42133 research outputs found
Sort by
In-Situ Growth Dan Deposisi Nanokomposit CuO/TiOβ Pada Titanium Foil: Pendekatan Baru Untuk Meningkatkan Reaksi Evolusi Hidrogen.
Produksi hidrogen melalui reaksi evolusi hidrogen (HER) dianggap sebagai kandidat kuat sebagai pembawa energi di masa depan karena hidrogen memiliki kerapatan energi tinggi dan ramah lingkungan. Meskipun demikian, efisiensi produksi dan biaya masih menjadi tantangan utama. TiOβ telah muncul sebagai material fotokatalitik yang unggul, dengan Ti-foil sebagai sumber yang memungkinkan sintesis TiOβ berkualitas tinggi. Namun, TiOβ memiliki keterbatasan dalam aplikasi fotokatalitik karena konduktivitas rendah dan celah pita optik yang lebar. Penggabungan CuO dengan TiOβ bertujuan untuk mengatasi masalah ini, memanfaatkan bandgap CuO yang lebih rendah untuk memperluas penyerapan cahaya dan meningkatkan pemisahan muatan. Penelitian ini berfokus pada sintesis komposit CuO/TiOβ melalui metode in-situ growth dan deposisi dari Ti-foil, dengan tujuan mengoptimalkan aktivitas fotokatalitik untuk aplikasi HER. Karakterisasi yang dilakukan dengan teknik XRD, FESEM, EDX, FTIR, XPS dan UV-DRS mengonfirmasi pembentukan komposit CuO/TiOβ. Dalam aplikasi reaksi evolusi hidrogen, bentuk pelat membuat pemisahan residu dalam aplikasi reaksi evolusi hidrogen (HER) tidak diperlukan, sehingga material fotokatalis dapat digunakan kembali dengan mudah dan efisien. Komposit CuO/TiOβ yang menggunakan variasi konsentrasi Cu(NO3)2.6H2O 0.5 M tanpa kalsinasi menunjukkan kinerja terbaik dengan produksi hidrogen 6.409 Β΅mol/cmΒ² lebih tinggi daripada TiOβ ataupun Cu(NO3)2.6H2O dengan kalsinasi yaitu 1.808 Β΅mol/cmΒ² dan 1.274 Β΅mol/cmΒ².
=================================================================================================================================
Hydrogen production through the hydrogen evolution reaction (HER) is recognized as a strong candidate for future energy carriers due to its high energy density and eco-friendly characteristics. However, despite its promise as an energy carrier, challenges related to efficiency and production costs remain significant hurdles. Titanium dioxide (TiOβ) has gained attention as an excellent photocatalytic material, with titanium foil serving as a substrate that aids in the synthesis of high-quality TiOβ. Yet, TiOβ suffers from drawbacks in photocatalytic applications, including poor electrical conductivity and a wide optical bandgap. To mitigate these limitations, copper oxide (CuO) is incorporated into TiOβ, leveraging CuOβs narrower bandgap to improve light absorption and enhance charge separation efficiency. This research focuses on the fabrication of CuO/TiOβ composites through in-situ growth and deposition using titanium foil as the base material. The goal is to optimize the compositeβs photocatalytic performance for HER applications. Various characterization techniques, such as X-ray diffraction (XRD), field emission scanning electron microscopy (FESEM), energy-dispersive X-ray spectroscopy (EDX), Fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR), X-ray photoelectron spectroscopy (XPS), and ultraviolet-visible diffuse reflectance spectroscopy (UV-DRS), confirmed the successful synthesis of the CuO/TiOβ composite. In HER applications, the flat plate structure eliminates the need for separating residues, allowing the photocatalytic material to be reused efficiently without additional processing. Among the synthesized composites, the CuO/TiOβ sample prepared using a 0.5 M Cu(NO3)2Β·6H2O precursor without calcination demonstrated the highest hydrogen production rate, achieving 6.409 Β΅mol/cmΒ². This performance significantly exceeded that of pure TiOβ (1.808 Β΅mol/cmΒ²) and the calcined 0.5 M Cu(NO3)2Β·6H2O composite (1.274 Β΅mol/cmΒ²)
Analisi Tekno-Ekonomi dan Performa Penangkapan CO2 Menggunakan Supersonic Separator dan Methyldiethanolamine-Based Natural Gas Sweetening
