Faletehan Health Journal
Not a member yet
261 research outputs found
Sort by
Efektifitas Pendidikan dan Pelatihan Daring untuk Penanggulangan Wabah pada Tim Aksi Gerak Cepat
Ministerial Regulation No. 1501 of 2010, Article 21(2), highlights the formation of a Rapid Action Team (RAT) as a part of Indonesia\u27s outbreak control strategies. However, due to the massive spread and increase in Covid-19 cases, the education and training for RAT was carried out online. This study aims to identify determinant factors influencing the effectiveness of education and training using the online method for RAT community health centers. It employed a quasi-experimental design one-group pretest-posttest. The sample consisted of all training participants, totaling 60 individuals, from 12 health centers in the Special Region of Yogyakarta. Data analysis involved both simple and multiple linear regression tests. Research findings indicated that: 1) a significant difference existed in participants\u27 knowledge scores before and after receiving education and training using the online method; 2) Determinant factors related to effectiveness included the quality of assignments, participant satisfaction with facilitator performance, and participant engagement. Continuation of online education and training methods can be achieved through ongoing monitoring of task quality, participant engagement, and facilitator performance. Technical challenges can be addressed by recording activities, testing content, and preparing contingency plansPermenkes Nomor 1501 Tahun 2010 pasal 21(2) menyatakan bahwa salah satu upaya penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dan wabah di Indonesia adalah pembentukan Tim Gerak Cepat (TGC). Namun, wabah dan peningkatan kasus Covid-19 menyebabkan pendidikan dan pelatihan TGC dilakukan secara daring. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor determinan yang mempengaruhi efektivitas pendidikan dan pelatihan dengan metode daring pada TGC puskesmas. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen one-group pretest-posttest. Sampel adalah seluruh peserta pelatihan yang berasal dari 12 puskesmas Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebanyak 60 orang. Analisis data menggunakan uji regresi liner sederhana dan berganda (α=0,05). Hasil penelitian menujukkan bahwa: 1) Ada perbedaan signifikan nilai pengetahuan peserta sebelum dan setelah diberikan pendidikan dan pelatihan dengan metode daring; 2) Faktor determinan yang berhubungan dengan efektivitas kegiatan adalah kualitas penugasan peserta, kepuasan peserta terhadap performa fasilitator, dan keaktifan peserta. Pendidikan dan pelatihan metode daring dapat tetap dilanjutkan dengan monitoring terhadap kualitas tugas dan keaktifan peserta serta performa fasilitator. Kendala teknis dapat diselesaikan dengan merekam selama kegiatan berlangsung, menguji konten, dan menyiapkan rencana cadangan
Analisis Hubungan Masa Kerja terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran pada Pekerja Tambang Batu Bara
Hearing loss due to noise exposure is a significant health problem, especially in high-noise work environments, such as the coal mining industry. This study aims to analyze the effects of length of employment on hearing impairment among workers at X Inc., Bontang. A quantitative approach with a cross-sectional method was used in this study, involving 52 workers who were exposed to high noise in the geology, CHP, utilities, and port facility operation area. Data collection was carried out through an audiometric survey to measure the level of hearing loss at various frequencies. The results showed that most respondents (86.5%) were over 40 years old and had worked for more than 10 years, leading to higher risk of hearing loss. Additionally, the relationship between length of employment and rate of hearing loss was significant; coal miners who worked longer showed more severe hearing loss. This study suggested the importance of implementing stricter noise regulations and more effective health protection to prevent hearing loss among coal miners. These findings can provide a basis for policymakers to formulate better preventive measures.Gangguan pendengaran akibat paparan kebisingan merupakan masalah kesehatan yang signifikan, terutama dalam lingkungan kerja dengan tingkat kebisingan tinggi, seperti industri pertambangan batubara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lama bekerja terhadap gangguan fungsi pendengaran pada pekerja di PT. X, Bontang. Pendekatan kuantitatif dengan metode cross-sectional digunakan