JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Not a member yet
324 research outputs found
Sort by
KONDISI PADANG LAMUN DI PANTAI TASIK OKI KECAMATAN KAUDITAN KABUPATEN MINAHASA UTARA
Lamun adalah tumbuhan berbiji satu (monokotil) yang terdiri dari rhizoma, daun, akar, dan bunga sehingga membuat lamun dikategorikan sebagai tumbuhan tingkat tinggi. Lamun (seagrass) merupakan salah satu komponen ekosistem pesisir yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekologi laut, termasuk sebagai habitat bagi berbagai biota. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi jenis-jenis lamun dan menilai kondisi ekosistem padang lamun, dengan menghitung tutupan serta melihat kualitas parameter perairan. Metode yang digunakan yaitu survei jelajah dan line transek frame kuadrat. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan 6 jenis lamun yaitu Halodule pinifolia, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Syringodium isoetifolium. Jenis lamun yang mendominasi di Pantai Tasik Oki ini adalah C. rotundata dengan nilai rata-rata tutupan sebesar 11,23%. Berdasarkan hasil perhitungan, transek 1 diperoleh nilai tutupan 19,33%, transek 2 dengan nilai tutupan 28,13% dan transek 3 dengan nilai tutupan 23,73% yang memperoleh nilai rata-rata tutupan lamun sebesar 23,73%. Berdasarkan nilai ini maka kondisi padang lamun di lokasi penelitian dikategorikan jarang/miskin.
Kata kunci: padang lamun, identifikasi, kondisi, Pantai Tasik Ok
KARAKTERISTIK SAMPAH LAUT DI PERAIRAN PANTAI TIWUDE PULAU BEENG DARAT KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA
Sampah laut adalah sampah yang berasal dari daratan, badan air, dan pesisir yang mengalir ke laut, atau sampah yang berasal dari kegiatan di laut. Sampah laut terdapat di seluruh bagian di laut, mulai dari kawasan-kawasan padat penduduk hingga lokasi-lokasi terpencil yang tak terjamah manusia dari pesisir dan kawasan air dangkal hingga palung-palung laut dalam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkuantifikasi ukuran (berat dan jumlah), komposisi, dan kepadatan sampah laut di Pantai Tiwude, Pulau Beeng Darat, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Dalam penelitian ini, digunakan metode pemantauan sampah pantai (beach litter). Pengambilannya menggunakan metode line transek mengikuti panduan/pedoman tentang pemantauan sampah pantai oleh Kementrian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan RI. Cara pengambilannya, secara singkat, dilakukan dengan menarik line transek sepanjang 100 m sejajar garis pantai, dan membagi menjadi 5 bagian dengan jarak 20 m, yang di dalamnya terdapat sub traksek dengan ukuran 5 x 5 m, yang kemudian dibagi menjadi 25 kotak dengan ukuran 1 x 1 m. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat jenis sampah makro dan sampah meso pada transek, yang berjumlah sebanyak 83 item dengan berat total 485,8 gram. Sampah plastik ditemukan dengan jumlah terbanyak, yang diikuti oleh sampah logam, kain, dan bahan lainnya. Faktor penyebab banyaknya sampah laut di Perairan Pantai Tiwude Pulau Beeng Darat diduga disebabkan oleh sampah yang berasal dari aktivitas masyarakat di darat yang masuk kelingkungan laut/perairan melalui sungai dan runoff kemudian terdampar di pantai. Kesimpulan penelitian ini adalah jenis sampah laut yang ditemukan di lokasi penelitian umumnya berupa sampah plastik, busa plastik, logam ,kain, kaca dan keramik, juga bahan lainnya
ANALISIS KESESUAIAN HABITAT SARANG SEMI ALAMI PENELURAN PENYU LEKANG (Lepidochelys olivacea) DI UPTD KPSDKP SUMATERA BARAT
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian habitat sarang semi alami dan mengukur tingkat keberhasilan penetasan telur penyu dalam upaya pelestarian penyu lekang di UPTD KPSDKP Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2024. Data primer diperoleh melalui pengukuran parameter fisik habitat, seperti suhu, kelembapan, dan kedalaman sarang. Analisis keberhasilan penetasan dilakukan pada dua kedalaman sarang berbeda, yakni 30 cm dan 35 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedalaman sarang berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan penetasan telur. Sarang dengan kedalaman 35 cm memiliki tingkat keberhasilan penetasan sebesar 52,9%, lebih tinggi dibandingkan kedalaman 30 cm yang hanya mencapai 35,3%. Suhu dan kelembapan pada kedalaman 35 cm cenderung lebih stabil, mendukung kondisi mikroklimatik yang ideal bagi perkembangan embrio. Penelitian ini merekomendasikan peningkatan edukasi, pelatihan masyarakat, serta penguatan infrastruktur konservasi sebagai langkah strategis untuk mendukung keberlanjutan program pelestarian penyu lekang di UPTD KPSDKP Sumatera Barat.