Studi ini meneliti kinerja dan kelayakan ekonomi teknologi CCUS, dengan fokus pada model Chemical Absorption (CA) yang umum digunakan dalam proses natural gas sweetening untuk menangkap COβ di berbagai sektor industri. Mengingat bahwa biaya penangkapan COβ mencapai 70-80% dari total biaya CCUS, analisis tekno-ekonomi dilakukan untuk mengoptimalkan proses dan mengurangi pengeluaran. Proses CA yang menggunakan pelarut MDEA dibandingkan dengan model Supersonic Separator (SS) untuk menilai kinerja, efisiensi, dan kelayakan ekonominya. Validasi model menunjukkan kesesuaian yang baik, di mana CA memiliki total duty tertinggi yaitu 64,39 MW, menjadikannya lebih boros energi, sedangkan SS beroperasi dengan beban jauh lebih rendah yaitu 18,99 MW, menunjukkan efisiensi energi yang lebih baik. Dari segi efisiensi exergy, SS secara umum lebih unggul dibandingkan CA dalam gas alam yang kaya COβ, dengan efisiensi maksimum 74,01%, karena tidak memerlukan proses regenerasi pelarut. Namun, pada gas alam yang memiliki karakteristik komposisi kaya metana, tekanan tinggi yaitu 51,34 bar, dan molar flow yang besar yaitu 50 MMSCFD, CA justru mencapai tingkat penghilangan COβ yang tinggi sebesar 85,13%, sehingga lebih efektif dalam kondisi spesifik ini. Konsentrasi COβ dalam gas alam sangat mempengaruhi kinerja SS. Pada kadar COβ yang lebih tinggi, temperatur titik embun meningkat, memungkinkan kondensasi pada kondisi yang lebih ringan, sehingga transisi fasa dan efisiensi pemisahan meningkat. Selain itu, konsentrasi COβ yang lebih tinggi mendorong pembentukan droplet yang lebih besar, yang lebih mudah dipisahkan melalui gaya sentrifugal. Sebaliknya, pada gas alam dengan kadar COβ rendah, jumlah inti kondensasi lebih sedikit, sehingga efisiensi pemisahan berkurang dan kinerja SS menjadi kurang optimal. Analisis ekonomi menunjukkan bahwa CA memberikan pengembalian investasi lebih cepat (payback period: 4 tahun, IRR: 25,66%, NPV: 176.773.577, penjualan tahunan: 51,996,220), making it suitable for cost-sensitive, short-term operations. In contrast, SS, despite a longer payback period of 5 years, offers higher profitability (NPV: 72,488,729), making it ideal for long-term, large-scale projects. Ultimately, SS is most effective in high-COβ natural gas streams, while CA remains advantageous in methane-rich fields with high pressure and molar flow
Manajemen Risiko Rantai Pasok Industri Konstruksi Pada Studi Kasus Proyek Pembangunan Bandara: Identifikasi, Dampak, Dan Strategi Mitigasi
Sektor konstruksi dikenal dengan tingkat kompleksitas yang tinggi dan tantangan dalam menjaga kinerja terkait waktu, biaya, dan kualitas. Identifikasi risiko sejak tahap awal menjadi langkah penting untuk memitigasi dampak negatif terhadap proyek. Penelitian ini menganalisis risiko rantai pasok dalam proyek pembangunan Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) di Bandara X dengan menggunakan metode FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) dan melengkapi keterbatasannya dengan metode WASPAS (Weighted Aggregated Sum Product Assessment). Metode FMEA digunakan untuk menghitung Risk Priority Number (RPN) berdasarkan parameter severity, occurrence, dan detection, sementara metode WASPAS diterapkan untuk meningkatkan akurasi analisis dengan memberikan bobot berbeda pada tiap parameter setelah itu langkah mitigasi diusulkan berupa pengurangan dan transfer risiko untuk meminimalkan dampaknya terhadap proyek. Studi ini menunjukkan efektivitas integrasi metode FMEA dan WASPAS dalam memberikan analisis risiko yang lebih akurat dan mendukung pengambilan keputusan mitigasi risiko yang optimal. Dari 31 risiko didapatkan 4 risiko yang termasuk dalam kategori high risk yaitu Perubahan desain Teknik dari konsultan saat material sudah dipesan, Perubahan waktu pekerjaan di lapangan yang tidak sesuai rencana, pengiriman ulang material akibat perbedaan gambar dan spesifikasi dan kesalahan manajemen waktu atau sumber daya oleh subkontraktor yang menghambat progres. Sebagai contoh rekomendasi mitigasi dari risiko perubahan desain teknik saat dalam pemesanan yaitu melakukan audit desain menyeluruh sebelum pemesanan dengan verifikasi dari konsultan teknik dan pengawas.
