Journals of Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Not a member yet
    2187 research outputs found

    Pola Spasial Temporal Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011-2016

    No full text
    Dengue Fever is a disease neglected tropical diseases are still a major problem in the field of public health, especially the tropics and subtropics. The spatial distribution of dengue fever cases and a location-based early warning system have not yet been developed properly. Modeling the spatial epidemiology of dengue is one of the applications of Geographic Information Systems (GIS). GIS can be used to determine the spatial patterns of temporal occurrence of dengue cases. The purpose of this study is to determine the spatial-temporal patterns of dengue cases based on the spatial statistical analysis in Palu 2011-2016. This study was an observational study with the cross-sectional design. . Samples of dengue cases were all reported from 2011 to June 2016 and were analyzed statistically using the averagenearest neighbor and space-time permutation. Estimation The results showed the spatial pattern of dengue cases from 2011- June 2016 tend to cluster. Clustering of dengue cases from 2011-2016 obtained two regions with significant clusters. The first cluster region has a p-value of 0.021.Time occurrence of dengue cases that have significant value from 1 March to 30 November 2011 with a total of 25 cases. Furthermore, for the second cluster showed a p-value of 0.037 with a span of the case from 1 May - June 30, 2013, with 17 cases. The main cluster locations or those that are spatially and temporally significant are located in six villages and become a priority in dengue controlling. The implementation of the eradication of dengue mosquito nests with the 3M plus movement and the one house one inspector movement was carried out intensively by prioritizing areas with significant clusters. Surveillance of cases and disease vectors should be improved and developed using GIS.    Abstrak Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah utama di bidang kesehatan masyarakat khususnya negara-negara tropis dan subtropis. Distribusi spasial kasus demam berdarah dan sistem kewaspadaan dini berbasis lokasi sampai saat ini belum dikembangkan dengan baik. Pemodelan spasial epidemiologi DBD merupakan salah satu aplikasi dari Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG dapat digunakan untuk menentukan pola spasial temporal kejadian kasus DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan pola spasial-temporal kasus DBD berdasarkan analisis spasial statistik di Kota Palu Tahun 2011-2016. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan studi potong lintang. Sampel kasus DBD adalah semua yang dilaporkan dari tahun 2011 sampai dengan Juni 2016 dan dianalisis secara spasial statistik menggunakan average nearest neighbour dan space-time permutation. Estimation. Hasil penelitian menunjukkan pola spasial kasus DBD Tahun 2011- Juni 2016 cenderung mengelompok. Untuk pengelompokan kasus DBD Tahun 2011-2016 secara spasial-temporal didapatkan dua daerah dengan klaster yang signifikan. Wilayah klaster tersebut memiliki p-value 0,021 untuk wilayah pertama. Waktu kejadian kasus DBD yang memiliki nilai signifikan tersebut antara rentang waktu 1 Maret – 30 November 2011 dengan jumlah 25 kasus. Selanjutnya untuk klaster kedua didapatkan hasil p-value 0,037 dengan rentang waktu kasus 1 Mei – 30 Juni 2013 dengan jumlah 17 kasus. Lokasi klaster utama atau yang signifikan secara spasial temporal terdapat di enam kelurahan dan menjadi prioritas dalam pengendalian DBD. Pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk DBD dengan gerakan 3M plus dan gerakan satu rumah satu jumantik secara intensif dilakukan dengan memprioritaskan daerah dengan klaster yang signifikan. Surveilans kasus dan vektor penyakit harus ditingkatkan dan dikembangkan dengan memanfaatkan SIG

    Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Pemulung Di Bantargebang, Kota Bekasi Tahun 2020

