun.Berdasarkan hasil perhitungan teknik analisis product moment dari pearson diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar0,784 dengan p = 0,000 (p ≤ 0,01)artinya ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan teman sebaya dengan penyesuaian sosial. Hasil menunjukkan hipotesis diterima. Sumbangan efektif variabel dukungan teman sebaya terhadap penyesuaian sosial sebesar 61,5% yang ditunjukkan oleh koefisien determinan (r²) = 0,615. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa penyesuaian sosial juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar dukungan teman sebayayaitu sebesar 38,5%. Rerata empirik variabel dukungan teman sebaya sebesar 114,66 dan rerata hipotetik sebesar 87,5 yang berarti dukungan teman sebaya subjek tergolong tinggi. Rerata empirik penyesuaian sosial sebesar 115,42 dan rerata hipotetik sebesar 87,5 yang berarti penyesuaian sosial subjek tergolong tinggi pula

    Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Kecemasan Sebelum Menghadapi Pertandingan Pada Atlet Futsal

    Get PDF
    Masalah yang dialami atlet saat akan mengahadapi pertandingan salah satunya kecemasan, seseorang atlet yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mempunyai kemampuan untuk menerima kelebihan dan kekurangan, mampu mengekspresikan perasaan dengan tepat, mampu memahami diri sendiri, serta mampu mengelola emosi dalam menghadapi suatu pertandingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecemasan sebelum menghadapi pertandingan pada atlet futsal. Pengukuran menggunakan skala kecerdasan emosi dan skala kecemasan masing-masing berjumlah 30 dan 25 aitem. Hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan kecemasan sebelum menghadapi perandingan pada atlet futsal. Subjek dalam penelitian ini adalah pemain futsal yang tergabung dalam akademi Victory Futsal Solo. Adapun jumlah yang terdaftar adalah 70 pemain. Penelitian ini menggunakan studi populasi, yaitu menggunakan semua anggota populasi yang ada sebagai subjek penelitian. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala berbentuk tertutup, artinya jawaban-jawaban dari pernyataan telah disediakan sehingga subjek penelitian tinggal memilih yang sesuai dengan keadaan dirinya, data dikumpulkan menggunakan dua macam skala yaitu skala kecerdasan emosi dan kecemasan. Teknik analisis data menggunakan korelasi product momen. Hasil analisis korelasi product moment diperoleh (r) sebesar -0,587 ; p = 0,000 (p < 0,01). Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel Kecerdasan emosi pada atlet futsal memiliki rerata empirik (RE) sebesar 94,14 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 67,5, yang berarti kecerdasan emosi pemain terbilang sangat tinggi. Variabel kecemasan memiliki rerata empirik (RE) sebesar 59,73 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 50, yang berarti kecemasan yang dialami pemain terbilang tinggi. Kesimpulan ini adalah ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan kecemasan. Semakin tinggi kecerdasan emosi seorang pemain maka semakin rendah kecemasan tersebut, sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi seorang pemain maka semakin tinggi kecemasan pemain tersebut

    Hubungan Antara Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja

    Get PDF
    Salah satu masalah yang dihadapi siswa manakala memasuki lingkungan sekolah yang baru adalah penyesuaian diri. Siswa yang gagal menyesuaikan diri dapat mengalami berbagai persoalan, diantaranya cenderung menarik diri dari lingkungan, sulit bergaul, memiliki sedikit teman, merasa rendah diri. Kondisi tersebut menyebabkan tanggungjawab sebagai pelajar terganggu, sehingga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui: 1) Hubungan antara kemandirian dengan penyesuaian diri; 2) tingkat kemandirian; 3) tingkat penyesuaian diri; 4) Sumbangan efektif kemandirian terhadap penyesuaian diri. Hipotesis yang diajukan: Ada hubungan positif antara kemandirian dengan penyesuaian diri. Subjek penelitian adalah siswa-siswi SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster non random sampling yaitu kelas VII.A (26 siswa), VII.B (26 siswa), VII.E (25 siswa). Total subjek penelitian sebanyak 77 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan skala kemandirian dan penyesuaian diri. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment. Kesimpulan penelitian menyatakan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kemandirian dengan penyesuaian diri. Artinya semakin tinggi kemandirian maka semakin tinggi penyesuaian diri. Koefisien korelasi r = 0,438; p = 0,000 (p < 0,01). Sumbangan efektif kemandirian terhadap penyesuaian diri sebesar sebesar 19,2%. Kemandirian subjek penelitian tergolong sedang ditunjukkan oleh rerata empirik (RE) = 92,026 dan rerata hipotetik (RH) = 92,5. Penyesuaian diri pada subjek penelitian tergolong sedang ditunjukkan rerata empirik (RE) = 87,831 dan rerata hipotetik (RH) = 85

