Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Not a member yet
    361 research outputs found

    ANALISIS LINTAS SIFAT-SIFAT AGRONOMIS TERHADAP INDEKS TANAMAN DAN KADAR NIKOTIN TEMBAKAU VIRGINIA BOJONEGORO

    No full text
    Hubungan sifat-sifat agronomis terhadap indeks tanaman dan kadar nikotin telah dicari dengan analisis lintas. Tujuan dari analisis adalah untuk mengetahui pcubah bebas yang sangat mempengaruhi peubah yang tidak bebas, indeks mutu dan kadar nikotin daun, sehingga dapat mengurangi banyaknya pengamatan yang dilakukan. Data pengamatan agronomis yang meliputi : jumlah daun/pohon, luas daun ke-7, luas daun ke-15, bobot rajangan kering/ha, indeks mutu dan indeks tanaman diperoleh dari percobaan pemupukan tiga galur harapan tembakau Virginia di kebun percobaan Pekuwon Bojonegoro dari bulan Mei sampai dengan Oktober 2002. Hasil analisis lintas antara indeks tanaman dengan peubah bebas di atas menunjukkan bahwa indeks tanaman sangat ditentukan oleh bobot rajangan kering dengan koefisien lintas pm-1.03367 dan koefisien dcterminasi parsial 102%. Hubungan lintas bcrantai melalui pcubah rajangan kering dan indeks mutu menunjukkan bahwa luas daun kc-7 sangat mempengaruhi rajangan kering dengan koefisien lintas (p„i)- 0.85257 dan rajangan kering sangat mempengaruhi indeks tanaman dengan koefisien lintas (p,x,)= 0.95639, indeks mutu pengaruhnya terhadap indeks lanaman sangat kecil dengan koefisien lintas p,M = 0.12316. Analisis lintas antara kadar nikotin daun dengan ke lima peubah tidak baik (unfit) dengan koefisien sisa p„,= 0.6827 melebihi koefisien lintas yang lainnya. Dengan pentingnya peubah rajangan kering ini maka penjualan daun segar yang dilakukan oleh petani tidak dianjurkan.Kata kunci: Nicotiana tabacum, tembakau Virginia, analisis lintas, jumlah daun, luas daun, indeks tanaman, indeks mutu, kadar nikotin, bobot rajangan ABSTRACT Path analysis of agronomical characteristics on crops index and nicotine content of Virginia tobacco Bojonegoro The relationship between agronomical characteristics and crops index or leaf nicotine content has been studied by using path analysis. The purpose of this analysis was to determine the independent variables which most affected the dependent ones as crops index and leaf nicotine contain, so that it could reduce the number of independent variables. The agronomical characteristics consist of leaf number/plant, seventh and fiteenth leaf area, dried slice leaf/ha, grade index and crop index obtained from fetilizer experiment on three Virginia tobacco lines at Pekuwon Experimental Garden Bojonegoro, from May to October 2002. The results of this path analysis showed that crop index was strongly affected by dried slice leaf with path coeficient poi = 1.03367 and patial determination coefficient 102%. It was indicated that dried slice leaf was strongly affected by seventh leaf area with path coefficient p,n- 0.85257 and dried slice leaf strongly variable affected the crop index with path coeficient poi= 0.95639, while the grade index had little effect on crop index with path coefficient poi= 0.12316. The path analysis between leaf nicotine content and ive variables above was unfit with residual path coeficient pou= 0.6827, it was higher than each path coefficient of the orther variables. The dried slice leaf was the main independent variable affecting the crops index, so that selling of fresh tobacco leaves by farmers is not recomended.Key words : Nicotiana tabacum, Virginia tobacco, path analysis, leaf number, leaf area, crop index, grade index, nicotine content, dried slice lea

