eJournal Badan Penelitan dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Not a member yet
    5369 research outputs found

    Strategi Pengembangan Produk Sirup Buah Mangrove Pedada (Sonneratia caseolaris) Serta Mutu dan Kelayakan Dasar

    Get PDF
    Mangrove adalah tanaman pesisir yang sangat penting dalam pelestarian ekosistem dan sering dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Salah satu potensinya yaitu sebagai produk sirup. Tujuan penelitian ini yaitu menyusun strategi pengembangan produk yang tepat untuk usaha pengolahan sirup buah mangrove serta analisis mutu dan Penerapan kelayakan dasar pada tiga UKM berbeda di Kabupaten Tangerang. SWOT analisis digunakan untuk menentukan strategi pengembangan dan mutu berdasarkan mutu sesori hedonik, kadar gula, dan angka lempeng total. Selanjutnya Penerapan kelayakan dasar berdasarkan Permen-KP No.17 Tahun 2019. Hasil penelitian mendapatkan bahwa proses pengolahan sirup buah mangrove di 3 UMKM meliputi persiapan bahan baku, pengupasan, pencucian, perebusan I, penyaringan I, perebusan II, penyaringan II, pendinginan dan pengemasan. Strategi pengembangan pada 3 (tiga) UMKM yaitu strategi SWOT pada kuadran 1 berupa pemanfaatan kekuatan pada unsur ketersediaan bahan baku dan dukungan pemerintah serta peluang yaitu konsumen yang tersebar luas. Produk sirup mangrove di 3 UMKM mendapatkan nilai sensori hedonik sebesar 8.16 – 8.42 pada parameter aroma dan 8.06 – 8.31 terhadap rasa yang berarti produk disukai oleh konsumen. Selanjutnya, berdasarkan uji kadar gula didapatkan 22.79 – 24.11% serta angka lempeng total tertinggi mencapai 2.4 x 101 col/g.  Berdasarkan penilaian kelayakan dasar, didaptkan 2 UKM bernilai Baik dan 1 bernilai cukup.

    Efektivitas Pemanfaatan Probiotik Terhadap Pertumbuhan, Sintasan dan Stress Resisten Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)

    Get PDF
    Udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah jenis udang yang potensial dikembangkan dan merupakan jenis udang yang banyak dipelihara di tambak. Untuk meningkatkan produksi udang vaname salah satu yang factor penting adalah mutu pakan yang diberikan. Salah satu strategi yang paling banyak digunakan khususnya pada kegiatan budidaya udang secara intensef untuk meningkatkan kualitas dan kemanfaatan pakan yaitu dengan penggunaan probiotik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai November 2023. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Basah, Politeknik KP Bone. Hewan uji yang digunakan dalam percobaan adalah udang vaname dengan berat 1±0,5 g yang dipelihara sebanyak 20 ekor/wadah. Penelitian dilakukan menggunakan racangan acak lengkap (RAL) terdiri atas 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu kontrol, Bi Klin, Pro Equilibrium, dan Bio N Plus. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa penambahan probiotik berpengaruh signifikan (p<0,05) pada pertumbuhan, sintasan, dan ketahanan stres. pertumbuhan tertinggi yaitu 9,07%, sintasan tertinggi yaitu 93,33% dan stress resisten tertinggi pada perlakuan B yaitu menit 135 dan hari ke 20

    Studi Kasus : Praktik Pemberian Pakan dan Dampaknya Terhadap Kinerja Budidaya Udang Vaname di Tambak Intensif Perusahaan Swasta di Nusa Tenggara Barat (NTB)