    Regulasi Emosi Pada Remaja Difabel

    Get PDF
    Regulasi emosi pada remaja difabel merupakan kemampuan untuk tetap tenang dibawah tekanan. Remaja difabel yang memiliki kemampuan regulasi emosi yang baik dapat mengendalikan dirinya apabila sedang kesal dan dapat mengatasi rasa cemas, sedih atau marah sehingga mempercepat dalam penyelesaian suatu masalah. regulasi emosi dipengaruhi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, faktor intrinsik meliputi krakteristik anak itu sendiri, temperamen dan perhatian. Faktor ekstrinsik meliputi keluarga, caregivers khususnya ibu, indikasi orang yang dekat secara emosional menrut saudara atau teman sebaya, mesin belajar, dan lingkungan individu tinggal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam dan mendiskripsikan regulasi emosi pada remaja difabel. bagaimanakah regulasi emosi pada remaja difabel. Informan dalam penelitian ini diambil dengan cara purposive sampling, yaitu pengambilan informan berdasarkan ciri-ciri dan kriteria-kriteria tertentu. Informan dalam penelitian ini adalah remaja penyandang difabel di Surakarta. Kriteria informan penelitian adalah: a) berusia 12-18 tahun, b) mengalami kecacatan secara mendadak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang mengalami kecacatan perolehan memiliki mengalami proses ketika remaja dihadapkan dengan situasi yang tidak terduga sebab terjadinya kecacatan yang dialami oleh remaja difabel akan mengalami proses regulasi emosi dimana remaja difabel akan memaksa orang lain untuk bertanngung jawab dengan apa yang telah dialami yang mengakibatkan mejnadi cacat pada awalnya remaja difabel masih mengaggap dirinya normal dan mencoba melakukan aktifitas-aktifitas seperti tidak terjadi sesuatu, barulah setelah itu remaja difabel memilih untuk diam ketika dia sadar situasi yang terjadi yang telah dialaminya pada saat inilah remaja difabel memerlukan orang lain untuk berdiskusi agar mendapatkan informasi tentang kondisi yang dialaminya kemudian remaja difabel berusaha untuk memberbaiki diri walapun masih sering untuk menghindari banyak orang dan berfikir berharap keajaiban tentang kondisi yang dialami bisa berubah, memulai untuk membuat rencana atau strategi untuk mencapai keinginan dan cita – cita dari perilaku tersebut remaja difabel akan mengambil makna positif dari peristiwa yang telah dialaminya

    Hubungan antara kepercayaan diri dengan Penyesuaian sosial pada mahasiswa baru Angkatan 2013 universitas muhammadiyah Surakarta