    KANESIA 10 - KANESIA 13: EMPAT VARIETAS KAPAS BARU BERPRODUKSI TINGGI

    Get PDF
    ABSTRAKProgram perbaikan varietas kapas bertujuan meningkatkanproduktivitas dan mutu serat. Sembilan hasil persilangan kapas tahun 1997dan 1998 yang melibatkan dua tetua dari Amerika Serikat (DeltapineAcala 90 dan Deltapine 5690), tiga tetua dari India (LRA 5166, Pusa 1,dan SRT 1), dan satu tetua dari Asia Tengah (Tashkent 2) telah melaluitujuh pengujian di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan SulawesiSelatan untuk menilai potensi produksi, mutu serat, dan tingkat ketahananterhadap beberapa hama di lahan tadah hujan dengan atau tanpa diproteksidengan insektisida. Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok(RAK) yang diulang tiga kali dalam kondisi diproteksi ataupun tanpadiproteksi dengan insektisida pada petak-petak percobaan berukuran 40-50m2 dengan jarak tanam (100 x 25) cm. Pengendalian hama pada ulanganulanganyang diproteksi dengan insektisida adalah penambahan insektisidabenih Imidachloprit 10 ml/kg benih dan pengendalian hama H. armigerasebanyak 5-6 kali menggunakan pestisida nabati Organeem (Azadirachtin1%). Hasil pengujian menunjukkan bahwa Kanesia 10 – Kanesia 13mampu berproduksi lebih tinggi apabila diproteksi dengan insektisidadengan potensi produksi berturut-turut 19,32, 21,75, 17,05, dan 21,7%lebih tinggi dari Kanesia 8, dan rata-rata produktivitas berturut-turutadalah 2.457,2, 2.507,3, 2.410,5, dan 2.506,8 kg kapas berbiji per hektar.Kanesia 10 dan Kanesia 11 memiliki kandungan serat berturut-turut 27,2%dan 8,11% lebih tinggi dibandingkan Kanesia 8. Pada rekayasa Kanesia10 - Kanesia 13 ini tidak diperoleh kemajuan genetik yang nyata padaparameter mutu serat, akan tetapi mutu serat dari empat galur tersebut diatas memenuhi kriteria industri tekstil yaitu dengan rata-rata karakteristikmutu serat yaitu panjang serat 26,92 – 29,34 mm, kekuatan 27,13 – 29,50g/tex, kehalusan 4,38-5,08 micronaire, dan keseragaman serat 83,3 –84,6%.Kata kunci : Gossypium hirsutum, kemajuan genetik, produktivitas, mutuseratABSTRACTKanesia 10- Kanesia 13: Four New High Yielding Cotton VarietiesThe cotton breeding program is focusing on the increase ofproductivity and fiber properties. The 1997 and 1998 crossing programinvolving two parents introduced from the United States of America(Deltapine Acala 90 and Deltapine 5690), three parents introduced fromIndia (LRA 5166, Pusa 1, and SRT 1), and one variety originated fromCentral Asia (Tashkent 2), have resulted in nine crosses which had beentested in seven locations at East Java, West Nusa Tenggara, and SouthSulawesi to evaluate their yield potentials, fiber properties, and resistancelevel to insect pests on rainfed areas with or without protection.Experiments were arranged in randomized block design (RBD) with threereplications either with or without insecticide spray on 40-50 m2 plots with(100 x 25) cm planting space. Insect controls were done by treating cottonseed with 10 ml Imidachloprit per kg seed and 5-6 applications ofbotanical pesticide Organeem (Azadirachtin 1%). Experimental resultsshowed that Kanesia 10-Kanesia 13 yield better when insects arecontrolled. Their yield potentials are 19.32, 21.75, 17.05, and 21.7%higher than Kanesia 8, respectively, and means of yield are 2,457.2,2,507.3, 2,410.5, and 2,506.8 kg seed cotton, respectively. Kanesia 10 andKanesia 11 have 27.2 and 8.11% higher gin turnout, respectively thanKanesia 8. On the engineering of Kanesia 10-Kanesia 13, there is noimprovement on the fiber properties, although they meet the textileindustries’ criteria i.e. staple length 26.92 – 29.34 mm, fiber strength 27.13– 29.50 g/tex, fiber fineness 4.38-5.08 micronaire, and uniformity ratio83.3 – 84.6%.Key words : Gossypium hirsutum, genetic improvement, productivity,fiber propertie

    PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN AIR PADA TIGA AKSESI SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees )TERHADAP MUTU DAN PRODUKSI SIMPLISIA