    No full text
    Scavengers are people who have a high risk of exposure to diseases due to unhealthy environmental conditions. This requires scavengers to take advantage of health services in order to get optimal examinations. The purpose of this study was to determine Related Factors To The Utilization Of Health Services By Scavengers At Landfill Area Of Sumurbatu Village, Bantargebang Sub-District, Bekasi City In 2020. The quantitative research method with cross-sectional design used random sampling techniques. The number of samples was 150 families in the landfill area of Sumurbatu Village. Measuring instrument in the form of a questionnaire with data collection techniques in the interviews form. Data analysis used chi-square analysis and multiple logistic regression analysis. The results showed that the variables related to the utilization of health services were knowledge variable (p = 0.001), number of families (p = 0.021), perception of pain (p = 0.001), and family support (p = 0.030). And the variables that were not related to the utilization of health services were ownership of health insurance (p = 0.750), transportation (p = 0.297), distance (0.340), health information (p = 0.538), and attitudes of health workers (p = 1,000). As well as the dominant variable related to the utilization of health services, that is knowledge (p = 0.000) with OR 12.876. It is hope that primary health care and health workers can involve more scavenger groups and communities around the landfill area in their work programs, such as providing health information. Abstrak Pemulung merupakan masyarakat yang memiliki risiko tinggi terpapar penyakit karena berada di kondisi lingkungan yang kurang sehat. Hal tersebut mengharuskan pemulung untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan agar mendapatkan pemeriksaan yang optimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui  faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pemulung di TPA Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2020. Metode penelitian kuantitatif dengan design cross-secional, menggunakan teknik random sampling. Jumlah sampel sebanyak 150 KK di wilayah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kelurahan Sumurbatu. Alat ukur dalam bentuk kuesioner dengan teknik pengambilan data berupa wawancara. Analisis data menggunakan analisis chi-square dan analisis regresi logistik berganda. Hasil menunjukan bahwa variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu variabel pengetahuan (p=0,001), jumlah keluarga (p=0,021), persepsi sakit (p=0,001), dan dukungan keluarga (p=0,030). Dan Variabel yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu kepemilikan jaminan kesehatan (p=0,750), transportasi (p=0,297), jarak (0,340), informasi kesehatan (p=0,538), dan sikap petugas kesehatan (p=1,000). Serta variabel dominan yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu pengetahuan (p=0,001) dengan OR 12,876. Puskesmas dan petugas kesehatan diharapkan dapat lebih banyak melibatkan kelompok pemulung dan masyarakat di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dalam program kerjanya, seperti pemberian informasi kesehatan dan juga dapat melakukan pengecekan kesehatan agar pemulung mengetahui kondisi kesehatannya. &nbsp

    THE INFLUENCE OF SHALLOT SOLUTION ON COLEUS (Plectranthus Scutellarioides (L.)) SEEDLING

    Get PDF
    Nurseries are the main critical phase in the cultivation of Coleus (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.), which is useful as a raw material for traditional medicine. The key to producing well-grown, healthy, and uniform seedlings is using exogenous hormones throughout the seedling stage. Shallot has the potential to be used as an exogenous hormone. The study was conducted with shallot concentration treatment (0, 35, 70, and 100%) and soaking time (0, 12, and 24 hours). The results show shallot's activity as an exogenous hormone in coleus seedlings, including increasing the root volume of coleus seedlings through the initiation of root hairs, altering seedling height, and stimulating seedling adventitious shoot growth. Conversely, high concentrations of shallots reduced the number of coleus seedling shoots