Kata kunci: kesesuaian habitat, sarang semi alami, konservasi, penyu lekang.
KARAKTERISTIK ARUS PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN MIANGAS KABUPATEN TALAUD PROVINSI SULAWESI UTARA
Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan sehingga menimbulkan perpindahan horizontal dan vertikal sejumlah massa air. Perairan Sangihe Talaud merupakan pintu gerbang masukanya massa air laut dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia yang dinamakan Arus Lintas Indonesia (Arlindo). Massa air Samudera Pasifik masuk ke perairan Indonesia melalui dua jalur salah satunya adalah melalui jalur Barat. Pemantauan dan pemetaan tiupan angin dan arus permukaan di perairan Talaud dalam penelitian ini menggunakan data yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) khususnya dari Stasiun Maritim Kota Bitung. Data ini digunakan untuk menggambarkan dinamika arus permukaan laut di perairan Miangas yang merupakan jalur pelayaran. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Analisa data dilakukan pertama-tama dengan metode pengklasifikasian data ke dalam empat bulan dalam setiap tahun, kemudian data diolah menggunakan peangkat lunak WRPLOT dan ODV (Ocean Data View). Hasil penelitian menunjukan karakteristik arus permukaan laut di Perairan Miangas pada tahun 2020 secara kumulatif arah arus dominan menuju ke Barat Daya dengan kecepatan maksimum 49,86 cm/s. Selanjutnya pada tahun 2021 arah arus dominan menuju ke Timur Laut dengan kecepatan 48,69 cm/s. Pada tahun 2022 arah arus dominan menuju ke Timur Laut dengan kecepatan maksimum 48,49 cm/s dan pada tahun 2023 arah arus dominan menuju ke Timur Laut dengan kecepatan maksimum 50,42 cm/s.
Kata kunci: arus, kuantitatif, oseanografi, Perairan Mianga
IDENTIFIKASI KOPEPODA DARI PERAIRAN BATU LUBANG, LEMBEH SELATAN, BITUNG
Pulau Lembeh merupakan bagian dari wilayah administratif Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Secara administratif, pulau ini terbagi menjadi dua kecamatan, yakni Kecamatan Lembeh Utara dan Kecamatan Lembeh Selatan. Masyarakat yang tinggal di Pulau Lembeh sangat bergantung pada transportasi laut, terutama kapal, untuk mendukung aktivitas sehari-hari mereka. Aktivitas-aktivitas tersebut berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem, khususnya mengancam populasi plankton Plankton, organisme kecil yang hidup di perairan, memiliki peran penting dalam ekosistem perairan. Mengubah bahan anorganik menjadi organik dan memproduksi oksigen, serta menjadi indikator kualitas perairan. Informasi tentang plankton di Kawasan Perairan Batu Lubang Lembeh Selatan, Kota Bitung, masih terbatas, sehingga penelitian tentang inventarisasi jenis zooplankton perlu dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 genus zooplankton dari kelas Copepoda di Perairan Batu Lubang Lembeh Selatan Bitung Perairan. Suhu rata-rata perairan berkisar antara 28,04°C hingga 28,59°C, yang normal untuk ekosistem perairan. Salinitas, yang juga penting bagi kehidupan plankton, berada dalam kisaran yang normal di stasiun penelitian. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang komposisi zooplankton dan kondisi lingkungan di Perairan Batu Lubang Lembeh Selatan Bitung, serta menyoroti pentingnya pemantauan terus-menerus terhadap kesehatan ekosistem perairan.
