JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Not a member yet
324 research outputs found
Sort by
Variasi Morfometrik Pada Beberapa Lamun Di Perairan Semenanjung Minahasa
Lamun (seagrass) atau disebut juga ilalang laut. Istilah lamun untuk seagrass, pertama-tama diperkenalkan oleh Hutomo dimana merupakan satu-satunya kelompok tumbuhan hidup di perairan laut dangkal. Lamun tumbuh padat membentuk padang, sehingga dikenal sebagai padang lamun (seagrass beds). Penelitian pada ekosistem padang lamun dimana banyak terjadi kegiatan atau aktivitas pemanfaatan oleh manusia sangatlah terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini perlu diadakan sehingga dapat dijadikan sebagai informasi awal bagi peneliti di perairan semenanjung Minahasa. Pengumpulan data dilaksanakan di Perairan Semenanjung Minahasa Sulawesi Utara, khususnya di desa Arakan dan desa Tongkeina. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode jelajah. Sampel yang telah diperoleh (30 individu per species), diidentifikasi, diukur dengan aplikasi image-J gambar dan diolah menggunakan aplikasi SPSS versi 20.Rata-rata ukuran empat spesies yang diidentifikasi, memiliki variasi dan perbedaan antara spesies yang satu dengan spesies yang lain. Untuk spesies Cymodocea serrulata dan Thalassia hemprichii yang tumbuh di Tongkeina berukuran lebih panjang dibanding yang tumbuh di Arakan. Sedangkan untuk spesies Halodule pinifolia, terlihat yang tumbuh di Arakan yang memiliki ukuran lebih panjang dari Halophila ovalis.    Hasil pengukuran menggunakan Hobo Pendant loggers di Arakan : intensitas cahaya 130000-139000 lux dan temperatur 36-37 0C. Di Tongkeina intensitas cahaya 230000-240000 lux dan temperatur 31-32 0C.Secara umum dapat disimpulkan bahwa ketiga spesies baik yang tumbuh di arakan maupun yang tumbuh di Tongkeina memiliki variasi morfometrik. Â
Kelayakan Kualitas Air Untuk Kawasan Budidaya Eucheuma cottoni Berdasarkan Aspek Fisika, Kimia Dan Biologi di Kabupaten Kepulauan Selayar
Telah dilakukan penelitian tentang kelayakan kualitas air untuk kawasan budidaya Eucheuma cottonii berdasarkan aspek fisika, kimia dan biologi di Kabupaten Kepulauan Selayar, pada bulan September – November 2014. Penelitian ini bertujuan mengetahui kawasan budidaya rumput laut berdasarkan kondisi fisika, kimia dan biologi di perairan Kepulauan Selayar. Penentuan lokasi budidaya rumput laut dilakukan dengan penyusunan matrik kesesuaian berdasarkan hasil skoring dan pembobotan. Hasil penelitian memperlihatkan kisaran nilai: a) Parameter fisika terdiri atas: (1) kedalaman sebesar 6,5 m– 11,5 m, (2) kecerahan 1,61 m– 6,51 m, (3) suhu perairan 29 ºC– 30,7 ºC, (4) salinitas perairan 28 ppt – 31,5 ppt, (5) material dasar perairan mempunyai jenis antara lain: lumpur, pasir dan karang, (6) kecepatan arus 0,02 m/det - 0,156 m/det, (7) muatan padatan tersuspensi 16,097 mg/l- 58,350 mg/l. b) Parameter kimia terdiri dari: (1) oksigen terlarut 3 ppt - 6,3 ppm, (2) pH 7,13- 7,66, (3) fosfat 0,211 mg/l- 1,904 mg/l, (4) nitrat 0,032- mg/l- 1,412 mg/l. c) Parameter biologi terdiri atas: (1) kelimpahan fitoplankton 20500 sel/l- 46500 sel/l dan (2) klorofil-a 0,110 mg/l- 0,889 mg/l. Hasil skoring menunjukkan untuk kelima stasiun dapat dilakukan kegiatan budidaya E. cottonii yaitu pada desa Bonelohe, Baruyya, Barugayya, Dodaia dan Tongke-tongke
PERKEMBANGAN MUTIARA MABÉ PADA PINCTADA MARGARITIFERA DI PERAIRAN ARAKAN, SULAWESI UTARA
