34 research outputs found

    Pengaruh Pemberian Bahan Amelioran terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum Annum L.) di Lahan Sulfat Masam

    Full text link
    High soil acidity is one of the problems causing low hot pepper yield on Acid Sulphate Soils. Using tolerant variety and application of ameliorant were some efforts to increase hot pepper yield on Acid Sulphate Soils. The objective of this research was to study the effect of ameliorant application on the growth and yield of three hot pepper varieties on Acid Sulphate Soils. This research was conducted on Acid Sulphate Soil at Barambai-Barito Kuala District-South Kalimantan on the dry season of 2004. The experiment was arranged in Split-Plot Design with three replications. The main plots were ameliorant application, i.e. control, liming 2 t.ha-1, liming 2 t.ha-1 + manure 5 t.ha-1, and the sub plots were three hot pepper varieties, i.e. Hot Chili, Jatilaba and Tit Super. The result showed that the yield of hot pepper was affected by ameliorant application, varieties and interaction between ameliorant and varieties. Liming increased yield. Hot Chili tolerated high soil acidity and had the highest yield (11.489.7 kg.ha-1) on 2 t.ha-1 liming

    PREFERENSI PETANI TERHADAP BEBERAPA VARIETAS PADI INPARA DI LAHAN RAWA PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

    Get PDF
    Inpara atau Inbrida Padi Rawa adalah varietas adaptif untuk lahan rawa. Varietas Inpara 2 dan Inpara 3 paling banyak ditanam di lahan rawa pasang surut di Kalimantan Selatan. Varietas Inpara lainnya, terutama Inpara 6, 7, 8, dan 9, relatif belum banyak dikenal petani. Perlu upaya mendiseminasikan keempat varietas tersebut melalui demplot varietas.Tujuan penelitian: mengetahui preferensi petani terhadap karakteristik tanaman, mutu beras, dan rasa nasi beberapa varietas Inpara di lahan rawa pasang surut Kalimantan Selatan.Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balandean Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan tahun 2018. Jumlah sampel 30 orang dipilih secara acak sederhana. Hasil: petani menyukai varietas Inpara 2, cukup suka terhadap varietas Inpara 7, 8, dan 9, tidak suka varietas Inpara 6 berdasarkan morfologi tanaman dan ketahanan terhadap OPT. Petani menyukai varietas Inpara 2, 6, 8, dan 9 serta cukup suka terhadap varietas Inpara 7 berdasar mutu gabah atau beras dan uji rasa nasi. Secara umum petani lebih menyukai varietas Inpara 2 dibanding empat varietas lainnya yang diuji, baik dari segi morfologi tanaman, ketahanan terhadap OPT, mutu gabah atau beras dan rasa nasi. Kriteria umur panen, jumlah anakan produktif, tipe tanaman dan mutu nasi (warna, rasa, kepulenan) menjadi karakter penting dalam pemilihan varietas yang disukai petan

    KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN PREFERENSI PETANI TERHADAP VARIETAS UNGGUL DI LAHAN PASANG SURUT TIPE C (Kasus Desa Matang Danau, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas KalBar)

    Get PDF
    Adopsi varietas sangat tergantung dengan adaptasi varietas, preferensi petani serta keunggulan kompetitifnya. Varietas yang memiliki ketiga kriteria tersebut lebih mudah diadopsi petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui varietas unggul yang memiliki keunggulan kompetitif dan preferensi petani terhadap keragaan morfologi tanaman padi di lahan pasang surut. Penelitian dilakukan dengan metode survei di Desa Matang Danau, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat pada tahun 2018.Sebanyak 12 varietas padi ditanam di lahan petani seluas 5 Ha. Jumlah responden sebanyak  30 orang dipilih secara acak sederhana.Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas padi unggul yang ditanam pada musim kemarau (MK) lebih kompetitif  dibandingkan varietas padi Cilosari menggunakan teknologi introduksi adalah varietas Inpara 1, Inpari 32, Inpara 2 dan Inpara 8, sebaliknya pada  musim hujan (MH) tidak ada varietas yang dapat bersaing dengan varietas Cilosari (teknologi introduksi). Varietas Cilosari yang ditanam pada MH memiliki peluang untuk ditingkatkan produksinya dengan menggunakan teknologi introduksi.Varietas padi yang disukai petani adalah  Cilosari, Inpara 3 , Inpara 1, Margasari, dan Inpari 32

    PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI MELALUI AMELIORASI DAN PEMBERIAN PUPUK HAYATI DI LAHAN RAWA PASANG SURUT TIPE B