    Get PDF
    Udang vaname ( Litopenaeus vannamei ) merupakan salah satu komoditas yang samagat menjanjikan bagi usaha budidaya di indonesia. Pakan sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan udang vaname, pemberian pakan pada budidaya udang vaname harus sesuai kebutuhan sehingga perlu dilakukan manajmen pakan yang baik. Pada tebar kolam pada 550.000 ekor yaitu 150 ekor/m2 dengan Avarage Body Weight (ABW) 27,07 pada DOC 98, Feed Convertion Ratio (FCR) 1,1, efisiensi pakan 87,83 %, pakan merupakan salah satu faktor utama yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Oleh karena itu, pengelolaan pakan yang baik menjadi salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan secara serius. Dalam penelitian ini dilakukan budidaya udang vaname dengan tebar padat sebesar 150 ekor/m² atau total sebanyak 550.000 ekor per kolam. Pada hari ke-98 setelah penebaran (Days of Culture/DOC 98), udang mencapai Average Body Weight (ABW) sebesar 27,07 gram. Feed Conversion Ratio (FCR) yang diperoleh adalah sebesar 1,1 yang menunjukkan efisiensi penggunaan pakan yang sangat baik. Selain itu, efisiensi pakan yang dicapai adalah sebesar 87,83%, yang menggambarkan bahwa sebagian besar pakan yang diberikan mampu dikonversi menjadi biomassa udang. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan penerapan manajemen pakan yang tepat, pemantauan kualitas udara yang konsisten, serta analisis data yang akurat, budidaya udang vaname dapat memberikan hasil yang optimal dan menguntungkan.  Udang vaname ( Litopenaeus vannamei ) merupakan salah satu komoditas yang samagat menjanjikan bagi usaha budidaya di indonesia. Pakan sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan udang vaname, pemberian pakan pada budidaya udang vaname harus sesuai kebutuhan sehingga perlu dilakukan manajmen pakan yang baik. Pada tebar kolam pada 550.000 ekor yaitu 150 ekor/m2 dengan Avarage Body Weight (ABW) 27,07 pada DOC 98, Feed Convertion Ratio (FCR) 1,1, efisiensi pakan 87,83 %, pakan merupakan salah satu faktor utama yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Oleh karena itu, pengelolaan pakan yang baik menjadi salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan secara serius. Dalam penelitian ini dilakukan budidaya udang vaname dengan tebar padat sebesar 150 ekor/m² atau total sebanyak 550.000 ekor per kolam. Pada hari ke-98 setelah penebaran (Days of Culture/DOC 98), udang mencapai Average Body Weight (ABW) sebesar 27,07 gram. Feed Conversion Ratio (FCR) yang diperoleh adalah sebesar 1,1 yang menunjukkan efisiensi penggunaan pakan yang sangat baik. Selain itu, efisiensi pakan yang dicapai adalah sebesar 87,83%, yang menggambarkan bahwa sebagian besar pakan yang diberikan mampu dikonversi menjadi biomassa udang. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan penerapan manajemen pakan yang tepat, pemantauan kualitas udara yang konsisten, serta analisis data yang akurat, budidaya udang vaname dapat memberikan hasil yang optimal dan menguntungkan

    HYBRID VIGOR AND GROWTH PERFORMANCE OF HYBRID MAHSEER (Tor spp.) IN GROW-OUT

    Get PDF
    Mahseer (Tor spp.) is a freshwater fish commodity with a high market value. However, its slow growth to reach consumable size has resulted in inadequate production. The aim of this study is to analyze the hybrid vigor - that are heterosis, heterobeltiosis, and growth performance - of a crossbred population of Mahseer (Tor spp) resulting from interspecies breeding. Broodstock of Mahseer from three different species were prepared for reciprocal breeding, producing nine offspring populations consisting of six hybrid offspring and three purebred offspring populations. The breeding process was carried out using artificial breeding methods, employing intramuscularly injected breeding stimulant hormones. Results show that the hybrid population of Tor soro and Tor tambroides exhibits better heterosis and heterobeltiosis in final weight, specific growth rate, and survival rate. The crossbreeding of Tor soro and Tor tambroides also exhibited better growth performance compared to other crossbred population in terms of final weight growth, specific growth rate, and survival rates, which were 64.20 g, 1.42%/day,  and 100% respectively