Pinctada margaritifera adalah spesies kerang mutiara yang umumnya menghasilkan mutiara berwarna hitam sehingga dikenal sebagai mutiara hitam. Di Sulawesi Utara, spesies ini banyak menempati daerah laguna di perairan Arakan, Kabupaten Minahasa Selatan. Salah satu jenis mutiara yang bisa diproduksi dari spesies kerang ini adalah mutiara jenis mabé. Namun, kajian ilmiah tentang struktur dan senyawa mutiara yang dihasilkan dari kerang P. margaritifera yang berasal dari perairan Arakan belum pernah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketebalan lapisan mutiara jenis mabé berdasarkan pertambahan waktu dan mendeskripsikan bentuk struktur pada lapisan mutiara jenis mabé berdasarkan pertambahan waktu. Penelitian ini dilakukan selama tujuh bulan dengan tiga kali masa sampling yaitu pada bulan kedua, keenam dan ketujuh. Pada bulan awal dilakukan penyisipan/penempelan inti mutiara setengah bulat berbahan plastik pada dinding bagian dalam dari cangkang kerang P. margaritifera. Pertumbuhan lapisan diamati dengan mikroskop stereo dan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil pengamatan yang didapat adalah tebal rata-rata lapisan mutiara bulan kedua adalah 0,201 mm, bulan keenam adalah 1,026 mm dan 0,914 mm pada bulan ketujuh. Berdasarkan analisis SEM menunjukkan bahwa struktur bangunan lapisan mutiara seperti susunan batu bata dengan ukuran platelet aragonite rata-rata pada bulan kedua adalah 0,511 µm dan pada bulan keenam adalah 0,604 µm
NEMATOSIT DAN TIGA MACAM WARNA KARANG Galaxea fascicularis (Linnaeus) DITEMUKAN DI TERUMBU KARANG PANTAI MALALAYANG KOTA MANADO
Nematosit dan tiga macam warna karang G. fascicularis (Gs, B dan Wt) ditemukan berlimpah di terumbu karang sekitar Nusantara Diving Center (NDC) lama di pantai Malalayang Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara, diteliti di Laboratorium Biologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi. Tiga dari 25 nematosit yang dikenal dalam filum Cnidaria, diamati dalam tiga macam warna karang G. fascicularis, yaitu MpM, MbM dan HI. Tipe MpM ditemukan paling dominan terdapat dalam bagian ujung tentakel normal dari tiga macam warna karang spesies ini. MpM dari warna karang Wt memiliki bentuk kapsul nematosit yang lebih kecil dan tangkai-tangkai lebih pendek dibandingkan dengan yang ada pada warna karang Gs atau B, sedangkan yang dari Gs dan B adalah mirip. Penelitian sekarang ini memperlihatkan bahwa tipe nematosit dan karakteristik tubuh dari tiga macam warna karang G. fascicularis adalah berbeda antara Gs atau B dengan Wt, sedangkan yang dari Gs dan B adalah mirip. Penelitian sekarang ini mengusulkan bahwa ketiga macam warna karang  G. fascicuaris (Gs atau B dengan Wt) adalah spesies yang berbeda berdasarkan morfologi nematosit dan karakteristik tubuhnya. Penelitian selanjutnya tentang dimensi dan komposisi nematosit, DNA dan pengaruh faktor lingkungan habitat terhadap bermacam warna karang G. fascicularis adalah penting untuk memastikan apakah mereka spesies yang sama atau berbeda
STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE BATULINE DESA BAHOI KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kondisi hutan mangrove desa Bahoi dan menginvetarisasi jenis-jenis mangrove yang hidup di daerah hutan mangrove Batuline desa Bahoi. Penelitian ini menggunakan metode transek garis kuadrat.  Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah spesies dalam satu satuan luas tertentu, ataupun jumlah individu dari spesies tertentu dalam satu satuan luas tertentu pula. Ditemukan 11 jenis mangrove di daerah Batuline desa Bahoi. Kesebelas jenis tersebut adalah Sonneratia, Bruguiera, Rhizopora, Avicennia, Aegiceras, Excoecaria, Lumnitzera, Scyphiphora, Ceriops, Xylocarpus dan jenis yang tidak teridentifikasi (unidentified). Kerapatan relatif jenis mangrove paling tinggi adalah jenis Rhizopora (28,5), kemudian diikuti oleh jenis Sonneratia (26,11), Avicennia (5,50), Bruguiera (3,84), Lumnitzera (2,70), Ceriops (2,16), Xylocarpus (1,13), Scyphiphora (1,06), Aegiceras (1,06), Excoecaria (0,53) dan unidentified spesies (0,53). Kerapatan jenis mangrove paling tinggi adalah jenis Rhizopora, kemudian diikuti oleh jenis Sonneratia, Avicennia, Bruguiera, Lumnitzera, Ceriops, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphiphora, unidentified spesies dan Excoecaria. Frekuensi Relatif Jenis Mangrove mulai dari yang tertinggi adalah Rhizophora, Sonneratia, Avicennia, Bruguiera, Lumnitzera, Ceriops, Xylocarpus, Scyphiphora, unidentified spesies, Aegiceras dan Excoecari
ANALISIS AKTIVITAS DARI JAMUR ENDOFIT YANG TERDAPAT DALAM TUMBUHAN BAKAU Avicennia marina DI TASIK RIA MINAHASA
Endofit dapat diartikan sebagai mikroba yang hidup berkoloni dalam jaringan internal tumbuhan tanpa menyebabkan efek yang merugikan secara langsung pada tumbuhan tersebut. Organisme endofitik memiliki potensi yang sangat besar untuk dieksploitasi dan menghasilkan produk alami baru yang bermanfaat di bidang kedokteran, pertanian, dan industri. Pada sisi yang lain kebutuhan terhadap obat-obatan baru yang membantu umat manusia melawan pelbagai penyakit tidak pernah berhenti, hal ini disebabkan adanya resistensi bakteri, infeksi virus, insidensi infeksi jamur, berbagai jenis tumor, infeksi parasit dan protozoa, di dalam populasi dunia sekarang ini sebagai akibat ketidakmampuan kita untuk mengatasi tidak hanya problematika kesehatan. Indonesia sebagai daerah tropis dengan keanekaragaman hayati yang cukup besar, di lain pihak, perlawanan endofit di ekosistem daerah tropis melawan organisme patogen dan predator cukup besar, sumber daya yang terbatas dan tekanan seleksi alam sangat tinggi. Hal ini menimbulkan kemungkinan besar bahwa endofit di daerah tropis seperti di negara kita merupakan sumber struktur senyawa baru dengan aktivitas biologis yang menarik untuk dikembangkan sebagai bahan obat baru. Penelitian ini merupakan penelitian untuk mencari kandidat obat-obatan baru yang difokuskan pada kandidat bahan obat yang memiliki potensi antibakteri dan antikanker. Tumbuhan bakau Avicennia marina diambil dari Pantai Tasik Ria. Jamur endofit diisolasi hingga diperoleh 2 isolat galur murni Aspergillus sp. dan Acremonium sp. Kedua isolat kemudian diuji aktivitasnya terhadap bakteri patogen Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan menggunakan metode ko-kultivasi. Acremonium sp. memiliki aktivitas antibakteri yang lebih kuat dibandingkan dengan jamur Aspergillus sp. terhadap bakteri S. aureus, sedangkan Aspergillus sp. menunjukkan aktivitas antibakteri yang tinggi terhadap bakteri E. coli
ANALISIS JENIS-JENIS PIGMEN ALGA COKLAT Padina australis Hauck DARI PERAIRAN LAUT SULAWESI
Padina australis Hauck is one of the brown algae that belongs to a class Phaeophyceae, Dictyotales order. This species is very important because it is useful as animal feed, fertilizer, pharmaceutical ingredients, human food and cosmetics. Sample taken in marine waters Sulawesi, precisely in the waters of cape Kalasey, Tongkaina waters, and the waters Blongko. The purpose of this study is to analyze the type of pigment chlorophyll with qualitatively and quantitatively. Process of extraction is done with organic solvent, and the developer with PE and acetone (80:20). Extraction results then analyzed with a spectrophotometer at a wavelength of 380-700nm, for the type of pigment chlorophyll. Type of pigment found in the pigment extraction P. australis Hauck of three waters is chlorophyll-a and chlorophyll-b, with an average concentration of chlorophyll-a value that is the highest in the waters Blongko 0.381 µg/ml in PTK3, with a range from 0.293 to 0.381 µg/ml, and lowest in the waters Tongkaina is 0.143 µg/ml PT3, with a range from 0.431 to 0.30 µg/ml