===================================================================================================================================
The construction sector is known for its high level of complexity and challenges in maintaining performance related to time, cost, and quality. Identifying risks from an early stage is an important step to mitigate negative impacts on the project. This research analyzes supply chain risks in the construction project of the Aircraft Refueling Depot (DPPU) at X Airport using the FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) method and complements its limitations with the WASPAS (Weighted Aggregated Sum Product Assessment) method. The FMEA method is used to calculate the Risk Priority Number (RPN) based on severity, occurrence, and detection parameters, while the WASPAS method is applied to improve the accuracy of the analysis by assigning different weights to each parameter after which mitigation measures are proposed in the form of risk reduction and transfer to minimize their impact on the project. This study demonstrates the effectiveness of the integration of FMEA and WASPAS methods in providing more accurate risk analysis and supporting optimal risk mitigation decision making. Of the 31 risks, 4 risks were found to be in the high risk category, namely changes in engineering design from consultants when materials have been ordered, changes in the time of work in the field that are not according to plan, resubmission of materials due to differences in drawings and specifications and mismanagement of time or resources by subcontractors that hinder progress. As an example of mitigation recommendations from the risk of changes in engineering design when ordering, namely conducting a thorough design audit before ordering with verification from engineering consultants and supervisors
Formulasi Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan (KKBK) Bandar Udara Internasional Juanda di Sidoarjo
KKBK secara teori disebut Public Safety Zone (PSZ) adalah area di sekitar landasan pacu di mana pembangunan sipil dan industri dibatasi untuk menahan risiko orang yang tinggal di dekat bandara terkena dampak kecelakaan pesawat (Davies, P. A., and D. J. Quinn:2004). Bandar udara Internasional Juanda perlu mengantisipasi perkembangan kota agar tidak engokupasi area riskan tersebut. Karenanya penelitian ini bertujuan untuk menyusun formulasi pengendalian pemanfaatan ruang di area Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan (KKBK). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan primer dan sekunder. Sedangkan metode nalisisnya berupa content analysis, overlay GIS dan delphi. Kesimpulan, pertama, analisis ketentuan KKBK menunjukkan ketentuan eksisting (Kode ED/EM/EL) berupa bersyarat/terbatas. Zona dalam (Kode ZD) merupakan area yang restricted dan sangat membatasi bangunan, yang diperbolehkan adalah penggunaan transportasi yang menunjang aktivitas kebandarudaraan, serta yang sifatnya tanah lapang dan terbuka. Untuk zona menengah (Kode ZM) adalah zona yang dinamis, terdapat aktivitas yang B/T ataupun X. Sedangkan di zona luar (Kode ZL) umumnya B/T dan I. Kedua, terdapat ketidaksesuaian pada penilaian penggunaan lahan eksisting dengan teori ketentuan rencana KKBK, Penilaian rencana pola ruang dengan teori ketentuan rencana KKBK pada zona 600-1500 meter, 1500-3000 meter dan 0-1100 meter. Ketiga, hasil ITBX pada masing-masing zona. Pada zona 600-1500 dan 0-1100 meter yang melarang fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan, kantor kelembagaan, kos dan hotel. Sedangkan yang dilarang di semua zona adalah pertamini.SPBU, selebihnya Bersyarat/Terbatas. Sedangkan strategi implementasi ketentuan KKBK yaitu: perlakuan terhadap eksisting yang tidak sesuai ketentuan KKBK, penyusunan dokumen rencana tata ruang, penerapan insentif dan disinsteif, sosialisasi dan kampanye, edukasi, pengawasan dan monitoring, kerjasama antar stakeholder, dukungan teknologi inoformasi peta spasial. Diharapkan penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan dan secara praktis bermanfaat oleh stakeholder terkait.