    Get PDF
    Penyesuaian sosial sangat dibutuhkan oleh mahasiswa baru. Mahasiswa baru diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang baik, agar mereka mampu menjalankan aktifitasnya tanpa ada kendala dari lingkungan sosialnya. Pada kenyataannya tidak semua mahasiswa dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik. Beberapa mahasiswa terlihat menyendiri dan tidak bergabung dengan teman baru mereka. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok di lingkungan sosialnya, baik kelompok teman sebaya maupun kelompok orang dewasaTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru angkatan 2013 Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hipotesis yang diajukan yaitu: Ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru angkatan 2013 Universitas Muhammadiyah Surakarta.Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Surakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random Sampling yaitu melakukan random pada fakultas yang akan dikenai penelitian, sehingga terpilihlah 4 fakultas dengan jumlah subjek 100 orang. Karakteristik sampelnya adalah mahasiswa baru angkatan 2013 yang berusia 18-21.Berdasarkan hasil perhitungan teknik analisis product moment dari pearson diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,704 dengan p < 0,01artinya ada hubungan positif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian sosial. Hasil menunjukkan hipotesis diterima. Sumbangan efektif variabel kepercayaan diri terhadap penyesuaian sosial sebesar 49,6% yang ditunjukkan oleh koefisien determinan (r²) = 0,496. Hasil penelitian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh kepercayaan diri saja tetapi juga dipengaruhi oleh faktorfaktor lain di luar kepercayaan diri yaitu sebesar 50,4%. Rerata empirik variabel kepercayaan diri sebesar 85,78 dan rerata hipotetik sebesar 65 yang berarti kepercayaan diri subjek tergolong tinggi. Rerata empirik penyesuaian sosial sebesar 115,42 dan rerata hipotetik sebesar 87,5 yang berarti penyesuaian sosial subjek tergolong tinggi

    Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Altruistik Pada Siswa SMK Bina Patria 2 Sukoharjo

    Get PDF
    Siswa dalam masa pendidikan di Sekolah Menengah Atas diharapkan memiliki sikap peduli untuk menolong orang lain , namun seringkali siswa justru bersikap acuh dan bermusuhan. Salah satu indikasi atau penyebab munculnya perilaku menolong adalah empati. Empati merupakan pengalaman menempatkan diri pada keadaan emosi orang lain seolah-olah mengalaminya sendiri. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara empati dengan perilaku altruistik pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Mengetahui tingkat empati pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Seberapa besar perilaku altruistik pada siswa di Sekolah Menengah Kejuruan. Mengetahui sumbangan efektif empati terhadap perilaku altruistik pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Hipotesis penelitian ada hubungan positif antara empati dengan perilaku altruistik pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Subjek berjumlah 120 dari siswa-siswi kelas X dan XI. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling dan stratified random sampling . Metode pengumpulan data menggunakan alat ukur skala empati dan skala perilaku altruistik. Metode penelitian yang digunakan kuantitatif. Analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment. Hasil analisis diperoleh data koefisien korelasi (r xy) sebesar 0,633 dengan Signifikansi p = 0,000 (p=0,01). Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara empati dengan perilaku altruistik pada siswa sekolah menengah kejuruan, yang berarti hipotesis diterima. Sumbangan efektif empati 40,1%, hal ini berarti masih terdapat 59,9% variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku altruistik. Variabel perilaku altruistik mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 81,11 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 60, yang berarti perilaku altruistik pada subjek tergolong tinggi. Variabel empati diketahui rerata empirik (RE) sebesar 81,92 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 62,5 yang berarti tergolong tinggi

    Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa Yang Melakukan Clubbing

    Get PDF
    Abstract The development of cities in Indonesia, which was originally the villagebecame a city district, then became a city district, and later even became an industrial city,  it’s continues to be affected by diverse cultures and new products, including technology products and products of entertainment  places  such as nightclubs and discotheques. Actually is legal when one wants to enjoy life, but when the level of consumption of goods and entertainment services has been excessive and not just based on solely needs but just to pursue pleasure and satisfaction, so that it is included in the hedonistic lifestyle.  The aim of this research is to describe the hedonistic lifestyle on students who do clubbing. The research question thar revealed is how hedonistic lifestyle on students who do clubbing ? As for the criteria of informant in this research as follows: a) the informant is a student; b) informant do clubbing; c) consists of the male and female students as many as four informants. The sampling technique that used is snow ball sampling, namely putting a sample in manner of researcher to know an informant, then from the informant of researcher acquire a referrence from other friend, and so on. Data collection is conducted by manner of interviews and observations.This study’s result to illustrate that the hedonistic lifestyle conducted by students who do the clubbing. As for the aspects that examined from hedonistic lifestyle that committed students as clubber is the activity questions, the interest question, as well as the opinion question. The overall, it’s acquired he descripstion that the four informants that undergo a hedonist lifestyle cause initially they follows the friends, then became a habit and eventually became a symbol of identity and prestige as the gaul and modern. Keywords: Hedonistic Lifestyle, Student, Clubbing
    • …
    corecore