dalam penelitian ini, melibatkan 52 pekerja yang terpapar kebisingan tinggi di area geologi, CHP, utilities, dan port facility operation. Pengumpulan data dilakukan melalui survei audiometri untuk mengukur tingkat gangguan pendengaran pada berbagai frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (86,5%) berusia lebih dari 40 tahun dan memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun, yang berisiko lebih tinggi terhadap gangguan pendengaran. Hasil penelitian juga mengungkapkan adanya hubungan signifikan antara lama masa kerja dengan tingkat gangguan pendengaran; pekerja yang lebih lama bekerja menunjukkan kerusakan pendengaran yang lebih parah. Penelitian ini menyarankan pentingnya penerapan regulasi kebisingan yang lebih ketat dan perlindungan kesehatan yang lebih efektif untuk mencegah gangguan pendengaran pada pekerja pertambangan. Temuan ini dapat menjadi dasar bagi pengambil kebijakan dalam merumuskan langkah-langkah pencegahan yang lebih baik
Analysis of the Relationship between Education, Merital Status, Age of Marriage and Exposure to Education with Awareness of Thalassemia Screening in Indonesia
Indonesia sebagai negara dengan jumlah kasus thalasemia yang cukup banyak masih kurang secara pengetahuan dan kesadaran akan penyakit ini. Kurangnya pengetahuan ini ditinjau sebabnya dan dapat berdampak pada jumlah kasus screening yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan usia pernikahan, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan keterpaparan edukasi terhadap pemahaman masyarakat mengenai kesadaran screening thalasemia. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dengan jumlah sampel 35 responden yang diambil dengan kombinasi metode convenience sampling dan purposive sampling. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil studi menunjukkan bahwa keterpaparan edukasi thalasemia (p value 0,018) secara statistik memiliki hubungan yang signifikan dengan kesadaran melakukan screening thalasemia. Sementara itu, variabel status pernikahan (p value 0,160), tingkat pendidikan (p value 0,502), dan usia pernikahan (p value 0,128) tidak memiliki hubungan dengan kesadaran melakukan screening thalasemia. Pengetahuan thalasemia perlu ditingkatkan dengan cara mempromosikan strategi pencegahan thalasemia melalui edukasi, deteksi dini, dan konseling pranikah.Indonesia as a country with a fairly large number of thalassemia cases still lacks knowledge and awareness of thalassemia. This lack of knowledge is reviewed for its causes and can have an impact on the low number of screening cases. The purpose of this study was to analyze the relationship between age of marriage, marital status, education level, and exposure to education on public understanding of thalassemia screening awareness. This study is a cross-sectional study with a sample of 35 respondents taken with a combination of convenience sampling and purposive sampling method. Data analysis used the chi square test. The results of the study showed that exposure to thalassemia education (p value 0.018) statistically had a significant relationship with awareness of thalassemia screening. Meanwhile, the variables of marital status (p value 0.160), education level (p value 0.502), and age of marriage (p value 0.128) did not have a relationship with awareness of thalassemia screening. Knowledge of thalassemia needs to be improved by promoting strategies of thalassemia prevention through education, early detection, and premarital counseling
Efektifitas Aplikasi E-Posyandu Kesehatan (ePoK) terhadap Partisipasi Orang Tua dalam Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Parents play a crucial role in child growth and development due to high-intensity interactions since birth. Parental participation is critical to child health, requiring them to possess information and skills for early detection and providing growth stimulation. This study aims to examine the effectiveness of E-Posyandu Health application in increasing parental participation in stimulating the growth and development of children under five. A quasi-experimental design with a non-equivalent control group design was used. The intervention group used the application for 2 months, while the control group received routine services from health center. Sampling was conducted using a simple random sampling technique, involving 70 parents in each group. Data analysis used the Mann Whitney test to evaluate significant differences between the two groups. The study was conducted in Tanjungpinang City from July to October 2024. The results showed that the intervention group experienced a much greater increase in parental participation compared to the control group, with a 20% improvement and p-value <0.05. The use of the application was proven enhancing parental participation in stimulating children under five growth and development.Orang tua memiliki peran krusial dalam pertumbuhan dan perkembangan anak karena intensitas interaksi yang tinggi sejak lahir. Partisipasi orang tua sangat menentukan kesehatan anak, sehingga mereka perlu memiliki informasi dan keterampilan untuk mendeteksi dini dan memberikan stimulasi tumbuh kembang. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas aplikasi E-Posyandu Kesehatan (ePoK) dalam meningkatkan partisipasi orang tua dalam stimulasi tumbuh kembang balita. Menggunakan desain quasi eksperimen dengan rancangan non-equivalent control group design. Kelompok intervensi menggunakan aplikasi ePoK selama 2 bulan, sedangkan kelompok kontrol menerima layanan rutin puskesmas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling, melibatkan 70 orang tua di setiap kelompok. Analisis data menggunakan uji Mann Whitney untuk mengevaluasi perbedaan signifikan antara kedua kelompok. Penelitian ini dilakukan di Kota Tanjungpinang pada bulan Juli-Oktober 2024. Hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok intervensi mengalami peningkatan partisipasi orang tua yang jauh lebih besar dibandingkan kelompok kontrol yaitu sebesar 20% dengan nilai p <0,001. Penggunaan aplikasi ePoK terbukti dapat meningkatkan partisipasi orang tua dalam melakukan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan balita
Video Animasi sebagai Media Edukasi Pencegahan Anemia pada Remaja Putri
Adolescent girls are a vulnerable group to anemia, which can increase the risk of complications during pregnancy and childbirth. This study aimed to evaluate the effects of health promotion through animated video on adolescent girls’ knowledge, attitudes, and adherence to iron supplementation in preventing anemia. A quasi-experimental design with a non-equivalent control group was employed, involving all seventh-grade students of SMP Negeri 1 Rancaekek, Bandung Regency, West Java who met the inclusion criteria (n = 152). The group allocation was conducted using purposive sampling. Data analysis included frequency distribution, T-test and Wilcoxon test for bivariate analysis, and logistic regression for multivariate analysis. The results showed a significant improvement in the intervention group: knowledge (p ≤ 0.001), attitudes (p = 0.001), and adherence to iron supplementation (p ≤ 0.001). The novelty of this study lies in the use of interactive animated video, which not only improves knowledge but also enhances attitudes and adherence among adolescent girls. The findings suggest that animated videos are effective as an educational medium for anemia prevention in adolescent girls and recommend routine monitoring as well as support from health workers to promote synchronized consumption of iron tablets at school.Remaja putri merupakan kelompok yang rentan mengalami anemia yang dapat meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh promosi kesehatan melalui video animasi terhadap pengetahuan, sikap, dan kepatuhan remaja putri dalam mengonsumsi suplemen zat besi guna mencegah anemia. Penelitian ini menggunakan desain kuasi-eksperimen dengan non-equivalent control group dan melibatkan seluruh siswi kelas VII SMP Negeri 1 Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang memenuhi kriteria inklusi (n = 152). Pembagian kelompok dilakukan dengan teknik purposive sampling. Analisis data meliputi distribusi frekuensi, uji T dan Wilcoxon untuk analisis bivariat, serta regresi logistik untuk analisis multivariat. Hasil menunjukkan peningkatan signifikan pada kelompok intervensi: pengetahuan (p ≤ 0,001), sikap (p = 0,001), dan kepatuhan konsumsi suplemen zat besi (p ≤ 0,001). Kebaruan penelitian ini terletak pada penggunaan media video animasi interaktif yang tidak hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi juga meningkatkan sikap dan kepatuhan remaja putri. Temuan penelitian menunjukkan video animasi efektif sebagai media edukasi pencegahan anemia pada remaja putri dan merekomendasikan pemantauan rutin serta dukungan tenaga kesehatan untuk konsumsi tablet tambah darah secara serentak di sekolah
Pengaruh Media Booklet dan Lembar Balik terhadap Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Siswa tentang Covid-19