    Get PDF
    ABSTRAKPenelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian airterhadap tiga aksesi sambiloto untuk meningkatkan produktivitas dan mutusimplisia. Dilaksanakan di rumah kaca Balittro (Balai Penelitian TanamanObat dan Aromatik), Bogor, dari bulan Juni sampai Desember 2006.Rancangan yang digunakan adalah petak terbagi, dengan ulangan tigakali. Petak utama adalah aksesi sambiloto (3 nomor) yaitu Cmg-1, Cmg 2,dan Blali-1, anak petak adalah pemberian air (5 perlakuan) yaitu 3, 4, 5, 6,dan 7 mm/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksiantara aksesi sambiloto dan tingkat pemberian air terhadap pertumbuhantanaman (tinggi tanaman, jumlah cabang dan luas daun), kecuali padaproduksi berat segar 2 bulan setelah tanam (BST) dan produksi beratkering pada 4 BST. Perlakuan Cmg-2 dikombinasi dengan pemberian air 5mm/hari menghasilkan berat segar dan kering tertinggi. Perlakuanpemberian air 3-7 mm/hari/tanaman dapat menghasilkan produksi danmutu simplisia yang dapat memenuhi standar Materia Medika Indonesia(MMI) berdasar kadar air, kadar abu, dan kadar sarinya. Dengan demikiankebutuhan air sambiloto setara dengan palawija atau sayur-sayuran. MutuBlali-1 dan pada perlakuan pemberian air 3 mm/hari menunjukkan kadarsari larut alkohol tertinggi (22,28%) dan Cmg-2 pada perlakuan pemberianair 4 mm/hari menunjukkan kadar sari larut air paling tinggi (28,14%) dankadar andrografolid simplisia 1,78%.Kata kunci : Sambiloto,  Andrographis  paniculata  Nees,  tingkatpemberian air, produksi, mutu simplisiaABSTRACTThe effects of water treatment on some numbers ofaccessions on the quality and production of the sympliciaof sambiloto, the king of bitter (Andrographis paniculataNees )The experiment was carried out to study the effect of watertreatment three accession of sambiloto, the king of bitter, to increase itsproductivity and symplicia. The experiment was conducted in the greenhouse of the Indonesian Medicinal and Aromatic Crop Research Institute(IMACRI), Bogor, from June to December 2006. The experimentarranged in split plot design with three replications, The main factor wasthree accession number of sambiloto i.e. Cmg-1, Cmg-2, and Blali-1,whereas the sub factor was water treatments i.e. 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6mm, and 7 mm/day. The results showed that there was no interactionbetween the numbers of accessions and water treatment on the plantgrowth except for fresh weight production at 2 Month After Planting(MAP) and dry weight production at 4 MAP. Cmg-2 treatment combinedwith water treatment (5 mm/day) produced the highest fresh and dryweight. Water treatment of 3 - 7 mm/day produce the yield and quality thatmeet standard of the Materia Medika Indonesia (the material medical ofIndonesia) based on the water, ash, and gist contents. Therefore, waternecessity of sambiloto is evenly balanced with secondary crops orvegetables. The quality of Blali-1 on the water treatment of 3 mm/dayindicated the highest dissolved gist of alcohol (22.28%) meanwhile theCmg-2 on the water treatment of 4 mm/day showed the highest dissolvedgist of water (28.14%) and andrographolid content of symplicia is 1.78%.Key words : King of bitter, Andrographis paniculata Nees, watertreatment, yield, quality of symplici

    POTENSI BAKTERI ENDOFIT MENGINDUKSI KETAHANAN TANAMAN LADA TERHADAP INFEKSI Meloidogyne incognita

    Get PDF
    ABSTRAKMeloidogyne incognita, merupakan salah satu organisme peng-ganggu (OPT) penyebab penyakit kuning pada tanaman lada dan dapatmengakibatkan penurunan hasil sampai 32%. Beberapa teknik untukmengendalikan patogen ini telah dilakukan tetapi belum memberikan hasilyang memuaskan. Pengendalian biologi dengan menggunakan bakteriendofit merupakan salah satu alternatif pengendalian yang cukup men-janjikan untuk dapat mengatasi permasalahan nematoda penyakit tanaman.Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Bakteriologi danNematologi Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, danRumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka TanamanIndustri Pakuwon Sukabumi dari bulan Mei sampai November 2009.Kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Seleksi beberapa isolat bakteri endofituntuk mengendalikan nematoda M. incognita pada tanaman lada dan 2)Potensi induced systemic resistance (ISR) dan analisis asam salisilat sertaperoksidase. Isolat bakteri endofit yang digunakan adalah isolat bakteriendofit potensial yang diisolasi dari akar nilam. Akar tanaman ladadirendam dalam suspensi bakteri endofit, selanjutnya diinokulasi dengan500 ekor larva 2 M. incognita. Sebulan setelah inokulasi tanamandibongkar diamati populasi nematoda dan pertumbuhan tanaman. AnalisisISR dilakukan dengan metode split root system dilanjutkan dengananalisis kadar asam salisilat dan peroksidase. Penelitian mengunakanRancangan Acak Lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteriendofit dapat menekan jumlah puru dan populasi nematoda di dalam akar.Penekanan tertinggi pada isolat MSK (97,93%) tidak berbeda nyatadengan isolat BAS, TT2, dan NJ46 yaitu 97,35; 95,22; dan 92,14%.Berdasarkan analisis split root system, ke 4 isolat tersebut dapat meng-induksi ketahanan tanaman lada secara sistemik dengan mekanismepeningkatan kandungan asam salisilat dan peroksidase di dalam akar.Kata kunci : Bakteri endofit, penyakit kuning, Piper nigrum L.,Meloidogyne incognita, induksi ketahananABSTRACTThe use of endophytic bacteria to induce plant resistanceagainst infection of root-knot nematode (Meloidogyneincognita) on black pepperRoot-knot nematode (Meloidogyne incognita) is one of important patho-gens causing yellow disease on black pepper. As a result of this pathogenattack can lower the results up to 32%. Several control methods have beendone successful to control pathogen. Biological control using endophyticbacteria is one of prospective alternative control methods to overcomenematode problem. The research had been conducted in the Laboratory ofBacteriology and Nematology Department of Plant Protection, BogorAgricultural University (IPB) and in greenhouse of Indonesian Spices andIndustrial Crops Research Institute (ISICRI) Sukabumi. The objectives ofthis study were : 1) Selection of endophytic bacteria to control M.incognita nematodes on black pepper and 2) Potential of induced systemicresistance (ISR) and analysis of salicylic acid and peroxidase. Endophyticbacterial isolates used were endophytic potential bacterial isolates isolatedfrom the roots of patchouli. Pepper plant roots were soaked in anendophytic bacterial suspension, then inoculated with 500 larvae of 2 M.incognita. A month after inoculation, the plants were dismantled andobserved population of nematodes and plant growth. ISR analysis wasperformed by the method of split root system followed by analysis ofsalicylic acid and peroxidase contents. The research was arranged usingCompletely Randomized Design. The results showed that endophyticbacteria were able to suppress the amount of gall and nematode populationin roots. The highest suppression was on MSK isolate (97.93%) which wasnot significantly different from BAS, TT2, and NJ46 isolates, namely97.35, 95.22, and 92.14%, respectively. The analysis of split root systemshowed that the 4 isolates were able to induce systemic resistance of blackpepper with a mechanism of increase in salicylic acid and peroxidasecontents in roots.Key words : Endophytic bacteria, yellow disease, Piper nigrum L.,Meloidogyne incognita, induce systemic resistanc