    PEMANFAATAN TEPUNG TULANG IKAN GABUS (Channa striata) DALAM PEMBUATAN SEMPOL DAGING IKAN GABUS SEBAGAI SUMBER KALSIUM

    Get PDF
    Latar belakang. Sumber kalsium dapat diperoleh dari ikan, terutama tulangnya. Pemanfaatan tepung tulang ikan gabus dalam pembuatan sempol merupakan salah satu alternatif pangan sumber kalsium. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis parameter sensorik dari formulasi sempol dan menganalisis kandungan kalsium pada formulasi sempol daging ikan gabus dengan substitusi tepung tulang ikan gabus yang terpilih dan sempol kontrol. Metode. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL). Terdapat 4 perlakuan penambahan tepung tulang ikan gabus pada bahan pembuatan sempol, yaitu 0%, 25%, 37,5% dan 50%. Hasil. Hasil uji organoleptik oleh panelis semi terlatih sebanyak 30 orang menunjukkan bahwa perlakuan F1, yaitu sempol dengan penambahan tepung tulang ikan gabus sebanyak 25 persen merupakan perlakuan sempol terbaik. Analisis data organoleptik menggunakan uji Kruskall Wallis dan uji lanjut Mann Whitney sedangkan untuk uji data laboratorium menggunakan uji one way ANOVA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan tepung tulang ikan gabus pada pembuatan sempol dapat memberikan pengaruh nyata terhadap parameter organoleptik, yaitu tekstur, tetapi warna, rasa, dan aroma tidak berpengaruh nyata. Sempol kontrol (F0) memiliki kandungan kadar air 55,08 persen, kadar abu 1,78 persen, protein 13,11 persen, lemak 1,82 persen, karbohidrat 28,2 persen, energi 181,64 kkal, dan kalsium 149,03 mg/g. Sedangkan, sempol terpilih (F1) memiliki kandungan kadar air 50,73 persen, kadar abu 5,17 persen, protein 13,89 persen, lemak 2,78 persen, karbohidrat 27,43 persen, energi 190,3 kkal, dan kalsium 1207,21 mg/g. Kesimpulan. Kandungan gizi sempol terpilih (F1) mengalami peningkatan terutama pada kalsium dan apabila anak-anak mengonsumsi 3 sempol F1 untuk cemilan makan, akan mencukupi 5 persen dari AKG anak-anak

    Gambaran Layanan Keselamatan dan Kesehatan Pengunjung Wisata di Jawa Tengah

    No full text
    Indonesia tourism industry has been increasing into 8.5% per year before the pandemic covid-19. However, there are many accidents and disease incidents while travelling primarily in Central Java. Central Java is one of the strategic tourism spots, which is easly to access by public transportation. For that reason, more intensive attention to the safety and health of visitors is needed. This study aims to provide an overview of the availability of health and safety services at tourist attractions in Central Java. This qualitative research uses in-depth interviews with 25 managers, namely public relations staff, marketing, tour guides and managers, and observation at 19 selected tourist attractions purposively. Data were analysed using thematic analysis supported by Atlas.ti 7. Most tourist attractions have safety information and first aid kit, but not for health information and services. Completeness of health and safety information and services depends on its resources. Some tourist attractions are equipped with health service posts and safety guards, but many do not. Only one tourist spot has been fitted with a health service post, health worker, ambulance, lactation room, hazard prevention equipment and safety supervisor, as many foreign tourists visit this site. Health and safety information and services vary among tourist spot. Most tourism managers have not prioritized health and safety information and services. The health and safety regulations and standards are needed to improve the quality of tourism in Indonesia. Abstrak Industri pariwisata di Indonesia mengalami peningkatan hingga 8.5% per tahun sebelum masa pandemi covid dan dimungkinkan akan meningkat bila pandemic covid dapat terkendali. Tetapi kejadian kecelakaan dan munculnyapenyakit saat berwisata juga semakin banyak terjadi khususnya di Jawa Tengah. Jawa Tengah merupakan tempat tujuan wisata strategis karena mudah aksesnya, sehingga layanan keselamatan dan Kesehatan menjadi sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran informasi dan layanan kesehatan dan keselamatan wisata di Jawa Tengah. Metode kualitatif dipilih dengan wawancara mendalam kepada 25 pengelola yang terdiri daristaf humas, marketing, tour guide dan pengelolanya, serta observasi di 19 tempat wisata yang dipilih secara purposif. Sebagian besar tempat wisata memiliki informasi keselamatan, standar P3K dan asuransi kesehatan, tetapi  informasi dan layanan Kesehatan kebanyakan belum tersedia. Kelengkapan informasi dan layanan Kesehatan serta keselamatan wisata terlihat beragam antar tempat wisata, karena tergantung dari sumber daya masing-masing. Beberapa tempat wisata sudah dilengkapi dengan pos pelayanan kesehatan dan petugas penjaga keselamatan, tetapi lebih banyak yang belum memiliki. Hanya satu tempat wisata yang telah lengkap dengan pos pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, ambulance, ruang laktasi,  peralatan pencegahan bahaya dan petugas pengawas keselamatan, hal ini karena tempat wisata tersebut banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Kurangnya layanan Kesehatan dan keselamatan wisata, mulai dari yang tidak tersedia sama sekali sampai dengan yang relatif lengkap, disebabkan karena. kebanyakan pengelola wisata masih belum memprioritaskan aspek informasi dan layanan kesehatan bagi wisatawannya. Oleh karena itu perlu regulasi dan standard kesehatan dan keselamatan pariwisata yang harus dipatuhi oleh pengelola untuk meningkatkan kualitas kepariwisataan di Indonesia. &nbsp