The best way to prevent COVID-19 disease is to break the chain of the spread of the virus through isolation, early detection and preventive protocols. These efforts must be disseminated to the community, including junior high school students and can be done using the media of booklet and flipbook. The purpose of this study was to find out the difference of booklet and flipbook media influence on the knowledge, attitudes and skills of junior high school students about COVID-19. This study used a pre-experimental method with a research design of one group pretest-posttest with control group. The research was conducted in 2 public junior high schools in Bengkulu City with a sample of 30 students in the treatment group and 30 students in the control group. The results of the research explained that the average knowledge of students who used booklet media was 2.00, the average attitude was 1.90 and skills were 1.90. Meanwhile, the average knowledge of the control group with the media of the flipbook was 1.83, attitude was 1.90 and skill was 1.80. Booklet media is more effective in improving students\u27 knowledge, attitudes and skills about COVID-19 than flipbook media.Cara terbaik untuk mencegah penyakit COVID-19 adalah dengan memutus mata rantai penyebaran virus tersebut melalui isolasi, deteksi dini dan melakukan protokol pencegahan. Upaya tersebut harus disebarluaskan ke masyarakat tidak terkecuali pada siswa sekolah menengah pertama (SMP) dan dapat dilakukan dengan menggunakan media booklet dan lembar balik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh media booklet dan lembar balik terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa SMP tentang COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimental dengan rancangan penelitian one group pretest-posttest with control group. Penelitian dilakukan di 2 SMP negeri di Kota Bengkulu dengan sampel sebanyak 30 siswa di kelompok perlakuan dan 30 siswa di kelompok kontrol. Hasil riset menjelaskan bahwa rerata pengetahuan siswa yang menggunakan media booklet sebesar 2,00, rerata sikap 1,90 dan keterampilan 1,90. Sementara itu, rerata pengetahuan kelompok kontrol dengan media lembar balik yaitu 1,83, sikap 1,90 dan keterampilan yaitu 1,80. Media booklet lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa tentang COVID-19 dibandingkan media lembar balik
Initial Assessment Pra Hospital pada Pasien Acute Coronary Syndrome: Systematic Review
Some previous acute coronary syndrome (ACS) studies have focused on educational interventions or general management of ACS, without reviewing the key role of systematic early assessment in reducing morbidity and mortality. This study aims to analyze the effectiveness of initial assessment in improving early response and clinical outcomes in ACS patients in pre-hospital care. A systematic review was conducted on 16 articles obtained from five databases: PubMed, ScienceDirect, Google Scholar, Scopus, and ProQuest. Keywords used in the literature search included “initial assessment,” “Pre hospital,” and “Acute coronary syndrome (ACS),” with a publication range between 201 and 2024. The initial search yielded 88 articles. After removing duplicates and screening based on inclusion criteria as well as selection by title, abstract, and full text, 16 articles were included in the final analysis. Article quality was assessed using the Joanna Briggs Institute (JBI) appraisal tool. The analysis showed that a systematic and timely initial assessment significantly improves diagnostic speed, accuracy of early intervention, and reduces mortality and complications in ACS patients. Ongoing training for pre-hospital healthcare providers, standardized treatment protocols, and inter-system emergency care collaboration are essential to improve overall clinical outcomes. This review recommends integrating initial assessment as a key component of pre-hospital services and cardiovascular emergency management strategies.Beberapa studi acute coronary syndrome (ACS) sebelumnya berfokus pada intervensi edukasi atau manajemen ACS secara umum, tanpa mengulas peran kunci pengkajian awal secara sistematis dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas initial assessment dalam meningkatkan respons awal dan outcome klinis pada pasien ACS di pelayanan pra rumah sakit. Tinjauan sistematis diperoleh dari lima basis data, yaitu PubMed, ScienceDirect, Google Scholar, Scopus, dan ProQuest. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian literatur meliputi “Initial assessment”, “Pre hospital”, dan “Acute coronary syndrome”, dengan batasan publikasi antara tahun 2018–2024. Proses penelusuran awal menghasilkan 88 artikel. Eliminasi duplikasi dan penyaringan berdasarkan kriteria inklusi serta seleksi judul, abstrak, dan teks lengkap memperoleh 16 artikel yang dianalisis lebih lanjut. Penilaian kualitas artikel menggunakan instrumen dari Joanna Briggs Institute (JBI). Hasil analisis menunjukkan bahwa initial assessment yang sistematis dan tepat waktu secara signifikan meningkatkan kecepatan diagnosis, ketepatan intervensi awal, serta menurunkan angka kematian dan komplikasi pada pasien ACS. Tenaga pra rumah sakit memerlukan pelatihan berkelanjutan, standarisasi protokol penanganan, serta kolaborasi lintas sistem layanan darurat untuk meningkatkan hasil klinis secara menyeluruh. Penelitian ini merekomendasikan integrasi initial assessment sebagai bagian penting dari sistem pelayanan pra rumah sakit dan strategi manajemen kegawatdaruratan kardiovaskular
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi pada balita suspek campak di Puskesmas
Approximately 140,000 global child deaths each year are caused by measles, making measles a major focus in public health aspects. In 2021, there were 489 suspected measles cases in DKI Jakarta. In this case, in 2022, Cilincing District contributed 389 measles cases. Measles can be prevented by immunization. Cilincing District has an achievement of 98.3% for the measles immunization program. However, with this achievement, measles cases in Cilincing District are still quite high. This study aims to determine the factors associated with suspected measles cases in toddlers and the completeness of immunization obtained. Cross-sectional is the design in this study with a sample size of 220 taken by purposive sampling. Data analysis was carried out using the chi square test. The results of the analysis in this study found a relationship between the completeness of measles immunization with age (p-value 0.042), education (p-value 0.002), employment (p-value 0.009), attitude (p-value <0.001), availability of health facilities (p-value 0.010), and ease of access (p-value 0.049). However, it is known that the knowledge variable does not have a significant relationship with the completeness of measles immunization. The government and public health programs should target factors that have been proven to have an influence, such as increasing access to services, support for working mothers, and campaigns that form positive attitudes towards immunization.Sekitar 140.000 kematian anak global setiap tahun disebabkan oleh campak sehingga campak menjadi fokus utama dalam aspek kesehatan masyarakat. Di tahun 2021, tercatat sebanyak 489 kasus suspek campak di DKI Jakarta. Dalam hal tersebut, di tahun 2022 Kecamatan Cilincing menjadi penyumbang 389 kasus Campak. Pencegahan penyakit campak dapat dicegah dengan imunisasi. Kecamatan Cilincing memiliki capaian sebesar 98,3% untuk program imunisasi campak. Namun dengan capaian tersebut juga, kasus campak di Kecamatan Cilincing masih cukup tinggi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan antara kasus suspek campak pada balita dengan kelengkapan imunisasi yang di dapatkan. Cross sectional menjadi desain pada penelitian ini dengan jumlah sampel yang di ambil secara purposive sampling sebanyak 220. Analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil analisis pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan antara kelengkapan imunisasi campang dengan umur (p-value 0.042), pendidikan (p-value 0.002), pekerjaan (p-value 0.009), sikap (p-value <0.001), ketersediaan fasilitas kesehatan (p-value 0.010), dan kemudahan akses (p-value 0.049). Namun, diketahui variabel pengetahuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kelengkapan imunisasi campak. Pemerintah dan program kesehatan masyarakat harus lebih menargetkan faktor-faktor yang terbukti berpengaruh, seperti peningkatan akses layanan, dukungan bagi ibu bekerja, dan kampanye yang membentuk sikap positif terhadap imunisasi
Karakteristik Air yang Berisiko dengan Terjadinya Batu Saluran Kemih