    PENGARUH DOSIS MIKORIZA DAN PEMUPUKAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOPI ROBUSTA DI BAWAH TEGAKAN KELAPA PRODUKTIF

    No full text
    AbstrakTanaman kopi robusta yang ditanam di bawah tegakan kelapa diperkirakan mengalami persaingan yang cukup ketat dalam memanfaatkan air dan hara. Mikoriza adalah salah satu mikroorganisme yang dapat meningkatkan kemampuan perakaran kopi robusta dalam persaingan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pemberian mikoriza dan pupuk NPK untuk tanaman kopi robusta di bawah tegakan kelapa produktif. Penelitian ini dilakukan tahun 2012-2013 di Kebun Percobaan Pakuwon, Sukabumi di bawah tegakan kelapa umur 37 tahun jenis kelapa dalam. Penelitian disusun menurut rancangan petak terbagi. Sebagai petak utama adalah empat dosis mikoriza: (1) tanpa mikoriza, (2) 20 g/tanaman, (3) 40 g/tanaman, dan (4) 60 g/tanaman, sedangkan sebagai anak petak adalah dosis pupuk NPK: (1) tanpa pupuk, (2) 60% dari rekomendasi, (3) 80% dari rekomendasi, dan (4) 100% dari rekomendasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mikoriza 40 g/tanaman sudah menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang berbeda nyata dengan tanpa pemberian mikoriza dan tidak berbeda nyata dengan pemberian 60 g/tanaman. Jumlah ruas/cabang tertinggi diperoleh pada pemberian pupuk NPK 100% rekomendasi. Pemberian mikoriza 60 g/tanaman + pupuk NPK 40% nyata menghasilkan bonggol dan produksi yang tinggi. Bobot 100 biji basah dan kering tertinggi diperoleh pada pemberian kombinasi mikoriza 60 g/tanaman + pupuk NPK 40% rekomendasi. Pemberian mikoriza tidak hanya meningkatkan daya saing kopi di bawah tegakan kelapa produktif, tetapi juga dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK. Pemberian mikoriza 60 g/tanaman + pupuk NPK 40% dapat meningkatkan produksi dan kualitas biji kopi di bawah tegakan kelapa.Kata kunci: Coffea conephora, kelapa, NPK, mikoriza, pertumbuha