    Uji Makroskopik dan Biokimia terhadap Aeromonas hydrophila sebagai Upaya Diagnostik Infeksi Bakteri pada Ikan Nila Oreochromis niloticus

    Get PDF
    Penyakit akibat infeksi bakteri merupakan salah satu permasalahan utama dalam budidaya ikan nila Oreochromis niloticus, yang dapat menurunkan produktivitas dan meningkatkan risiko kematian ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri patogen penyebab penyakit pada ikan nila menggunakan pendekatan uji makroskopik dan biokimia. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 sampai 20 Februari 2025, di Laboratorium Hama dan Penyakit Ikan dan Udang, Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara. Sampel yang digunakan berupa 1 ekor ikan nila sakit dengan panjang 19 cm dan bobot 10,9 gram yang menunjukkan luka pada bagian tubuh. Metode yang digunakan adalah identifikasi infeksi bakteri berdasarkan karakteristik morfologi melalui uji makroskopik dan karakteristik fisiologis melalui serangkaian uji biokimia. Hasil analisis menunjukkan bahwa ikan nila terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila, yang merupakan patogen oportunistik penyebab penyakit pada ikan air tawar. Penelitian ini menunjukkan bahwa uji makroskopik dan uji biokimia efektif digunakan sebagai metode diagnostik awal dalam mengidentifikasi infeksi bakteri pada ikan nila, sehingga dapat menunjang upaya pengendalian penyakit dalam kegiatan budidaya.Kata kunci: ikan nila, Aeromonas hydrophila, uji makroskopik, uji biokimia, manajemen kesehatan budiday

    THE EFFECT OF THYROXINE HORMONE AND RECOMBINANT GROWTH HORMONE (RGH) SOAKING ON THE RATE OF EGG YOLK ABSORPTION AND GROWTH OF TAWES FISH (Barbonymus gonionotus)

    Get PDF
    Tawes fish (Barbonymus gonionotus), also known as lampan, is an indigenous freshwater species with significant economic value and cultivation potential. However, suboptimal growth remains a common challenge in aquaculture. Hormonal treatments such as thyroxine and rGH are known to enhance metabolic processes, potentially improving egg yolk absorption and larval growth. This study aimed to evaluate the effects of thyroxine and rGH hormone immersion on the rate of egg yolk absorption and development of newly hatched tawes fish larvae. The experimental design employed a CRD with four treatments and three replications: A (thyroxine 0 mg/L + rGH 2.5 mg/L), B (thyroxine 0.1 mg/L + rGH 0 mg/L), C (thyroxine 0 mg/L + rGH 2.5 mg/L), and D (thyroxine 0.1 mg/L + rGH 2.5 mg/L), with hormone immersion conducted for 60 minutes. The results demonstrated that the combined immersion of thyroxine and rGH significantly (P <0.05) improved the absolute weight gain, absolute length increment, and survival rate of tawes fish larvae. The highest values for absolute weight (0.043±0.002 g) and length (12.77±0.15 mm) were observed in treatment D (thyroxine 0.1 mg/L + rGH 2.5 mg/L), while the best survival rate (70.00±2.00%) was recorded in treatment A (thyroxine 0 mg/L + rGH 2.5 mg/L). These findings suggest that the combined use of thyroxine and rGH can effectively enhance the early growth and development of tawes fish larvae

    ANALYSIS SUPPLY CHAIN LOBSTER CATCH RESULTS PANULIRUS SPP AT THE BOJONGSALAWE FISH AUCTION PLACE (TPI) IN PANGANDARAN DISTRICT