Kata kunci: Zooplankton, Identifikasi, Lembeh, Plankto
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI GRANULOMETRI SEDIMEN PADA BEBERAPA KAWASAN WISATA PANTAI KECAMATAN LEMBEAN TIMUR KABUPATEN MINAHASA
Kecamatan Lembean Timur di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara merupakan kecamatan sedang berkembang aktivitas wisata pantainya, memanfaatkan keberadaan lahan gisik sebagai objek utamanya. Oleh karena itu telah dilaksanakan penelitian bertujuan mendeskripsi komposisi dan menganalisis distribusi granulometri sedimen yang menghampari permukaan gisik beberapa kawasan wisata pantai di Kecamatan Lembean Timur. Pengambilan sampel sedimen dilaksanakan tanggal 6 Juni 2024 di gisik kawasan wisata Kamenti Beach, Kora-Kora Beach, dan BW Beach. Pengambilan sedimen dilakukan pada permukaan lahan gisik dengan ketebalan 1 cm. Hasil penelitian menunjukkan komposisi sedimen permukaan lahan gisik terdiri dari sedimen berukuran debu sampai dengan kerakal. Sedimen pada permukaan gisik lebih dari 90 % berupa pasir dari berbagai ukuran (pasir sangat halus sampai pasir sangat kasar) di mana kondisi ini sangat menunjang berkaitan dengan penggunaan lahan untuk wisata pantai. Peubah rataan empirik menunjukkan kecenderungan peningkatan ukuran butir sedimen untuk kawasan pantai yang berada di bagian Selatan kecamatan ini. Kriteria penyortiran umumnya tersortir sedang, kemencengan umumnya berada pada kriteria simetris granulometri sampai asimetris kuat ke ukuran kecil. Peruncingan berada pada kriteria leptokurtik sampai platikurtik di mana pada lahan gisik di kawasan wisata yang terletak semakin ke arah Selatan terjadi peningkatan proporsi kriteria platikurtik.
Kata kunci: sedimen gisik, komposisi sedimen, distribusi granulometri, Lembean Timu
KESESUAIAN EKOWISATA MANGROVE DI WILAYAH PESISIR DESA SONSILO KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA
Mangrove adalah pepohonan atau komunitas tumbuhan tingkat tinggi yang tumbuh di garis pantai yang mempengaruhi pasang surut air laut. Kawasan mangrove menjadi sumber daya alam dan dapat dikembangkan dengan kegiatan ekowisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian alam dan memberikan manfaat ekonomi serta kebutuhan budaya bagi masyarakat dalam menjaga kelestarian mangrove. Tujuan Penelitian ini mengetahui nilai indeks kesesuaian parameter di Desa Sonsilo. Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer dan sekunder diperoleh di lapangan, meliputi kerapatan mangrove, ketebalan mangrove, jenis mangrove, objek biota, dan data sekunder pengambilan data pasang surut. Teknik pengumpulan kerapatan mangrove menggunakan line transect pada setiap transek yang diamati tarik terlebih dahulu garis transek dengan panjang 100 m dan setiap transek akan diberikan jarak 50 m, pada setiap garis diberikan sebanyak 5 plot, kemudian dalam setiap plot diberikan ukuran 10x10 m. Hasil nilai rata-rata paramaeter kesesuaian ekowisata pada ketebalan mangrove rata-rata di Desa Sonsilo 535,25 m. jumlah pada individu mangrove yaitu 8 spesies Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, Nypa fruticans, Rhizopora apiculata, Rhizopora sp., Sonneratia alba, Xylocarpus sp. pada objek biota asosiasi terdapat ikan, udang, kepiting, moluska dan burung, dan nilai rata-rata pasang surut 0 - 1 m.
Kata Kunci: Desa Sonsilo, Ekowisata, Mangrove, Kepadatan, Ketebala
KOMPOSISI FORAMINIFERA GENUS CALCARINA DI PERAIRAN DESA WINERU, KECAMATAN LIKUPANG TIMUR, SULAWESI UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi spesies dan mendeskripsikan morfologi foraminifera genus Calcarina di tiga habitat berbeda di Perairan Desa Wineru, Kecamatan Likupang Timur, Sulawesi Utara. Metode yang digunakan mencakup pengambilan sampel secara purposive sampling di tiga habitat: Daerah Terumbu Karang (DTK), Daerah Terumbu Karang Rubble (DTKR), dan Daerah Berpasir (DBP), pada kedalaman 1-2 meter. Sampel kemudian diproses di laboratorium melalui tahap pencucian, pengeringan, penjentikan, identifikasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Calcarina spengleri adalah spesies dominan di semua lokasi, dengan jumlah individu tertinggi dibandingkan spesies lain seperti Calcarina defrancei, Calcarina gaudichaudii, Calcarina hispida, dan Calcarina sp. Pola distribusi spesies ini mencerminkan variasi kondisi lingkungan dan faktor ekologi di masing-masing lokasi penelitian. Meskipun Calcarina memiliki kontribusi yang relatif kecil dalam komunitas foraminifera yang masuk dalam kelompok yang memiliki simbion (foraminifera bentik besar), dengan persentase 38,5% dari total individu, penelitian ini berhasil mendeskripsikan morfologi spesies dengan baik, termasuk bentuk, ciri, dan struktur cangkang yang unik. Distribusi geografis spesies ini luas di berbagai ekosistem perairan, termasuk di Perairan Desa Wineru, sebagaimana tercatat dalam World Foraminifera Database dan WoRMS.
