3 research outputs found
Adversity Quotient Pada Guru Paud Daerah Rawan Bencana Lereng Gunung Merapi
Adversity Quotient merupakan kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam
menghadapi kesulitan hingga menemukan jalan keluar. Guru PAUD adalah
pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar , membimbing
dan mengevaluasi peserta didik dalam pendidikan anak usia 3 bulan hingga 6
tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana
Adversity Quotient pada guru PAUD daerah rawan bencana lereng gunung
Merapi.
Informan penelitian ini berjumlah 5 orang guru PAUD dengan
karakteristik sebagai berikut: 1) Guru bertempat tinggal di kawasan lereng
gunung Merapi, yaitu warga desa Balerante; 2) Guru yang berada pada
rentang usia 20-40 tahun. Alat pengumpul data yang digunakan adalah
wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru yang mengajar di PAUD
memiliki kemampuan Adversity quotient, sehingga guru mampu
menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya, dalam hal ini kesulitan mencari
tema yang akan disampaikan kepada peserta didik. Kesulitan mencari tema
disebabkan karena PAUD yang ada di daerah rawan bencana erupsi Merapi
tergolong baru dan belum tercatat didalam Dinas Pendidikan, sehingga materi
yang akan disampaikan belum mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan
oleh Dinas Pendidikan, melainkan menggunakan rencana pembelajaran yang
telah disusun dengan menggunakan bahan atau media yang ada di lingkungan
sekitar sebagai materi yang akan di sampaikan. Temuan lain dalam penelitian
ini adalah faktor keikhlasan. Ikhlas yang dimaksud disini adalah guru
mengajar di PAUD dengan semangat dan senang hati tanpa berharap
mendapatkan imbalan
Fungsi Bimbingan Konseling Islami dalam Pembinaan Akhlak Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Delanggu Tahun Pelajaran 2013/2014
Bimbingan Konseling Islami di sekolah bertujuan untuk memecahkan masalah yang terjadi pada peserta didik dengan menggunakan pendekatan Islami, karena bimbingan konseling dengan pendekatan Islami akan lebih bermakna dibanding dengan pendekatan sekuler (Barat). Adanya bimbingan konseling Islami dalam pembinaan akhlak sangat penting dengan memberi dorongan, motivasi dan solusi terhadap permasalahan siswa secara tidak langsung akan melakukan perbaikan terhadap akhlak siswa. Bimbingan dan Konseling Islami juga harus mengedapankan proses keagaamaan sebagai proses utama dalam melakukan pelayanan kepada siswa.
SMK Delanggu adalah salah satu lembaga pendidikan yang sudah menerapkan bimbingan konseling Islam dalam sistem pendidikannya, karena dalam pelaksanaanya tidak mengedepankan kekerasan, melainkan pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah tersebut mengedepankan nilai-nilai
keagamaan. Penyebab timbulnya siswa bermasalah di sekolah bisa jadi dalam pergaulan yang kurang baik atau bebas, kurang pembinaan secara Islami. Jika melihat penyebab siswa bermasalah tersebut maka fungsi guru bimbingan konseling sangat penting terutama dalam memberikan bimbingan konseling secara Islami dalam pembinaan akhlak pada siswa. Maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Fungsi Bimbingan Konseling Islami
(BKI) saat ini dan bagaimana fungsi BKI dalam pembinaan akhlak saat ini di SMK Muhamadiyah Delanggu”? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan fungsi yang
dilakukan guru bimbingan konseling dan fungsinya dalam pembinaan akhlak di SMK Muhammadiyah Delanggu. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dalam dunia pendidikan, terutama tentang fungsi
bimbingan konseling Islami. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan analisis deskripsi kualitatif. Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu guru bimbingan
konseling, guru agama, dan wali kelas di SMK Muhamamdiyah Delanggu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data diantaranya wawancara, observasi, dokumentasi dan analisis data Hasil penelitian di SMK Muhammadiyah Delanggu dapat diambil Kesimpulan: 1. Fungsi bimbingan konseling Islami saat ini di SMK Muhammadiyah Delanggu adalah: a) Preventif b) Kuratif dan c) Preservative
2. fungsi yang dilakukan guru bimbingan konseling di SMK Muhammadiyah Delanggu yang bekerja sama dengan guru mata pelajaran, wali kelas, guru agama dan kepala sekolah dalam pembinaan akhlak adalah: Mengikut sertakan siswa
dalam setiap kegiatan keagamaan di sekolah dan mengadakan absensi untuk mengetahui siswa siapa yang tidak mengikutinya, mengikut sertakan siswa pada tiap kegiatan guna melatih, meningkatkan serta pembinaan kemampuan siswa,
menanamkan kebiasaan baik, membina pembentukan sikap disiplin dalam diri siswa dengan cara melatih kedisiplinan siswa dalam segala hal
Daya Juang Pasangan Dispensasi Nikah
The purpose of this research is to discover how patterns of adversity quotient couples having marital dispensation. Researchers used a qualitative approach with three key informants and three informants supporters. Key informants were the perpetrators of the dispensation of marriage, while supporters informants are a couple of key informants. In this study, the researcher used interview as a data collector. Couple dispensation marriage should lose one of the most important tasks in the juvenile stage is to prepare the marriage and household. Teens who get married at an early age have a new role in life is to be an adult. It will be cause many problems to be faced by the marriage dispensation pasangang. With the problems that must be faced by the couples marriage dispensation actors require adversity quotient to deal with any problems that there are in the household. Results from this study showed that the problems faced by couples marriage dispensation diverse, such as the economic problems that are not well off, childish attitude of self informant respectively, a third person, even a family treatment of domestic violence. With the problems that occur informant must have adversity quotient to be accomplishing and find solutions in each of these challenges so that they coached households could be maintained. adversity quotient has four aspects: control, origin/ ownership, reach and endurance. Each pair has a different control, no control is low and those that are high, as well as in the aspect of the origin / ownwership. Most informants have a high reach and the endurance aspect of itself throughout the informant has a high durability