    HUBUNGAN ANTARA KERAGAMAN BIOFISIK DAN FISIOLOGIS BENIH DENGAN VIGOR BENIH DAN BIBIT KAKAO HIBRIDA

    Get PDF
    ABSTRAKPenentuan karakteristik biofisik guna menghasilkan benih dan bibit berkualitas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaman hubungan mutu biofisik dan fisiologis benih terhadap vigor benih dan bibit kakao hibrida. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai November 2010, di Kebun Benih, Puslitkoka, Jember dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB serta di rumah kacaBalai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor. Penelitianmenggunakan Rancangan Acak Kelompok, lima jenis kakao hibrida danempat ukuran benih, dengan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman karakteristik biofisik benih kakao GC 7, ICS 13 dan 60,TSH 858 dan UIT 1 pada jumlah dan bobot benih sangat bervariasi. Keragaman hubungan karakteristik biofisik untuk panjang, diameter, tebal dan bobot per 100 benih optimal pada benih kakao ukuran besar GC 7, ICS60, dan TSH 858, sangat besar ICS 13 dan UIT 1. Ukuran benih berkaitan dengan mutu fisiologis perkecambahan benih, nilai, periode, daya, dan lajukecambah optimal ukuran benih sedang dan besar pada kakao GC 7, ICS60, dan TSH 858, ICS 13 dan UIT 1 pada ukuran benih sedang, besar dansangat besar. Ukuran benih berhubungan dengan daya hidup benih terbaikkakao GC 7, ICS 60, dan TSH 858 untuk ukuran sedang dan besar, ICS 13dan UIT 1 ukuran benih besar dan sangat besar. Pertumbuhan bibitberkaitan dengan panjang tunas, panjang akar, diameter batang, dan tunas,rasio bobot kering akar dan tunas terbaik kakao GC 7 dan TSH 858 padaukuran sedang dan besar, ICS 60 benih besar serta ICS 13 dan UIT 1ukuran besar dan sangat besar. Perkembangan hasil total bobot keringtunas, daun dan bibit, bobot kering akar, total bobot kering bibit, dan rasiobobot kering akar dan tunas (A:T) optimal pada benih ukuran sedang,besar dan sangat besar.Kata kunci: Theobroma cacao, benih hibrida, matriconditioning, seleksibenih, vigor benihABSTRACTDetermination of biophysical and physiological characteristics ofseeds is essential in order to produce quality seeds and seedlings. Thestudy aims to determine the diversity of biophysical and physiologicalrelationship quality seed from the seed vigor and hybrid cacao seedlings.The experiment was conducted in May and November 2010. The studywas conducted at Seed Gardens, Puslitkoka, Jember and Seed LaboratoryScience and Technology IPB and in greenhouse Indonesian BiotechnologyResearch for Estate Crops, Bogor. The study used a randomized block design, five and four types of hybrida cocoa seed size, with four replications. The results showed the diversity of biophysical characteristicsof cacao seeds GC 7, ICS 13 and 60, TSH 858 and UIT 1 on number andweight of seeds. The diversity of the biophysical characteristics of therelationship to length, diameter, thickness and weight per 100 seeds on theoftimal size of a large cocoa seeds GC 7, ICS 60, and TSH 858, a verylarge ICS 13 and UIT 1. Size physiological seed quality associated withthe germination of seeds, value, period, the power, and the optimal rate ofgermination medium and large seed size in cocoa GC 7, ICS 60, and TSH858, ICS 13 and UIT 1 seed sizes medium, large and very large. Seed sizeassociated with the best seed vitality of cacao GC 7, ICS 60, and TSH 858for medium and large size, ICS 13 and UIT 1 large seed size and verylarge. Seedling growth related to the length of shoots, root length, stemdiameter, and shoots, root dry weight ratio and best buds of cacao GC 7and TSH 858 on medium and large size, large seed ICS 60 and ICS 13 andUIT 1 large and very large size. The development of the dry weight of thetotal yield of shoots, leaves and seeds, root dry weight, total dry weight ofthe seeds, and the ratio of dry weight of roots and shoots (A:T) on theoptimal size of the seed medium, large and very large.Key words: Theobroma cacao, hybrid seeds, matriconditioning, seedselection, seed vigo

    DISPERSION PATTERN OF Helopeltis antonii Signoret (HEMIPTERA:MIRIDAE) ON CASHEW PLANTATION

    Get PDF
    ABSTRACTHelopeltis antonii is one of the major pests in most cashew growingareas in Indonesia. The pest attacks cashew plants in the nursery and alsoin the fields which caused significant damage. Apart of cashew the insectshave a lot of alternate host plants such as tea, cocoa, neem, pepper,mangoes, jamboes, etc. This research was aimed at investigating thedispersion pattern of H. antonii in cashew plantation. The research wasconducted in smallholder cashew plantation in Ngadirejo, Wonogiri,Indonesia from March 2004 to May 2006. The observation of H. antoniipopulation was carried out on 60 sample plants which selectedsystematically in about 2 ha cashew plantation area every two weeks.Distribution analysis using various indices of dispersion and regressionmodels was applied to evaluate the dispersion of H. antonii in cashewplantation. The result shows that variance to mean ratio (s 2 / x ), χ2, Lloydmean crowding, Green’s coefficient of dispersion and Taylor’s power lawindicate aggregated distribution when the population is high duringflushing-flowering seasons of cashew plants, and it indicates regular orrandom distribution when the population is low during post-floweringseasons. The aggregated distribution on cashew plants indicated that thereis a preferency to food sources of the plants and an individual behaviour toaggregate. Therefore, sampling and monitoring H. antonii in cashewplantation should be carried out systematically during flushing-floweringseasonsKey words: Cashew,  Anacardium  occidentale,  pest  management,Helopeltis antonii, dispersion, Central JavaABSTRAKPola sebaran Helopeltis antonii Signoret (Hemiptera:Miridae) pada pertanaman jambu meteHelopeltis antonii merupakan salah satu hama utama tanamanjambu mete yang ditemukan hampir di setiap area pengembangan mete diIndonesia. Hama ini menyerang tanaman jambu mete sejak pembibitanhingga di lapangan dengan kerusakan yang cukup signifikan. Selain jambumete, serangga ini juga mempunyai banyak inang alternatif antara lain teh,kakao, mimba, lada,mangga, jambu air dll. Penelitian ini bertujuan untukmenentukan sebaran serangga tersebut, khususnya sebaran horizontal padapertanaman jambu mete. Penelitian dilakukan di pertanaman jambu metemilik petani di daerah Ngadirejo, Wonogiri, Indonesia dari Maret 2004sampai Mei 2006. Pengamatan populasi H. antonii dilakukan pada 60tanaman sampel yang dipilih secara sistematik pada area pertanamanjambu mete seluas kurang lebih 2 ha setiap 2 minggu sekali. Hasil analisismenggunakan beberapa indek pengelompokan dan model regresi yaiturasio keragaman terhadap rata-rata (s 2 / x ), χ2,rata-rata pengelompokandari Lloyd, koefisien sebaran dari Green dan hukum kekuatan Taylormenunjukkan penyebaran yang mengelompok jika populasi tinggi selamamusim pembentukan tunas dan pembungaan jambu mete, dan merata atauacak jika populasi rendah sesudah musim pembungaan. Pengelompokan H.antonii pada tanaman jambu mete menunjukkan adanya ketertarikan padaketersediaan makanan pada tanaman jambu mete dan perilaku individuserangga tersebut. Oleh karena itu untuk pengambilan sampel danpengamatan serangga tersebut sebaiknya dilakukan secara sistematis padasaat musim pembentukan tunas dan pembungaan.Kata kunci: Jambu mete, Anacardium occidentale, pengendalian hama,Helopeltis antonii, sebaran, Jawa Tenga

