3 research outputs found

    IDENTIFIKASI DAN PENENTUAN INDIKATOR KETAHANAN UKM TERHADAP BENCANA DI KOTA PADANG

    Get PDF
    Kota Padang merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Barat yang rawan terhadap bencana. Salah satu bencana terbesar yang pernah terjadi di kota Padang yaitu gempa bumi pada tanggal 30 September 2009 yang berkekuatan 7,6 Skala Ritcher (SR). Data dari World Bank menunjukkan bahwa gempa bumi tahun 2009 telah mengacaukan ribuan UKM, yang umumnya beralokasi di daerah perkotaan di Kota Padang dan Kab. Padang Pariaman dengan tingkat kerugian mencapai Rp. 2,4 triliyun. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan masih ada dua wilayah di Indonesia yang menyimpan potensi gempa dan tsunami dengan energi besar hingga mencapai 9 Skala Richter (SR). Salah satu daerah yang terkena dampak tersebut yaitu Kota Padang. Kota Padang merupakan kota dengan jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terbesar di Sumatera Barat, yaitu sebanyak 4860 UKM. Mengingat besarnya jumlah UKM di Kota Padang sebagai daerah rawan bencana dengan indikasi rendahnya tingkat ketahanan UKM dan disisi lain adanya prediksi potensi gempa besar, maka diperlukan dilakukan penelitian mengenai indikator apa saja yang berpengaruh dalam ketahanan UKM saat ini. Penelitian ini berguna sebagai dasar bagi pemangku kepentingan untuk merumuskan kebijakan terkait peningkatan kesiapsiagaan UKM dalam menghadapi risiko bencana. Untuk mencapai tujuan dalam menentukan indikator ketahanan UKM terhadap bencana digunakan metode Fuzzy Delphi dan Fuzzy Best-Worst Method (Fuzzy BWM). Fuzzy Delphi berguna dalam memvalidasi indikator melalui pendapat pakar, sedangkan Fuzzy BWM berguna untuk menentukan tingkat prioritas setiap indikator melalui pemeringkatan. Pengumpulan indikator ketahanan UKM terhadap bencana dari studi literatur didapatkan 4 dimensi ketahanan dan 26 indikator ketahanan. Urutan prioritas setiap dimensi indikator ketahanan UKM terhadap bencana yang didapatkan berdasarkan pemeringkatan bobot adalah physical resilience dengan bobot sebesar 0.32, economic resilience dengan bobot 0.28, organisational resilience dengan bobot 0.22, dan social resilience dengan bobot 0.18. Sedangkan urutan prioritas setiap indikator ketahanan yang didapatkan berdasarkan pemeringkatan nilai bobot yaitu utilitas bangunan, akses evakusi, fasilitas pelindung, tipe bangunan, akses pasar, anggaran manajemen bencana, umur bangunan, bisnis yang berbeda, kesadaran akan keterhubungan, kepemimpinan, asuransi aset bisnis, kerjasama dengan masyarakat lokal, ukuran bisnis, fasilitas transportasi, akses pinjaman, pemanfaatan pengetahuan, hubungan yang komprehensif, inovasi dan kreasi, ketergantungan pada modal eksternal, pertukaran informasi, sikap proaktif, pengambilan keputusan yang tepat, struktur manajemen, keterlibatan pegawai, dan kesatuan tujuan. Kata Kunci: Bencana, Fuzzy Best-Worst Method (Fuzzy BWM), Fuzzy Delphi, Indikator Ketahanan, Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

    Implementation of Business Continuity Planning Methodology in Making Business Continuity Planning Documents at PT. XYZ

    Get PDF
    PT. XYZ is a company engaged in the communication sector. As a company with a national scale, PT. XYZ has various risks that must be faced, ranging from natural disasters, human disturbances, and disruption due to technology. The existence of disruption risks can disrupt the company's operational activities. A business continuity plan document is created to find out what steps the company must take to minimize damage due to disruption. Making a business continuity plan or BCP starts from the project initiation stage, risk assessment, business impact analysis, mitigation strategy development, plan development, training, testing, auditing. The results obtained from this research are in the form of BCP documents used by PT. XYZ in response to a disturbance. With the BCP, PT. XYZ can respond to a disruption that occurs and quickly restore business operations
    corecore