    Prevalence of Trypanosomiasis of Wild Rats (Rattus sp.) in Banjarnegara District and Potential Impact for Public Health

    Get PDF
    Trypanosomiasis is a zoonotic disease caused by Trypanosoma sp., a protozoan parasite that has a flagellum. It has the potential to cause emerging diseases. Generally, Trypanosoma infection is caused by T. evansi which causes Surra disease, and T. cruzi which causes Chagas disease. Trypanosoma lewisi has been considered a natural protozoan in mice, not pathogenic to humans but in recent years it has been reported in humans. This study aims to detect Trypanosoma in rats in Banjarnegara District and analyze the potential impact on public health. The research was observational with a descriptive approach, conducted in Banjarnegara from July-December 2020. Samples were taken by purposive sampling. Samples are rat’s blood that caught on wild rats survey in the main market of Banjarnegara District. Blood samples were made with a thin smear then they were stained with Giemsa and examined by microscope. There were 157 rats caught, consisting of 131 Rattus norvegicus and 26 R. tanezumi. Totally, 28 rats were positive Trypanosoma lewisi, so Trypanosoma infection in rats in Banjarnegara District is 16,57%. Trypanosomiasis in R. norvegicus was 18.3% and R. tanezumi 15.38%. Therefore, there is a need to increase the awareness of these diseases’s transmission to humans

    Distribusi spasial Covid-19 di DKI Jakarta, Indonesia (Januari 2021 - Oktober 2021)

    Get PDF
    Pandemi COVID-19 telah menjadi ancaman dunia. Tingkat nasional kasus Covid-19 hingga 15 Oktober 2021 mencapai 4,2 juta kasus kumulatif dengan jumlah orang yang meninggal 142.889 jiwa. Provinsi DKI Jakarta adalah provinsi tertinggi yang memiliki kasus Covid-19 di Indonesia dan termasuk kota yang padat penduduk.  Tujuan dari penelitian ini ingin melihat hubungan antara populasi terhadap kasus konfirmasi COVID-19 secara spasial.  Data penelitian ini mencakup 5 area administratif dan 42 kecamatan di DKI Jakarta. Data yang digunakan ialah data surveilans COVID-19 Dinas Kesehatan DKI Jakarta mulai tanggal 1 Januari 2021-Oktober 2021. Analisis data menggunakan analisis deskriptif spasial, Global Moran I, dan LISA.  Hasil analisis menemukan bahwa hubungan spasial antara populasi dengan kasus konfirmasi COVID-19 di DKI Jakarta pada Januari 2021-Oktober 2021 dengan pola penyebaran mengelompok. Kecamatan yang menjadi hotspot (high-high) adalah Kecamatan Kalideres. Pemerintah sebaiknya fokus kepada daerah kecamatan dengan populasi tinggi dan mengatur pembatasan mobilitas secara ketat agar dapat mengendalikan kasus COVID-19 di DKI Jakarta

    Daya Bunuh Anti Nyamuk Bakar Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Pada Nyamuk Aedes aegypti (Studi Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kematian Nyamuk Tahun 2022)