    Get PDF
    Produktivitas padi di lahan rawa pasang surut masih rendah, lebih rendah dari potensi hasilnya. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui penggunaan varietas unggul baru berdaya hasil tinggi dan perbaikan lingkungan tumbuh. Tujuan penelitian mengevaluasi pengaruh amelioran dan pupuk hayati dalam meningkatkan produktivitas  padi  lahan rawa pasang surut.Pengujian dilaksanakan di lahan rawa pasang surut tipe luapan air B di Kebun Percobaan Belandean, Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Alalak, Barito Kuala, Kalimantan Selatan musim kemarau April sampai Agustus 2018. Rancangan percobaan menggunakan Strip Plot, dengan tiga ulangan. Sebagai strip plot adalah 4 paket pemupukan, yaitu paket 1 (takaran pupuk berdasarkan program DSS padi rawa), paket 2 (paket 1+biotara 25 kg/ha), paket 3 (paket 1+bokashi dari kotoran ayam 2 t/ha), paket 4 (paket 1+biotara 25 kg/ha + pupuk cair diberikan 1 kali) dan sebagai sub plot adalah 3 varietas Inpara (Inpara 2, Inpara 3, dan Inpara 8). Hasil: pemberian kombinasi pupuk anorganik dengan takaran sesuai DSS padi rawa dan pemberian amelioran berupa bokashi kotoran ayam 2 t/ha meningkatkan hasil padi 11,97% lebih tinggi dibandingkan hanya pemberian pupuk anorganik sesuai takaran DSS padi rawa di lahan rawa pasang surut. Keragaan hasil padi masih rendah (1,5-1,7 t/ha) lebih rendah daripada potensi hasilnya yang dapat mencapai 5,6-6,08 t/ha

    Penggunaan Kapur Dan Varietas Adaptif Untuk Meningkatkan Hasil Kedelai Di Lahansulfat Masam Aktual [Application of Lime and Adaptable Variety to Increase Soybean (Glycine Max Merill)productivity on Actual Acid Sulphate Soil]

    Full text link
    High aluminum (Al) toxicity and soil acidity are the most important problems that cause low soybean productivity on actual acid sulphate soil. Soil quality improvement by using ameliorant and introducing adaptable variety are some options to increase soybean productivity in the soils. Field experiment was conducted to evaluate effect of using ameliorant and variety of soybean to increase its productivity onan actual acid sulphate soil of Simpang Jaya, Wanaraya, Barito Kuala District of South Kalimantan, during dry season of 2009. The research was arranged in a split-plot design with three replicates. The main plots were three soybean varieties, i.e. Lawit, Anjasmoro, and Argo-mulyo, while sub plots were five levels of lime i.e. K100, K80, K60, K40,K20.Result showed that liming improved soil quality and soybean yield. It significantly increased soil pH and reduced soil Al saturation. The liming also increased plant growth and yield variables (plant height, dry matter, root weight and yield) at three tested varieties. Anjasmoro was more adaptive than the others varietyon actual acid sul-phate soil

    Adaptabilitas Varietas Inpara di Lahan Rawa Pasang Surut Tipe Luapan Air B pada Musim Kemarau

    Full text link
    Tidal swamp lands are marginal lands with considerable potentials for rice farming. The key solution to overcome swampy lands constraints are nutrient and water managements as well as the use of adaptive rice varieties. Inpara (inbred swampy land rices) varieties have been released by the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development (IAARD) which are adaptive to swampy land conditions. The purpose of this research was to evaluate the adaptability of Inpara varieties in tidal swamp lands with type B overflow. The field experiment was carried out in Karang Bunga village, Barito Kuala District, South Kalimantan Province, in the dry season from April to August 2016. The research was arranged in randomized complete block design, with 3 replicates. The varieties tested, i.e., Inpara 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, and check varieties Margasari, Ciherang, and Mekongga. The results showed that the adaptability varied among varieties tested. Inpara 3, 4, 6, 8, and 9 had high yield and good adaptation on tidal swamp land yielded 3.475-4.299 ton ha-1. These varieties produced between 38.5 to 71.3% higher than Margasari and 51.4 to 87.2% higher than Mekongga. Inpara 3, 4, 6, 8, and 9 could be used as a main varieties in the tidal swamp lands

    TINGKAT ADOPSI VARIETAS INPARA DAN MARGASARI DI LAHAN RAWA PASANG SURUT

    Get PDF
    Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat adopsi varietas Inpara dan Margasari di lahan rawa pasang surut. Penelitian dilakukan di lahan rawa pasang surut di Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2014. Jumlah sampel sebanyak 75 orang dipilih secara acak sederhana yang tersebar pada 5 desa.  Data dianalisis secara deskriptif baik kualitatif maupun kuantitatif dengan teknik skoring.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani terhadap varietas Inpara dan Margasari termasuk kategori tinggi, masing-masing 80,3% dan 68,6%, sedangkan sikap petani terhadap inovasi kedua varietas tersebut termasuk dalam kategori setuju. Tingkat adopsi varietas Inpara tergolong sangat tinggi, yaitu sebesar 480% dan Margasari 97,7% per tahun. Usahatani varietas Inpara dan Margasari di lahan pasang surut cukup menguntungkan dan efisien. Varietas Inpara sangat disukai petani karena daya adaptasi varietas di lahan rawa, ketahanan terhadap hama dan penyakit, jumlah anakan dan produktivitas yang tinggi. Sedangkan pada varietas Margasari sangat disukai petani karena daya adaptasi varietas di lahan rawa, ketahanan terhadap hama dan penyakit, bentuk gabah dan tekstur/rasa nasi yang pera. Peningkatan adopsi varietas Inpara dan Margasari dapat dilakukan melalui peningkatan diseminasi dan dukungan benih sumber secara keberlanjutan untuk mendukung pengembangannya di lahan rawa pasang surut
    corecore