53,660,958 research outputs found
A Method to Identify and Analyze Biological Programs through Automated Reasoning.
Predictive biology is elusive because rigorous, data-constrained, mechanistic models of complex biological systems are difficult to derive and validate. Current approaches tend to construct and examine static interaction network models, which are descriptively rich but often lack explanatory and predictive power, or dynamic models that can be simulated to reproduce known behavior. However, in such approaches implicit assumptions are introduced as typically only one mechanism is considered, and exhaustively investigating all scenarios is impractical using simulation. To address these limitations, we present a methodology based on automated formal reasoning, which permits the synthesis and analysis of the complete set of logical models consistent with experimental observations. We test hypotheses against all candidate models, and remove the need for simulation by characterizing and simultaneously analyzing all mechanistic explanations of observed behavior. Our methodology transforms knowledge of complex biological processes from sets of possible interactions and experimental observations to precise, predictive biological programs governing cell function
MS4 Resource: BMP Crosswalk
A cross-walk to assist designers and modelers to match common BMPs identified in the MA and NH Stormwater Manual with the BMPs modeled in the MS4 permit and documented in appendix
P ENERAPAN MODEL PBL ( PROBLEM BESED LEARNING ) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP RASA INGIN TAHU DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPS ( Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran IPS Materi Pokok karagaman Suku Bangsa dan budaya di Indonesia Semester 1 Kelas V SDN Sukamulya II Kecamatan Talengong Kabupaten Garut )
Penelitian ini dilatar belakangi oleh temuan di
lapangan bahwa proses
pembelajaran IPS di sekolah dasar
menunjukan adanya gejala
-
gejala tentang
kurangnya minat siswa dalam mempelajari pelajaran IPS. Selain dari kuran
gnya
minat siswa terhadap pembelajaran IPS, siswapun kurang memahami dari
pelajaran IPS yang akan dipelajarinya. Hal itu menunjukkan bahwa guru tidak
memberi informasi akhir yang harus dilakukan seorang guru sebagai pengetahuan
awal dari materi selanjutnya
. K
etidak pahaman tentang
pembelajaran I
PS materi
Keragaman Suka Bangsa dan Budaya di Indonesia
diketahui bahwa faktor
penyebabnya adalah faktor dari siswa send
iri dan faktor dari guru kelas,
diantaranya
adalah (1) siswa cenderung kurang aktif, (
2
)
hasil
e
valuasi
menunjukan
siswa mengalami kesu
litan dalam memahami materi Keragaman
Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia
, sehingga nilai evaluasinya rendah,
nilai
siswa yang tuntas 23,80
%
, dan yang tidak tuntas 76,20
%
,
dengan rata
-
rata nilai
yaitu 48
.
Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan
kelas
ya
ng dikembangkan oleh
Kemmis
dan Mc Taggart
.
Dalam pelak
sanaan
penelitian dilakukan dua
siklus dimana subjeknya yaitu
siswa kelas V dengan
jumlah 21
siswa. Instrument yang digunakan y
aitu lembar observasi aktivitas
guru/peneliti dan siswa, wawancara, Lembar Kerja Siswa (LKS),
Lembar Kerja
Kelompok (LKK) dan tes berupa evaluasi
.
Penelitian ini bertujuan untuk
Penerapan
Problem Based Learning
(PBL)
untuk me
ningkatkan sikap rasa ingin
tahu dan hasil belajar siswa kelas V
dalam Pembelajaran IPS
pada Topik
Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia di SDN Sukamalya II
Kecamatan
Talegong Kabupaten Garut
.Hasil penelit
ian menunjukkan bahwa
penerapan
Model
Probl
em Based Learning
(PBL)
dapat meningkatka
n sikap rasa
ingin tahu dan hasil belajar
siswa
kelas V pada mata pelajaran ips
. P
ada siklus I
tingkat
rata
-
rata
rasa ingin tahu
49.99
dan hasil belajar siswa
53
.
57
Pada siklus II
tingkat sikap rasa ingin tahu 71,8
2 dan hasil belajar
siswa
86,07
yang berarti telah
melebihi ni
lai KKM yang ditetapkan yaitu 60
.
Sehingga sikluspun dihentikan.
Hal
ini
berpengaruh pada
jumlah ketuntasan
siswa setelah proses pembelajaran. S
iklus
I s
iswa yang telah tu
n
tas mencapai KKM sebanyak 51,5
%.
Sedangkan
Siklus II
mengalami peningkatan
sebanyak
80
%
.
Siswa
menjadi lebih aktif, berani bertanya
dan mengeluarkan pendapat dan pembelajaranpun menjadi lebih menyenangkan
.
Kata kunci
:
Problem based learning
,
sikap rasa ingin tahu
, dan
hasil belajar
Micrometre-scale refrigerators
A superconductor with a gap in the density of states or a quantum dot with
discrete energy levels is a central building block in realizing an electronic
on-chip cooler. They can work as energy filters, allowing only hot
quasiparticles to tunnel out from the electrode to be cooled. This principle
has been employed experimentally since the early 1990s in investigations and
demonstrations of micrometre-scale coolers at sub-kelvin temperatures. In this
paper, we review the basic experimental conditions in realizing the coolers and
the main practical issues that are known to limit their performance. We give an
update of experiments performed on cryogenic micrometre-scale coolers in the
past five years
- …