==================================================================================================================================
KKBK is theoretically called a Public Safety Zone (PSZ) which is an area around a runway where civil and industrial development is restricted to contain the risk of people living near the airport being affected by a plane crash (Davies, P. A., and D. J. Quinn: 2004). Juanda International Airport needs to anticipate city development so as not to occupy this risky area. Therefore, this research aims to develop a formulation for controlling space utilization in the Possible Accident Hazard Area (KKBK) area. The data collection methods used in this research are primary and secondary collection. Meanwhile, the analysis methods are content analysis, GIS overlay and Delphi. Conclusion, first, analysis of the KKBK provisions shows that the existing provisions (ED/EM/EL Codes) are conditional/limited. The inner zone (Code ZD) is a restricted area and strictly limits buildings, what is permitted is the use of transportation that supports airport activities, as well as those that are open and open land. The middle zone (ZM Code) is a dynamic zone, there are activities that are B/T or , Assessment of spatial pattern plans using the theory of KKBK plan provisions in the 600-1500 meter, 1500-3000 meter and 0-1100 meter zones. Third, ITBX results in each zone. In the 600-1500 and 0-1100 meter zones, educational facilities, worship facilities, institutional offices, boarding houses and hotels are prohibited. Meanwhile, what is prohibited in all zones is pertamini.SPBU, the rest are Conditional / Limited. Meanwhile, the strategy for implementing KKBK provisions is: treatment of existing properties that do not comply with KKBK provisions, preparation of spatial planning documents, implementation of incentives and disinsteives, outreach and campaigns, education, supervision and monitoring, collaboration between stakeholders, support for spatial map information technology. It is hoped that this research can add knowledge and be practically useful for relevant stakeholders
Analisis Kelayakan Proyek Shore to Ship Power Connection pada Dermaga PT X oleh PT Y
Aktivitas transportasi laut yang meningkat berdampak negatif terhadap lingkungan pesisir dan pelabuhan, terutama melalui emisi gas buang kapal seperti NOx, SO2, Particulate Matter, CO, dan CO2. Penelitian ini mengkaji kelayakan finansial dan teknis proyek Shore to Ship Power Connection (SSPC) di dermaga PT X oleh PT Y, dengan tujuan memproyeksikan potensi bisnis baru dan peningkatan pendapatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, menganalisis lokasi, tata letak, sistem layanan, dan keamanan proyek dari aspek teknis. Analisis finansial meliputi laporan laba rugi, neraca, arus kas, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), payback period, profitability index, Weighted Average Cost of Capital (WACC), dan analisis sensitivitas. Hasil studi teknis merekomendasikan Palembang sebagai lokasi proyek yang layak, didukung arahan strategis pemegang saham mayoritas PT P dalam kerjasama strategis dengan perusahaan di lingkup PT P dan penyedia teknologi energi dan utilitas. Sinergi dengan kapal PT A, penyedia jasa angkut pupuk PT X, juga menjadi pertimbangan penting. Proyeksi finansial menunjukkan peningkatan laba bersih tahunan sebesar 12,3% pada tahun kelima, peningkatan aset 27,7% pada tahun kelima, dan pertumbuhan arus kas signifikan sebesar 548,3% pada tahun kelima. Proyeksi jangka panjang selama 25 tahun menghasilkan NPV positif sebesar Rp 2.652.032.975, IRR 13,4% (di atas WACC 9,85%), payback period 7 tahun 7 bulan, dan profitability index di atas 1. Analisis sensitivitas menunjukkan proyek memiliki ketahanan terhadap fluktuasi biaya. Disimpulkan bahwa proyek SSPC layak secara finansial dan teknis. Studi kelayakan ini diharapkan memberikan informasi komprehensif bagi PT Y, PT P dan pemegang saham dalam mengambil keputusan investasi terkait rencana usaha SSPC di dermaga PT X Palembang.