    PENGARUH PENGAIRAN TERHADAP PRODUKSI DAN KANDUNGAN MINYAK BIJI TIGA PROVENAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

    Get PDF
    ABSTRAKPenelitian lapang dilakukan di Kebun Percobaan Balai PenelitianTanaman Tembakau dan Serat di Muktiharjo, Pati dengan tekstur tanah liatberdebu mulai tahun 2007 sampai 2009. Penelitian bertujuan untukmengetahui respon pengairan terhadap produksi dan kadar minyak bijijarak pagar. Jarak pagar ditanam pada bulan Februari 2007. Percobaanmenggunakan rancangan petak berjalur dengan tiga ulangan yang terdiridari dua faktor, yaitu faktor pertama : provenan IP-1A, IP-1M, dan IP-1P,dan faktor kedua yaitu kriteria pengairan : kontrol (tanpa pengairan),pengairan saat kandungan air tanah mencapai 35, 50, dan 65%. Pengairandiberikan selama musim kemarau. Pemangkasan pertama dilakukan padatahun II yaitu awal musim hujan (September 2008). Hasil penelitianmenunjukkan bahwa tambahan pengairan hanya diperlukan pada tahunpertama. Produksi biji jarak pagar tidak dipengaruhi oleh irigasi mulaitahun II sehingga tanaman jarak pagar tidak memerlukan tambahanpengairan selama musim kemarau dan dapat beradaptasi pada berbagaiketersediaan air tanah terutama pada daerah dengan curah hujan tahunan1.200-1.500 mm. Produksi biji IP-1P pada tahun I mencapai 258,7 kg/halebih tinggi dibanding IP-1A yaitu 148,11 kg/ha bila diairi saat kandunganair tanah 65%. Bila tidak diairi atau pengairan terbatas, produksi biji IP-1Adan IP-1P akan menurun masing-masing 37-59 dan 17-31%. Pada berbagaiperlakuan pengairan pada tahun II dan III, kisaran produksi biji 842-975dan 818-966 kg/ha. Pada tahun II, tanaman IP-1P menghasilkan produksibiji tertinggi (1.369 kg/ha) dibanding IP-1A (737 kg/ha) dan IP-1M (631kg/ha). Selanjutnya pada tahun III, produksi biji IP-1P (1.268 kg/ha) tetaplebih unggul dibanding IP-1A (902 kg/ha) dan IP-1M (416 kg/ha).Keunggulan IP-1P dibanding provenan lainnya adalah kemampuannyayang lebih tinggi dalam membentuk cabang produktif dan buah. Tambahanpengairan selama musim kemarau pada tahun I selain untuk meningkatkanproduksi biji juga meningkatkan kandungan minyak biji IP-1A dari 27,26menjadi 29,89% dan IP-1P dari 26,54 menjadi 30,05%. Selanjutnya padatahun II, tambahan pengairan sampai kandungan air tanah 50% tidakmempengaruhi kandungan minyak biji IP-1A, IP-1M, dan IP-1P.Kata kunci: Jarak pagar, ketersediaan air tanah, pengairan, produksi biji,kandungan minyak bijiABSTRACTEffects of irrigation on seed production and oil content ofthree provenances of physic nut (Jatropha curcas L.)A field experiment was conducted at the experiment station ofIndonesian Tobacco and Fiber Crops Research Institute in Muktiharjo, Pation a soil texture of silty clay for three years from 2007 to 2009. Theexperiment aimed to investigate the response of irrigation on productionand oil content of jatropha seed. Jatropha was planted in February 2007.The experiment used a striped plot design with three replicates. Itconsisted of two factors, firstly three provenances : IP-1A, IP-1M, and IP-1P, and secondly four irrigation levels : control (no irrigation), irrigationwhen available soil water content reached 35, 50, and 65%. Irrigation wasapplied during the dry season. The first pruning was done in the secondyear during rainy season (September 2008). The results showed thatsupplementary irrigation was needed only in the first year. The productionof jatropha seeds was not affected by irrigation from the second year on.The plants did not require additional irrigation during the dry season andthey well adapted to different soil available water, especially in areas withannual rainfall of 1,200-1,500 mm. When no irrigation supply or underinsufficient moisture content, the seed yield of IP-1A and IP-1P decreasedby 37-59 and 17-31%. In the second and third years, seed production of allirrigation treatments ranged from 842-975 and about 818-966 kg/ha. IP-1Pproduced the highest seed yield (1,369 kg/ha) compared to IP-1A (737kg/ha) and IP-1M (631 kg/ha) second year. In the third year, seedproduction of IP-1P was 1,268 kg/ha which was still more superior thanIP-1A (902 kg/ha) and IP-1M (416 kg/ha). Compared to the other twoprovenances, IP-1P was higher ability in producing productive branchesand fruits. In addition to increase in seed production, supplementaryirrigation during the dry season in the first year also increased seed oilcontent from 27.26 to 29.89% for IP-1A and from 26.54 to 30.05% for IP-1P. Furthermore, in the second year an additional irrigation to soilavailable water of 50% did not affect the seed oil content of allprovenances.Key words: Jatropha curcas L., soil available water, irrigation, seedyield, seed oil conten