    No full text
    Lobster is one of the fisheries commodities with high economic value in Pangandaran Regency, especially at the Bojongsalawe Fish Auction Place (TPI). The high demand for lobster makes it one of the main sources of income for local fishermen. However, the efficiency of the lobster supply chain is still a challenge, especially in the aspects of product flow, information, finance and marketing margins at each distribution stage. This research aims to analyze the lobster supply chain at TPI Bojongsalawe using a quantitative descriptive approach. Data was obtained through primary and secondary analysis using interview methods and direct observation of fishermen, TPI managers, large traders, small traders and restaurant owners. The research results show that the lobster supply chain at TPI Bojongsalawe consists of seven chain structures which have different marketing efficiencies. The second marketing chain has the lowest marketing margin of IDR 80,000/kg or 40.47%, with a value fisherman share the highest was 76.34%, thus providing greater profits for fishermen. On the other hand, market share The largest was found in the seventh chain, where restaurants buy lobsters directly from fishermen, with a percentage reaching 58.49%. The main obstacles in the lobster supply chain include stock instability due to changes in weather conditions, significant price fluctuations, and a payment system that is not always done in cash. This has an impact on income uncertainty for fishermen and other market players. Therefore, a more efficient supply chain management strategy is needed, including the implementation of a centralized information system and increased coordination between market players. In this way, it is hoped that lobster distribution can be more optimal, fishermen's welfare will increase, and price stability will be better maintained

    PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK KUNYIT DAN TEMULAWAK PADA MEDIA KULTUR TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS CACING SUTERA (Tubifex sp.)

    Get PDF
    Cacing sutera (Tubifex sp.) merupakan organisme akuatik yang memiliki peran strategis dalam sektor akuakultur sebagai pakan alami bagi ikan. Kualitas organisme ini sangat memengaruhi efektivitas budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan serbuk kunyit (Curcuma longa) dan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dalam pakan terhadap produktivitas dan kualitas Tubifex sp. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan: P0 (tanpa tambahan), P1 (2,5 g kunyit + 7,5 g temulawak), P2 (5 g kunyit + 5 g temulawak), dan P3 (7,5 g kunyit + 2,5 g temulawak), masing-masing per 100 g pakan. Pemberian pakan dilakukan setiap 3 hari sebanyak 1140 g m-² selama 21 hari. Data dianalisis menggunakan ANOVA dan uji Duncan. Hasil menunjukkan bahwa suplementasi serbuk kunyit dan temulawak secara signifikan meningkatkan pertumbuhan bobot dan produktivitas Tubifex sp., dengan P2 memberikan hasil terbaik (317,54 ± 13,16 g dan 2646,18 ± 109,74 g m-² siklus-1) (P<0,05). Penyerapan kurkumin tertinggi tercatat pada P2 sebesar 44,32 ± 11,30 mg kg-1 (P<0,05). Uji mikrobiologis menunjukkan bahwa semua perlakuan bebas dari kontaminasi Salmonella sp. dan Escherichia coli. Penelitian ini mengindikasikan bahwa penambahan serbuk kunyit dan temulawak dalam pakan dapat meningkatkan mutu dan keamanan Tubifex sp. dalam budidaya. Culturing Silkworms (Tubifex sp.) as a highly nutritious natural feed for farmed fish has been limited due to reliance on wild supply and limitation on reliable growth medium. This study aimed to assess the effects of addition of turmeric (Curcuma longa) and Javanese turmeric (Curcuma xanthorrhiza) powders in culture media on the productivity and quality of Tubifex sp. The study was conducted experimentally using a completely randomized design (CRD) with four treatments: P0 (no addition), P1 (2.5 g turmeric + 7.5 g Javanese turmeric), P2 (5 g turmeric + 5 g Javanese turmeric), and P3 (7.5 g turmeric + 2.5 g Javanese turmeric), per 100 g of feed for each treatment. Feeding was done every 3 days at a dose of 1140 g m-² for 21 days. Data were analyzed using ANOVA and Duncan's test. Results showed that turmeric and Javanese turmeric powders supplementation significantly increased Tubifex sp. weight growth and productivity, with P2 giving the best results (317.54 ± 13.16 g and 2646.18 ± 109.74 g m-² cycle-1) (P<0.05). The highest curcumin absorption was recorded in P2 at 44.32 ± 11.30 mg kg-1 (P<0.05). Microbiological tests showed that all treatments were free from Salmonella sp. and Escherichia coli contamination. This study indicated that addition of turmeric and Javanese turmeric powders in feed could improve the quality and safety of Tubifex sp. in aquaculture