Kata kunci: Foraminifera Calcarina, Komposisi Spesies, Morfologi Spesies, Likupang
 
PROFIL PERTUMBUHAN MIKROALGA Chlorella vulgaris PADA MEDIA KW21
Microalgae are microscopic organisms found in both freshwater and seawater. These organisms lack roots, stems, and leaves but are capable of performing photosynthesis to produce their own food. One type of microalga is Chlorella vulgaris, which belongs to the class Chlorophyceae. Chlorella Vulgaris can be cultivated as a natural feed for fish, clams, and shrimp. The aim of this research is to analyze the growth profile of Chlorella vulgaris cultivated in Kw21 media. Observations were conducted by counting the cell density of C. vulgaris from the adaptation phase to the death phase in three identical sample containers. This observation process was carried out daily at the same time and repeated three times. The cell density of Chlorella vulgaris in the exponential phase on the 11th day for sample A was 114.6 x 10⁴cells/ml, for sample B on the 10th day was 118.6 x 10⁴ cells/ml, and for sample C on the 7th day was 116.3 x 10⁴ cells/ml.
Keywords: Growth, Chlorella vulgaris, Microalgae, KW21 Media
ABSTRAK
Mikroalga adalah organisme mikroskopis yang ditemukan di air tawar maupun air laut. Mikroalga ini tidak memiliki akar, batang dan daun. Namun mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Salah satu jenis mikroalga adalah Chlorella vulgaris yang tergolong dalam kelas Chlorophyceae. Mikroalga ini, dapat dibudidayakan sebagai pakan alami pada ikan, kerang dan udang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis profil pertumbuhan mikroalga Chlorella vulgaris yang dikultivasi dalam media Kw21. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah kepadatan sel mikroalga C. vulgaris mulai dari fase adaptasi sampai fase kematian dari 3 wadah sampel yang sama. Proses pengamatan ini dilakukan setiap hari di jam yang sama dan dengan tiga kali pengulangan. Jumlah kepadatan sel mikroalga C. vulgaris pada fase eksponensial di hari ke-11 pada sampel A yaitu 114,6 x10⁴sel/ml pada sampel B di hari ke-10 yaitu 118,6 x10⁴sel/ml, dan pada sampel C di hari ke-7 yaitu 116,3 x10⁴sel/ml.
Kata Kunci: Pertumbuhan, Chlorella vulgaris, Mikroalga, Media KW2
ESTIMASI BIOMASSA DAN SIMPANAN KARBON PADA AKAR MANGROVE DI DESA RATATOTOK MUARA KECAMATAN RATATOTOK KABUPATEN MINAHASA TENGGARA PROVINSI SULAWESI UTARA
Mangrove merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang berhasil tumbuh dan berkembang pada habitat intertidal yang berada di antara daratan dan laut di daerah tropis dan sub tropis. Hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang hidup di daerah pesisir pantai dan memiliki substrat berlumpur, muara sungai yang dipengaruhi oleh air laut serta dapat hidup di daerah dengan rentan salinitas yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengidentifikasi jenis mangrove, serta mengetahui nilai biomassa dan juga simpanan karbon pada akar mangrove di Desa Ratatotok Muara, Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode line transek kuadrat yang meneliti jenis mangrove, jumlah biomassa pada mangrove,dan simpanan karbon pada akar mangrove. Penelitian ini dilakukan dengan total 3 transek, dan setiap transek memiliki jarak 50 m. Garis transek ditarik dari laut ke darat sepanjang 100 m, kemudian dibuat kuadran berukuran 10x10 m. Setiap kuadran diletakkan pada garis transek di titik 0-10 sampai 90-100 m. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan jenis mangrove yaitu Rhizophora sp, Rhizophora apiculata, Ceriops tagal, dan Sonneratia alba. Hasil analisis nilai biomassa dan simpanan karbon pada akar mangrove cukup tinggi jumlah biomassa berkisar antara 34.15 -107.62 ton/ha.sedangkan jumlah simpanan karbon pada akar mangrove berkisar antara 16.04 – 54.58 ton/ha.
Kata kunci: Mangrove, Estimasi , Biomassa,Karbon ,Ratatotok Muar