    ANALISIS MUTU, PRODUKTIVITAS, KEBERLANJUTAN DAN ARAHAN PENGEMBANGAN USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN TEMANGGUNG, JAWA TENGAH

    Get PDF
    ABSTRAKTembakau Temanggung merupakan komoditas penting bahan bakuindustri rokok kretek, sumber pendapatan petani dan PAD KabupatenTemanggung. Selain itu, tembakau juga menjadi pemicu pertumbuhankegiatan ekonomi lainnya yang terkait dengan usahatani, sepertitransportasi, penyediaan sarana produksi pertanian serta penyediaanlapangan kerja. Usahatani tembakau Temanggung menghadapi 3 (tiga)masalah utama, yaitu: sifat tembakau Temanggung yang tergolong fancyproduct, struktur pasar yang monopsonistik dan kondisi lahan usahataniyang beragam (beragam menurut elevasi, arah lereng dan tingkatkemiringan lereng). Kondisi lahan tersebut mengakibatkan mutu tembakaumenjadi beragam, dan cenderung menurun bahkan mengancam keber-lanjutan usahatani tembakau. Penelitian ini dilaksanakan bulan Januari2004 - Maret 2005 di sentra produksi tembakau Temanggung, yangmemiliki beberapa perbedaan berdasarkan elevasi, arah lereng dan tingkatkemiringan. Untuk mengetahui ragam mutu dan produktivitas dianalisisdengan sidik ragam. Untuk mengetahui pengaruh elevasi, arah dankemiringan  lereng  digunakan  analisis  regresi  berganda.  Dalammenganalisis keberlanjutan usahatani, digunakan multi atribut non-parametrik yang diolah dengan multidimentional scaling (MDS). Mutu danproduktivitas tembakau Temanggung cukup beragam. Elevasi dan arahlereng (slope aspect) merupakan faktor utama yang mempengaruhi mutudan produktivitas tembakau Temanggung. Mutu tembakau yang ditanampada lahan berelevasi di atas 1.000 m dpl, nyata lebih baik dibandingkandengan mutu tembakau yang ditanam pada lahan yang berelevasi kurangdari 1.000 m dpl. Produktivitas tembakau yang ditanam pada lahan arahlereng ke timur nyata lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitastembakau pada lahan arah lereng ke timur laut dan utara. Tingkatkemiringan lereng tidak berpengaruh terhadap mutu maupun produktivitastembakau. Indeks keberlanjutan usahatani tembakau Temanggung,termasuk kedalam kategori cukup (IKb = 55,53 pada skala keberlanjutan 0– 100).Kata kunci : Tembakau, Nicotiana tabacum L., tembakau Temanggung,mutu, produktivitas, indeks keberlanjutan, usahatani, JawaTengahABSTRACTAnalysis of quality, productivity and sustainability anddevelopment direction of tobacco farming in TemanggungDistrict, Central JavaTemanggung tobacco is an important commodity for cigaretteindustry, farmers’ income and product domestic regional brutto (PDRB)of Temanggung District. Tobacco stimulates economy activities, so that itcan grow other bussiness activities, such as transportation, agroproductand employment availability. Uncontrolled cultivation intensity andmarket structure monopsonistic resulted in weak bargaining position offarmer in marketing tobacco. Tobacco is a fancy product, it means that itsmarketing and transaction are very determined by quality. Theseconditions affected the sustainability of tobacco farm. This research wascarried out from January 2004 to March 2005 in the center of Temanggungtobacco production, which varies in terms of elevation, slope aspect andtopography. Temanggung tobacco varies in terms of quality andproductivity. Elevation and slope aspect were the primary factorsinfluencing tobacco productivity and quality. The quality of tobaccoplanted at farmer location at the elevation more than 1.000 m above sealevel (asl) with slope facing east, was significantly better than the qualityof tobacco planted at the elevation less than 1.000 m asl with slope facingnorth-east and north. The tobacco productivity planted on the slope facingeast differed significantly with the tobacco productivity planted on north-east and north slope facing. The slope did not significantly influencetobacco quality and productivity. Sustainability index of tobacco farmbelongs to enough category (IKb = 55.53 at scale of sustainability 0 –100).Key words : Nicotiana tabacum L. Temanggung tobacco, quality,productivity, sustainability index, farming system, CentralJav