KARAKTERISTIK DNA CO1 SERANGGA LAUT Gerridae YANG BERASAL DARI PANTAI MOKUPA SULAWESI UTARA
Karakterisasi DNA mitokondria yaitu gen sitokrom oksidase sub unit 1 (CO1) dari serangga laut Gerridae yang berasal dari pantai Mokupa, Sulawai Utara, setelah diekstraksi DNA yang selanjutnya diamplifikasi dengan metode PCR, elektroforesis dan disekuensing, hasil Sekuen CO1 kemudian di BLAST untuk mendapatkan tingkat homology dengan sekuens-sekuens dari gene bank NCBI, ternyata hanya memiliki tingkat homologi paling tinggi sebesar < 87% dengan sekuens yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekuens gen sitokrom oksidase 1 (CO1) dari serangga laut Gerridae yang berasal dari pantai Mokupa, Sulawesi Utara tidak sama dengan serangga laut Gerridae lain yang telah terdata dan terpublikasi di gen bank NCBI
UJI AKTIVITAS ANTIKOAGULAN EKSTRAK MANGROVE Aegiceras corniculatum
oai:ojs.ejournal.unsrat.ac.id:article/1278Mangrove telah lama dikenal oleh penduduk yang berada di daerah pesisirsebagai sumber bahan pangan, bangunan dan obat-obatan tradisional. Pada penelitianini digunakan batang dari tumbuhan bakau Aegiceras corniculatum yang diambil dipesisir pantai Desa Mokupa Kecamatan Tombariri untuk diamati secara laboratorikapakah Aegiceras corniculatum memiliki aktivitas antikoagulasi. Untuk memperolehekstrak kasar dari tumbuhan bakau Aegiceras corniculatum khususnya pada batang,digunakan metode ekstraksi secara maserasi.Pengujian dilakukan pada darah manusiayang diujikan pada 5 orang sukarelawan. Pengujian ini dilakukan pada masing-masingorang dimana dilakukan 5 pengujian setiap orangnya. Pengujian pertama yaitu pengujiandarah yang tidak diberi perlakuan apa-apa, pengujian kedua yaitu darah yangditambahkan dengan ekstrak Aegiceras corniculatum, pengujian ketiga yaitu darah yangditambahkan dengan EDTA, pengujian keempat yaitu darah yang ditambahkan EDTAdan ekstrak Aegiceras corniculatum, dan pengujian kelima yaitu darah yang ditambahkandengan etanol. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara ilmiah di laboratorium,apakah pemanfaatan dari tumbuhan bakau Aegiceras corniculatummemiliki aktivitasantikoagulan pada darahmanusia dan juga untuk membandingkan aktivitas koagulasidarah dari ekstrak mangrove Aegiceras corniculatum dengan kontrol.Dari hasil pengujiandi laboratorium, ekstrak Aegiceras corniculatum tidak memiliki aktivitas koagulasi,melainkan memiliki sifat antikoagulan atau anti pembekuan darah
Lektin Dari Spons Cliona varians Asal Perairan Malalayang Manado
Lektin telahditemukan di berbagai organisme termasuk organisme laut seperti spons. Spons Cliona varians dari perairan Brazilmemiliki aktivitas lektin. Namun belum diteliti aktivitas lektin dari spons C. varians dari perairan Manado.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas lektin dari spons C. varians dan menentukan sisi pengikatgula. Ekstraksi menggunakan metode Moura dkk.(2006). Spons disentrifus menggunakan tris HCl setelah itu dimurnikan denganaseton hingga diperoleh ekstrak lektin. Hasil pengujian menunjukkan bahwa spons C. varians pada perairan Manadomemiliki aktivitas lektin hingga pada konsentrasi 3750 ppm. Namun sisi pengikatgula dari lektin tersebut belum bisa ditentukan