    Get PDF
    ABSTRACT Natural insecticides can prevented people from mosquito bites provides the advantage that it is safe for health. Basil leaves (Ocimum basilicum) contain active ingredients of saponins, flavonoids, essential oils, and tannins that are capable to be used as natural insecticides. The aims of the study was to analyze the killing power ofmosquito coils based on basil leaf powder on the Aedes aegypti. The type of research was a pured experiment with posttest only with control group design. The object of the study used Aedes aegypti mosquitoes aged 2-5 days with 25 mosquitoes for each treatment. The treatment group exposed to various concentrations of mosquito coils basil leaf powder 50%, 60%, and 70% with six replications for 20 minute and mosquito mortality will be counted 24 hours after exposured. The quality of the mosquito coil basil leaf powder O. basilicum met the standards of SNI 06-3566-1994. The results of the One Way Anova test indicate that there was at least one concentration of mosquito coil basil leaf powder O. basilicum) which has a higher killing power of Aedes aegypti mosquitoes. The probit test results show that the value of LC50 is 61,763%. Increased concentration needed to get effective killing power. ABSTRAK Penggunaan insektisida alami untuk menghindarkan masyarakat dari gigitan nyamuk memberikan keuntungan yaitu aman bagi kesehatan. Serbuk daun kemangi (Ocimum basilicum) memiliki kandungan bahan aktif saponin, flavonoid, minyak atsiri dan tanin yang mampu menjadi insektisida alami. Pemanfaatan serbuk daun kemangi sebagai anti nyamuk bakar aplikatif untuk diterapkan di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya bunuh anti nyamuk bakar berbahan serbuk daun kemangi pada nyamuk Aedes aegypti. Desain penelitian adalah posttest only with control group design. Objek penelitian nyamuk Aedes aegypti berusia 2 - 5 hari yang berjumlah 25 tiap perlakuan akan dipaparkan dengan anti nyamuk bakar serbuk daun O. basilicum konsentrasi 50%, 60% dan 70% dengan enam kali replikasi selama 20 menit dan diamati jumlah kematian nyamuk setelah 24 jam. Analisis data menggunakan uji probit dan One Way Anova. Kualitas mutu anti nyamuk bakar serbuk daun O. basilicum memenuhi standar SNI 06-3566-1994. Uji Anova menunjukkan minimal satu pasang konsentrasi anti nyamuk bakar serbuk daun O. basilicum yang mempunyai daya bunuh lebih tinggi. Hasil uji probit menunjukkan nilai LC50 sebesar 61,763%. Peningkatan konsentrasi perlu dilakukan untuk mendapatkan daya bunuh yang efektif

    Daya Proteksi Minyak Biji Ketumbar (Coriandrum sativum L.) dalam Basis Gel Hidroksipropil Metilselulosa sebagai Repelen Aedes aegypti

    Get PDF
    Abstrak. Satu upaya pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah dengan mencegah kontak manusia dan vektornya, yaitu Aedes aegypti. Penelitian repelen nyamuk menggunakan bahan aktif dari alam telah banyak dilakukan, contohnya minyak ekstrak biji ketumbar (Coriandrum sativum L.). Akan tetapi, ekstrak murni biji ketumbar mudah menguap dan kurang efektif apabila digunakan secara langsung sebagai repelan Aedes aegypti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variasi konsentrasi gelling agent hidroksipropil metilselulosa (HPMS) terhadap lama waktu perlindungan dan daya proteksi gel minyak biji ketumbar sebagai repelen terhadap Aedes aegypti. Metode penelitian ini adalah eksperimen murni dengan desain posttest-only control group design. Kelompok perlakuan diberi gel minyak biji ketumbar menggunakan konsentrasi HPMS 7,5%; 10%; dan 12,5% dengan 6 kali replikasi. Kelompok kontrol terdiri dari kontrol positif yaitu ekstrak biji ketumbar murni konsentrasi 60% dalam etanol 96% dan kontrol negatif yaitu lengan tanpaolesan apapun. Analisa data menggunakan uji Mann–Whitney dan Kruskal-Wallis dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukan bahwa HPMS 7,5% memiliki jumlah nyamuk hinggap paling sedikit selama 6 jam pengamatan dengan rerata hinggap 3,2%. Suhu dan kelembaban ruang penelitian homogen. Penambahan HPMS terbukti memberikan peningkatan daya proteksi dan lama perlindungan yang sebelumnya belum maksimal terhadap nyamuk Aedes aegypti. Konsentrasi HPMS 7,5% sesuai standart Komisi Pestisida (1995) dengan rerata daya proteksinya adalah 97% selama 6 jam. Kesimpulan dari penelitian ini adalah gelling agent seperti HPMS dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan daya proteksi selama 6 jam perlindungan