====================================================================================================================================
Increased marine transportation activities have a negative impact on the coastal and port environment, mainly through ship exhaust emissions such as NOx, SO2, Particulate Matter, CO, and CO2. This study examines the financial and technical feasibility of the Shore to Ship Power Connection (SSPC) project at the PT X jetty by PT Y, with the aim of projecting new business potential and increased revenue. The study used a descriptive quantitative approach, analyzing the location, layout, service system and safety of the project from a technical aspect. Financial analysis included income statement, balance sheet, cash flow, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), payback period, profitability index, Weighted Average Cost of Capital (WACC), and sensitivity analysis. The technical study results recommend Palembang as a feasible project location, supported by the strategic direction of the majority shareholder PT P in strategic cooperation with companies within the scope of PT P and energy and utility technology providers. Synergies with PT A vessels, PT X's fertilizer transportation service provider, were also an important consideration. Financial projections show a 12.3% increase in annual net profit by year five, a 27.7% increase in assets by year five, and significant cash flow growth of 548.3% by year five. The 25-year long-term projection resulted in a positive NPV of IDR 2,652,032,975, an IRR of 13.4% (above the WACC of 9.85%), a payback period of 7 years and 7 months, and a profitability index above 1. Sensitivity analysis showed the project has resilience to cost fluctuations. It is concluded that the SSPC project is financially and technically feasible. This feasibility study is expected to provide comprehensive information for PT Y, PT P and shareholders in making investment decisions related to the SSPC business plan at PT X Palembang dock
Explaindable AI for Brain Diseases Classification on MRI Scans using Ensemble Grad-CAM
One of the main problems of Artificial Intelligence (AI) is the lack of interpretability, namely how the model arrives at certain conclusions. This results in a lack of transparency in AI implementation and can reduce public trust. For example, an AI could have a very high accuracy in diagnosing diseases via medical images, notes or other parameters, however we cannot explain how the model comes to such decision, or which parts or features the model processes and consider important to get such results. In this study we propose a modified ResNet-18 Architecture, along with an extensive pre-processing method dubbed palapa, for the classification of brain disorders based on Magnetic Resonance Imaging (MRI) Scans. The three types of brain disorder we focused on in this study are Tumors, Stroke, and Alzheimerβs along with a fourth class of Normal brain scans. To train and test our model we used a combination of datasets IXI, ADNI, BraTS2020, and ATLAS on T1 scan modality, using palapa to normalize the spatial size, rotational offset, spatial offset, and intensity, to a volume of 224x224x224, by using multivariate normalization we are able to reduce the computational complexity of the classification tasks, to provide a best case scenario for our model to train and test on. Using our model, with our preprocessing method we are able to get a high, test accuracy of 99.8\% accuracy, using a relatively small batch size of 16, on our ResNet-18 model. When combined with GradCam analysis, it shows the high correlation between the region of interest and the output of the model heatmap. In conclusion, using our modified ResNet-18 combined with Palapa preprocessing shows the effectiveness of the preprocessing method, and the model ability to generalize the type of disease, while also allowing medical professionals confidence in the result, via the GradCam output.