    PENGARUH DOSIS DAN CARA PELETAKAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KAYUMANIS (Cinnamomum burmanii ROBX)

    Get PDF
    ABSTRAKPenelitian lapangan dilaksanakan di Instalasi Kebun PercobaanLaing, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Solok, SumateraBarat pada tahun 2002 sampai dengan 2004. Penelitian bertujuan untukmendapatkan dosis pupuk NPK dan cara peletakan pupuk terbaik untukpertumbuhan kayumanis. Perlakuan yang diuji adalah (A) dosis pupukNPK yang terdiri atas 5 taraf; A1 = 15, A2 = 30 , A3 = 45, A4 = 60, danA5 = 75 g/ph/th.yang diberikan secara bertahap pada tahun ke-1, ke-2 danke-3, (B) daerah peletakan pupuk yang terdiri atas: B1 (sebar di arealkanopi), B2 (sebar dalam alur ring), dan B3 (tugal pada 4 sisi tanaman).Dosis pupuk pada tahun pertama dan kedua diberikan masing-masing 67dan 83% dari dosis penuh yang diberikan pada tahun ketiga. Penelitianmenggunakan rancangan acak kelompok dengan pola faktorial, diulang 4kali dengan ukuran plot 20 tan/perlakuan. Parameter yang diukur adalahtinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan lebar tajuk. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa pada fase pertumbuhan tanaman umur 1tahun di lapangan tidak terdapat interaksi antara dosis dan cara peletakanpupuk. Pengaruh interaksi baru terlihat setelah tanaman berumur 2 tahun,yaitu dengan penggunaan NPK dosis pupuk 62,5 g/ph/th yang ditempatkanpada alur ring (B2) menghasilkan pertumbuhan jumlah daun yang terbaik,yaitu sebanyak 316,7 helai, meskipun hasilnya tidak berbeda nyata denganpenggunaan NPK dosis 25 g/ph/th yang disebar sekitar ring (B1) atau tugalpada 4 sisi tanaman (B3) dengan hasil masing-masing 303,8 dan 302,6helai daun/ph/th. Pada umur 3 tahun juga tidak terlihat adanya pengaruhinteraksi di antara perlakuan.Kata kunci : Kayumanis, Cinnamomum burmanii Robx, pemupukan,pertumbuhan, Sumatera BaratABSTRACTEffect of dosage and stoppage area of fertilizer for thegrowth of cinnamon (Cinnamomum burmanii ROBX)A field trial was conducted at the Laing Experimental Garden,Indonesian Spice and Medicinal Crops Research Institute, Solok, WestSumatra from the years 2002 to 2004. The objective of the research was tofind out the best dosage and stoppage area of fertilizer for the growth ofcinnamon. The treatment tested were (A) dosage of NPK, comprised ofA1= 15, A2= 30 A3= 45 A4=60, and A5= 75 g/plant/year which wereapplied gradually in the 1 st , 2 nd , and 3 rd . (B) stoppage area of fertilizerconsisting of : B1 (spread under canopy area), B2 (spread in the at canopycircle, and B3 (spotted at 4 points at canopy circle frontier). The researchused a randomized block design, with two factors, and 2 replications and20 plants/treatment. The parameters observed were plant height, diameter,number of leaves and wide of canopy. The results showed that on the firstyear there was no interaction between fertilizer dosage and stoppage areaon the growth of cinnamon. The interaction between them was seen atsecond year where the treatment of 62.5 g NPK/plant/year which wereplaced on the ring (B2) produced the highest number of leaves 316.7, butthis was not significantly different compared to the treatment of 25g/plant/year which was spread on the ring (B1) and spotted at 4 points(B3) which produced 303.8 and 302.6 leaves/plant/year. At the 3 rd yearthere was no interaction between the two factors either.Key words : Cinnamon,  Cinnamomum  burmanii  Robx,  fertilizer,growth, West Sumater

    222

    full texts

    361

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Jurnal Penelitian Tanaman Industri
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