    Front Matter

    No full text

    Determinan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Nelayan di Desa Sungai Kakap, Kecamatan Sungai Kakap

    Get PDF
    Rumah tangga nelayan di wilayah pesisir sangat bergantung pada hasil tangkapan ikan yang rentan terhadap produktivitas rendah dan fluktuasi harga. Kondisi ini menjadikan mereka kelompok yang rentan terhadap kerawanan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat ketahanan pangan dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhinya pada rumah tangga nelayan di Desa Sungai Kakap. Data diperoleh dari 90 rumah tangga melalui wawancara dan observasi, kemudian dianalisis menggunakan model ordinal logit. Penilaian ketahanan pangan didasarkan pada dua indikator utama, yaitu proporsi pengeluaran untuk pangan dan tingkat kecukupan energi (TKE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata 62% pendapatan rumah tangga dialokasikan untuk konsumsi pangan, sedangkan pengeluaran non-pangan sebesar 38%. Rata-rata asupan energi per individu hanya mencapai 1.255 kkal/hari (60% dari kebutuhan), sementara asupan protein sudah mencukupi sebesar 59,82 gram. Ketidakseimbangan ini menunjukkan adanya kekurangan energi yang signifikan dan menggambarkan kondisi gizi yang perlu mendapat perhatian. Sebagian besar rumah tangga dikategorikan rawan pangan karena tingginya proporsi pengeluaran pangan (≥60%) dan rendahnya asupan energi (≤80%). Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap ketahanan pangan adalah pengeluaran rumah tangga (P = 0,095), harga beras (P = 0,079), harga tempe (P = 0,031), dan akses kredit (P = 0,032). Temuan ini menegaskan pentingnya kebijakan yang mendukung penguatan ekonomi rumah tangga nelayan melalui diversifikasi pendapatan, stabilisasi harga pangan, perluasan akses kredit disertai edukasi keuangan, serta intervensi gizi yang menekankan kecukupan energi dan konsumsi pangan seimbang. Title: Determinant of Food Security Fishing Household in Sungai Kakap Village, District of Sungai KakapThe primary revenue source for coastal fishing households is derived from fish catches, which are subject to limitations such as diminished productivity and volatile fish prices. The objective of this study was to evaluate the level of food security and to analyse its determinants in fisher households in Sungai Kakap Village. Information was collected from 90 fishing households through interviews and observations, then analysed using a special model. This study used two different ways of classifying people's spending habits. It looked at how much money people spent on food and how much energy they had each day. The results showed that the largest part of household income (62%) was spent on food, while non-food spending made up 38% of household expenditure. On average, fishing households only get 60% of the energy they need from food, which is about 1,255 kcal per day, and they only eat 59.82 grams of protein. Even though they are getting enough protein, they are having many energy problems, so we need to look at the nutritional situation of the fishing households in Sungai Kakap Village. The way fishing households in Sungai Kakap are fed is similar to how food insecurity is defined, because they spend more than 60% of their income on food and don't get enough energy from their food (less than 80%). The main determinants of food security in this study were household expenditure (P = 0.095), rice price (P = 0.079), tempeh price (P = 0.031), and access to credit (P = 0.032). These findings highlight that improving food security must be supported by strengthening the economic capacity of fishing households through livelihood diversification, stabilization of staple food prices, expanded access to credit accompanied by financial education, and nutritional interventions focusing on energy adequacy and balanced dietary intake to ensure sustainable food security in coastal communities

    4,046

    full texts

    5,369

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    eJournal Badan Penelitan dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan is based in Indonesia
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