=================================================================================================================================
Salah satu masalah utama Kecerdasan Buatan (AI) adalah kurangnya interpretabilitas, yaitu bagaimana model sampai pada kesimpulan tertentu. Hal ini mengakibatkan kurangnya transparansi dalam implementasi AI dan dapat mengurangi kepercayaan publik. Misalnya, AI dapat memiliki akurasi yang sangat tinggi dalam mendiagnosis penyakit melalui gambar medis, catatan, atau parameter lainnya, namun kami tidak dapat menjelaskan bagaimana model tersebut sampai pada keputusan tersebut, atau bagian atau fitur mana yang diproses dan dianggap penting oleh model untuk mendapatkan hasil tersebut. Dalam studi ini kami mengusulkan Arsitektur ResNet-18 yang dimodifikasi, bersama dengan metode pra-pemrosesan ekstensif yang dijuluki palapa, untuk klasifikasi gangguan otak berdasarkan Pemindaian Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI). Tiga jenis gangguan otak yang kami fokuskan dalam studi ini adalah Tumor, Stroke, dan Alzheimer bersama dengan kelas keempat pemindaian otak Normal. Untuk melatih dan menguji model kami, kami menggunakan kombinasi kumpulan data IXI, ADNI, BraTS2020, dan ATLAS pada modalitas pemindaian T1, menggunakan palapa untuk menormalkan ukuran spasial, offset rotasi, offset spasial, dan intensitas, ke volume 224x224x224, dengan menggunakan normalisasi multivariat kami dapat mengurangi kompleksitas komputasi tugas klasifikasi, untuk memberikan skenario kasus terbaik bagi model kami untuk dilatih dan diuji. Dengan menggunakan model kami, dengan metode praproses kami, kami dapat memperoleh akurasi pengujian yang tinggi sebesar 99,8%, menggunakan ukuran batch yang relatif kecil yaitu 16, pada model ResNet-18 kami. Ketika dikombinasikan dengan analisis GradCam, ini menunjukkan korelasi yang tinggi antara wilayah yang diminati dan keluaran peta panas model. Kesimpulannya, penggunaan ResNet-18 yang dimodifikasi dikombinasikan dengan praproses Palapa menunjukkan efektivitas metode praproses, dan kemampuan model untuk menggeneralisasi jenis penyakit, sekaligus memungkinkan para profesional medis yakin terhadap hasilnya, melalui keluaran GradCam
Estimasi Parameter Distribusi Generalized Pareto, Weibull, dan q-Weibull pada Moment Magnitude Gempa Mainshock Megathrust di Indonesia
Indonesia menghadapi risiko gempa di zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai Siberut, dengan gempa ekstrem terakhir pada 2004 yang memicu tsunami Aceh. Penelitian ini membandingkan distribusi Generalized Pareto, Weibull, dan q-Weibull dalam memodelkan moment magnitude gempa megathrust menggunakan data 1973β2023 dengan metode Maximum Likelihood Estimation, Nelder-Mead, dan Adaptive Hybrid Artificial Bee Colony Algorithm (AHABC) dan mengaplikasikannya pada CAT modelling. Uji CramΓ©r-von Mises menunjukkan Weibull hanya sesuai pada 1 dari 16 lempeng, sedangkan Generalized Pareto dan q-Weibull sesuai pada seluruh lempeng. Plot PDF distribusi q-Weibull dan Generalized Pareto dengan berhasil membentuk distribusi yang menyerupai data empiris dibandingkan Weibull yang memiliki keterbatasan dalam pembentukan. Sedangkan, AIC Generalized Pareto unggul secara statistik dengan AIC terkecil, menghasilkan return level tinggi dengan return period kecil, sementara q-Weibull lebih stabil dengan hasil yang lebih moderat. Kedua distribusi efektif dalam membangkitkan data kejadian gempa, dengan Generalized Pareto cenderung lebih sering menangkap kejadian ekstrem pada pembuatan event loss table. Estimasi risiko menunjukkan Generalized Pareto menghasilkan perhitungan VaR dan TVaR yang lebih tinggi pada risiko ekstrem, sedangkan q-Weibull menawarkan stabilitas lebih baik. Penggunaan kernel Gaussian meningkatkan hasil perhitungan risiko, sedangkan Epanechnikov menurunkanya.