Around 170,000 urinary tract stones (UTS) occur in Indonesia every year. The incidence rate of UTS is related to the source of drinking water. Recurrence of UTS can increase mortality and treatment costs. The purpose of this study was to find out the factors that cause urinary tract stones based on water characteristics. This type of research was analytical observational, using a multiple linear regression analysis design with a sample of 50 respondents selected using purposive sampling techniques. The characteristics studied using univariate analysis were water consumption characteristics, water sources, respondent health, water content, urine color, and urine composition. The regression analysis studied were the variables of PH, treatment, mineral water potable, taste water, well water source, soundness, tension, color, and clarity with the incidence of UTS. The results of the regression analysis showed that the p value (1.75) was greater than alpha so it can be concluded that there was no significant influence between PH, treatment, drinking mineral water, flavored water, well water source, soundness, tension, color, and clarity with the incidence of urinary tract stones.Sekitar 170.000 batu saluran kemih (BSK) terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Tingkat kejadian BSK ini berkaitan dengan sumber air minum. Kekambuhan BSK dapat meningkatkan angka kematian dan biaya pengobatan. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya batu saluran kemih berdasarkan karakteristik air. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, menggunakan rancangan analisis regresi linier berganda dengan sampel berjumlah 50 responden yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Karakteristik yang diteliti dengan menggunakan analisis univariat ialah karakteristik konsumsi air, sumber air, kesehatan responden, kandungan air, warna urin, dan kandungan urin. Analisis regresi yang diteliti ialah variabel PH, pengolahan, air mineral diminum, air berasa, sumber air sumur, kesadahan, tensi, warna, dan kejernihan dengan kejadian BSK. Hasil analisis regresi menunjukkan p value (1,75) lebih besar dari alpha sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan diantara PH, pengolahan, air mineral diminum, air berasa, sumber air sumur, kesadahan, tensi, warna, dan kejernihan dengan kejadian batu saluran kemih
Pencegahan Stunting: Pemenuhan Nutrisi, Pendidikan Kesehatan dan Sosial Ekonomi dalam Upaya Penanggulangan Masalah Gizi pada Balita
Around 7.8 million of the 23 million children under five in Indonesia were stunted. The Indonesian government was committed to overcoming stunting, as stated in the national strategy plan for stunting prevention by 2018-2024. This study aims to examine stunting prevention strategies through the integration of nutrition, health education and socio-economic status in a vulnerable group, namely toddlers, in priority locations. The research method used is qualitative descriptive. The data were collected through interviews, documentation and observations to informants who were considered to know the importance of nutrition in the first 1000 days of birth as an effective intervention on child growth. Education and parental involvement in managing children\u27s diets have an effect on stunting risk. Nutritional education to parents can play an important role in changing family eating behaviors. Successful interventions in addressing stunting involve a combination of strategies, including supplementation, nutritional supplementation, dietary changes and educational campaigns. Stunting prevention through improving nutritional fulfillment requires a holistic approach that involves various aspects, including nutritional education, access to quality food sources, supportive nutrition policies, and public understanding of the importance of a balanced diet.Sekitar 7,8 juta dari 23 juta balita di Indonesia mengalami stunting. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengatasi stunting, tertuang dalam rencana strategi nasional pencegahan stunting per 2018-2024. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi pencegahan stunting melalui integrasi nutrisi, pendidikan kesehatan dan sosial ekonomi pada kelompok rentan, yaitu balita, di lokasi prioritas. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu wawancara, dokumentasi dan observasi kepada informan yang dianggap mengetahui pentingnya gizi pada 1000 hari pertama kelahiran (HPK) sebagai intervensi efektif pada pertumbuhan anak. Pendidikan dan keterlibatan orang tua dalam pengelolaan pola makan anak berpengaruh pada risiko stunting. Edukasi gizi kepada orang tua dapat memainkan peran penting dalam perubahan perilaku makan keluarga. Intervensi yang berhasil dalam mengatasi stunting melibatkan kombinasi strategi, termasuk pemberian makanan tambahan, suplementasi gizi, perubahan praktik pangan, dan kampanye edukasi. Pencegahan stunting melalui peningkatan pemenuhan nutrisi memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai aspek, termasuk edukasi gizi, akses terhadap sumber makanan berkualitas, kebijakan gizi yang mendukung, dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pola makan seimbang