    Faktor-faktor Determinan Perilaku Mencuci Tangan Setelah Masa ‘Adaptasi Kebiasaan Baru’

    Get PDF
    Changes in policies implemented in Indonesia before and after the New Normal policy affect the prevention habits that have been implemented by the community. Therefore, a study to determine factors affecting washing hands behavior after the implementation of the new normal policy during the COVID-19 period has been conducted in order to address this issue. This study uses two analyzes, the paired T-test which aims to determine whether there are differences in handwashing behavior among respondents before and after the new normal period, and a multivariate test using logistic regression analysis which aims to determine the factors that influence the lack of hand washing behavior. The results of this study's data analysis showed that there was a decrease in the number of respondents who had washed their hands well before and after new normal policy (73.75% to 67.75%). The results of the analysis also show that the lack of hand washing habits is related to factors such as education, intensity of seeking information related to COVID-19, have had positive for COVID-19, and anxiety due to information received. Meanwhile, age, gender, and income have no effect on this behavior. Hopefully, these results can be used as a foundation for the making of policies to improve health promotion and education on proper handwashing to targeted communities, such as people with low education level, rarely seek information, or are not anxious about COVID-19 disease. Image media can also be used to increase the interest of these targeted people towards information related to COVID-19. Abstrak Perubahan kebijakan yang diterapkan di Indonesia sebelum dan setelah kebijakan “New normal”/Adaptasi kebiasaan baru (AKB) dapat mempengaruhi upaya pencegahan penyakit di masyarakat. Informasi terkait perubahan perilaku masyarakat setelah diberlakukannya suatu kebijakan pemerintah sangat penting diketahui. Oleh karena itu, studi tentang faktor-faktor penentu kebiasaan mencuci tangan setelah diterapkannya kebijakan Adaptasi Kebiasaan Baru (“New normal”) AKB pada masa COVID-19 telah dilakukan untuk menjawab persoalan tersebut. Studi ini melakukan dua analisis yaitu uji beda dengan menggunakan uji T berpasangan yang bertujuan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan perilaku mencuci tangan pada responden sebelum dan setelah masa adaptasi kebiasaan baru dan uji multivariat menggunakan analisis regresi logistik yang bertujuan untuk menentukan faktor yang berpengaruh pada kurangnya perilaku mencuci tangan pada responden. Hasil analisis data studi ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah responden yang tadinya mencuci tangan dengan baik pada masa sebelum adaptasi kebiasaan baru (73,75%) menjadi kurang baik di masa setelah adaptasi kebiasaan baru (67,75%). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kurangnya kebiasaan mencuci tangan berhubungan dengan faktor-faktor seperti pendidikan, intensitas pencarian informasi terkait COVID-19, pernah positif COVID-19, dan kecemasan akibat informasi yang diterima. Sedangkan umur, gender, dan pendapatan tidak berpengaruh terhadap perilaku ini. Diharapkan hasil studi ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan kebijakan promosi dan edukasi kesehatan terkait kebiasaan cuci tangan yang benar terhadap orang-orang yang ditargetkan, seperti orang-orang dengan tingkat pendidikan rendah, jarang mencari informasi, atau orang-orang yang tidak khawatir terhadap penyakit COVID-19. Media gambar juga dapat digunakkan untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat yang ditargetkan ini terhadap informasi terkait COVID-19

    1,563

    full texts

    2,187

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Journals of Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan is based in Indonesia
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