=================================================================================================================================
Indonesia faces earthquake risks in the Sunda Strait and Mentawai Siberut megathrust zones, with the last extreme earthquake in 2004 triggering the Aceh tsunami. This study compares the Generalized Pareto, Weibull, and q-Weibull distributions in modeling the moment magnitude of megathrust earthquakes using 1973-2023 data with Maximum Likelihood Estimation, Nelder-Mead, and Adaptive Hybrid Artificial Bee Colony Algorithm (AHABC) methods and applies them to CAT modeling. The CramΓ©r-von Mises test shows that Weibull fits only 1 of the 16 plates, while Generalized Pareto and q-Weibull fit all plates. PDF plots of q-Weibull and Generalized Pareto distributions successfully form distributions that resemble empirical data compared to Weibull which has limitations in shaping. Meanwhile, the AIC of Generalized Pareto is statistically superior with the smallest AIC, producing high return levels with small return periods, while q-Weibull is more stable with more moderate results. Both distributions are effective in generating earthquake event data, with Generalized Pareto tending to capture extreme events more often in the event loss table generation. Risk estimation shows that Generalized Pareto produces higher VaR and TVaR calculations at extreme risks, while q-Weibull offers more stability. The use of Gaussian kernel improves the risk calculation results, while Epanechnikov decreases it
Penyelesaian Economic Dispatch Menggunakan Metode Centralized Solution dengan Mempertimbangkan Load Shedding
Pertumbuhan penduduk, bertumbuhnya industri, dan berkembangnya teknologi yang terus berlangsung menjadi faktor kunci yang mendorong kebutuhan daya listrik. Apabila kebutuhan beban meningkat maka daya pembangkitan juga akan meningkat. Maka diperlukan perhitungan yang optimal seperti Economic Dispatch (ED) yang merupakan salah satu metode optimisasi yang digunakan untuk menentukan alokasi daya yang lebih murah dari pembangkitan listrik. Namun, terdapat gangguan seperti penambahan kebutuhan beban dan kurangnya daya pembangkitan, yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan. Dari ketidakseimbangan tersebut maka perlunya penerapan Optimal Load Shedding (OLS) untuk mempertahankan kestabilan sistem. Oleh karena itu, ED dilakukan dengan OLS untuk memenuhi kebutuhan beban. Metode yang optimal dalam penelitian ini adalah penggunaan metode Centralized Solution. Pada penggunaan metode ini akan mengembangkan perhitungan ED dengan OLS secara bersamaan apabila terjadi ketidakseimbangan. Untuk mempermudah penelitian dan melakukan evaluasi, penelitian akan dilakukan menggunakan simulasi komputer menggunakan software MATLAB. Hasil akhir yang didapatkan total biaya ED tanpa OLS cenderung lebih rendah yaitu sebesar 1222.73 (Penambahan Beban) dan 604.83 than the total cost of ED with OLS which is 682.73 (Generator Release) this is due to disturbances such as load addition and generator release which are the cause of additional costs. However, by doing so the imbalance of generation power and load requirements can be resolved
Evaluasi Embedded Value untuk Produk Asuransi dengan Penerapan Program Long Term Care dan Critical Illness di Perusahaan Asuransi Jiwa
Peningkatan umur harapan hidup di Indonesia berbanding lurus dengan meningkatnya risiko terkena penyakit kritis. Hal tersebut menyebabkan biaya perawatan dan kebutuhan finansial di usia lanjut menjadi lebih tinggi, terutama bagi mereka yang sudah tidak memiliki penghasilan tetap. Untuk mengatasi peningkatan biaya perawatan ini, produk asuransi Long Term Care (LTC) dirancang untuk menyediakan bantuan finansial kepada tertanggung pada usia lanjut. Kehadiran manfaat LTC dalam produk asuransi jiwa menyebabkan risiko yang ditanggung perusahaan lebih besar dibandingkan produk asuransi jiwa pada umumnya. Berdasarkan penelitian terdahulu, belum ada penelitian yang secara khusus membahas perhitungan premi pada produk asuransi jiwa Long Term Care, Critical Illness, maupun hybrid LTC-CI. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai premi dari ketiga produk asuransi dan mengevaluasi produk melalui nilai embedded value. Nilai embedded value menggambarkan profitabilitas jangka panjang produk asuransi dengan mempertimbangkan nilai sekarang dari keuntungan di masa depan. Model perhitungan premi menggunakan multiple state model, dengan benefit yang diberikan berupa manfaat kematian, biaya perawatan penyakit kritis, dan LTC untuk pemegang polis usia 65 tahun ke atas. Nilai laju transisi antar state pada pemegang polis perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki sehingga nilai premi tahunan pada perempuan lebih tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa premi pada produk asuransi LTC lebih tinggi dibandingkan premi pada produk asuransi Critical Illness atau hybrid LTC-CI. Selain itu, produk asuransi LTC menghasilkan nilai embedded value yang paling tinggi sehingga menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas produk asuransi LTC paling baik.
==================================================================================================================================
The increase in life expectancy in Indonesia is directly proportional to the increase in the risk of critical illness, which causes higher care costs and financial needs in old age, especially for those who no longer have a steady income. To address this rising cost of care, Long Term Care (LTC) insurance products are designed to provide financial assistance to the insured at an advanced age. The presence of LTC benefits in life insurance products causes the risk borne by the company to be greater than life insurance products in general. Based on previous research, there is no research that specifically discusses the calculation of premiums on Long Term Care, Critical Illness, or hybrid LTC-CI life insurance products. Therefore, this study aims to calculate the premium value of the three insurance products and evaluate the products through embedded value. Embedded value describes the long-term profitability of insurance products by considering the present value of future profits. The premium calculation model uses a multiple state model, with benefits provided in the form of death benefits, critical illness treatment costs, and LTC for policyholders aged 65 years and over. The value of the transition rate between states for female policyholders is higher than that of males so that the annual premium value for women is higher. The results show that premiums on LTC insurance products are higher than premiums on Critical Illness or hybrid LTC-CI insurance products. In addition, LTC insurance products produce the highest embedded value, indicating that the profitability level of LTC insurance products is the best
Pengembangan Model AI NijiGAN menggunakan Contrasive Learning dan Persamaan Diferensiasi untuk Translasi Gambar Nyata ke Anime
Generative AI telah merevolusi industri animasi, termasuk konversi gambar dunia nyata menjadi anime melalui translasi tanpa pasangan. Scenimefy, model berbasis contrastive learning, mencapai hasil fidelitas tinggi namun terbatas oleh ketergantungan pada data berpasangan berkualitas rendah dan arsitektur berparameter tinggi. Penelitian ini memperkenalkan NijiGAN, model inovatif yang memanfaatkan Neural Ordinary Differential Equations (NeuralODEs) untuk transformasi berkelanjutan. NijiGAN menggunakan separuh parameter Scenimefy dengan data pseudo-paired untuk pelatihan, sehingga meningkatkan proses pelatihan dan menghilangkan kebutuhan data berkualitas rendah. Evaluasi menunjukkan NijiGAN menghasilkan gambar berkualitas lebih tinggi dengan Mean Opinion Score (MOS) 2,192, melampaui AnimeGAN (2,160), serta skor Frechet Inception Distance (FID) 58,71, lebih baik dari Scenimefy (60,32). Hasil ini menegaskan bahwa NijiGAN kompetitif sebagai alternatif state-of-the-art dalam translasi gambar.
==================================================================================================================================
Generative AI has revolutionized the animation industry, including the conversion of real-world images into anime through unsupervised image-to-image translation. Scenimefy, a model based on contrastive learning, achieves high-fidelity results but is limited by its reliance on low-quality paired data and a high-parameter architecture. This study introduces NijiGAN, an innovative model leveraging Neural Ordinary Differential Equations (NeuralODEs) for continuous transformations. NijiGAN operates with half the parameters of Scenimefy and utilizes pseudo-paired data for training, streamlining the training process and eliminating the dependence on low-quality data. Evaluations demonstrate that NijiGAN produces higher-quality images, achieving a Mean Opinion Score (MOS) of 2.192, surpassing AnimeGAN (2.160), and a Frechet Inception Distance (FID) score of 58.71, outperforming Scenimefy (60.32). These results confirm that NijiGAN is a competitive alternative to state-of-the-art models for image-to-image translation