384 research outputs found

    Evaluating Instrument Quality: Rasch Model – Analyses of Post Test of Curriculum 2013 Training

    Full text link
    The main purpose of this study was to evaluate the quality of post test utilized by LPMP Central Kalimantan Indonesia in curriculum 2013 training for X grade teachers. It uses Rasch analysis to explore the item fit, the reliability ( item and person), item difficulty, and the Wrigh map of post test. This study also applies Classical Test Teory (CTT) to determine item discrimination and distracters. Following a series of iterative Rasch analyses that adopted the “data should fit the model” approach, 30 items post test of curriculum 2013 training was analyzed using Acer Conquest 4 software, software based on Rasch measurement model. All items of post test of curriculum 2013 training are sufficient fit to the Rasch model. The difficulty levels (i.e. item measures) for the 30 items range from –1.746 logits to +1.861 logits. The item separation reliability is acceptable at 0.990 and person separation reliability is low at 0.485. The wright map indicates that the test is difficult for the teachers or the teachers have low ability in knowledge of curriculum 2013. The post test items cannot cover all the ranges of the teachers\u27 ability levels. Items discrimination of post test of curriculum 2013 training grouped into fair discrimination (item 2, 4, 5, 8, 11, 18) and poor discrimination (1, 3, 6, 7, 9, 10,12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30). Some distracters from item 1, 2, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 24, 25, 27, 28, 29 and 30 are problematic. These distracters require further investigation or revision.   Key words: Rasch analysis, training, curriculum 2013, post tes

    Identifikasi Komponen Senyawa Dari Ekstrak Buah Laban (Vitex Pubescens Vahl) Fraksi Eter Dan Fraksi Kloroform

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian tentang identifikasi komponen senyawa dari ekstrak buah laban fraksi eter dan fraksi kloroform. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Komponen senyawa yang terdapat dalam fraksi eter buah laban, dan (2) Komonen senyawa yang terdapat dalam fraksi kloroform ekstrak buah laban. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pengamblan sampel menggunakan teknik sampling area purposive. Isolasi sampel menggunakan metode maserasi dengan pelarut metanol dan dilakukan fraksinasi dengan pelarut eter dan kloroform pada ekstrak metanol yang diperoleh. Analisis komponen senyawa dilakukan dengan KG-SM. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian, pada pemeriksaan pendahuluan menunjukkan adanya senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolik, dan kuinon. Berdasarkan KG-SM pada fraksi eter teridentifikasi 8 puncak senyawa dan empat senyawa yang berhasil diidentifikasi yaitu; 4-hidroksi-3-metoksi benzaldehida atau vanilin, 4-hidroksi-3-metil benzoat atau metil paraben, 4-hidroksi-3-metoksi benzoat atau asam vanilat, 4-hidroksi benzoat atau paraben. Berdasarkan KG-SM pada fraksi kloroform teridentifikasi 60 puncak senyawa dengan lima senyawa yang berhasil diidentifikasi yaitu; α-butil ester furoat, 4-hidroksi-3-metoksi-sinamaldehida, bis-2-etil heksil adipat atau sicol, heksadekana, heptadekana

    Pengaruh Pemberian Tuntunan Penyelesaian Latihan Soal dalam Pembelajaran Langsung terhadap Pemahaman Konsep Perhitungan PH Larutan Penyangga Asam pada Siswa Kelas XI MIPA MAN Kota Palangka Raya Tahun Ajaran 2018/2019

    Full text link
    Banyak siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal perhitungan larutan penyangga. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh pemberian tuntunan penyelesaian latihan soal dalam pembelajaran langsung terhadap pemahaman konsep perhitungan pH larutan penyangga asam pada siswa kelas XI MIPA MAN Kota Palangka Raya tahun ajaran 2018/2019.  Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan eksperimen pretest-posttest control group design. Sampel penelitian adalah 69 siswa kelas XI MIPA MAN Kota Palangka Raya tahun ajaran 2018/2019. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pemahamn konsep adalah tes pemahaman konsep (tes I dan tes II) berbentuk uraian objektif berjumlah 3 soal. Hasil uji statistik menggunakan uji-t menunjukkan bahwa thitung (5,383) lebih besar dari ttabel (1,67) pada taraf signifikan 5%, artinya pemberian tuntunan penyelesaian latihan soal berpengaruh terhadap pemahaman konsep perhitungan pH larutan penyangga asam pada siswa kelas XI MIPA MAN Kota Palangka Raya tahun ajaran 2018/2019. Rata-rata nilai tes II kelas eksperimen (77,992) lebih tinggi dari kelas kontrol (60,561)

    Pengaruh Pemberian Latihan Soal Terstruktur Setelah Pembelajaran Langsung terhadap Pemahaman Konsep Bilangan Kuantum pada Siswa Kelas X MIPA SMA Negeri 1 Palangka Raya Tahun Ajaran 2018/2019

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Pengaruh Pemberian Latihan Soal Terstruktur Setelah Pembelajaran Langsung Terhadap Pemahaman Konsep Bilangan Kuantum Pada Siswa Kelas X MIPA SMA Negeri 1 Palangka Raya Tahun Ajaran 2018/2019. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian non ekuivalen, pretest-posttest control group design dan melibatkan 53 siswa dari dua kelas X MIPA SMA Negeri 1 Palangka Raya sebagai sampel yang ditentukan dengan teknik cluster random sampling, yaitu kelas X MIPA-7 (kelas eksperimen) sebanyak 28 orang siswa dan siswa kelas X MIPA-6 (kelas kontrol) sebanyak 25 orang siswa. Instrumen yang digunakan berupa soal tes pemahaman tes I dan tes II, latihan soal terstruktur, dan latihan soal. Data tes I diperoleh setelah pembelajaran langsung dan data tes II diperoleh setelah pembelajaran menggunakan latihan soal terstruktur dan latihan soal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung > ttabel (3,06 > 1,675) pada taraf signifikasi (α) 5%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian latihan soal terstruktur setelah pembelajaran langsung berpengaruh terhadap pemahaman konsep bilangan kuantum pada siswa kelas X MIPA SMAN 1 Palangka Raya tahun ajaran 2018/2019

    Evaluating Instrument Quality: Rasch Model – Analyses of Post Test of Curriculum 2013 Training

    Get PDF
    The main purpose of this study was to evaluate the quality of post test utilized by LPMP Central Kalimantan Indonesia in curriculum 2013 training for X grade teachers. It uses Rasch analysis to explore the item fit, the reliability ( item and person), item difficulty, and the Wrigh map of post test. This study also applies Classical Test Teory (CTT) to determine item discrimination and distracters. Following a series of iterative Rasch analyses that adopted the “data should fit the model” approach, 30 items post test of curriculum 2013 training was analyzed using Acer Conquest 4 software, software based on Rasch measurement model. All items of post test of curriculum 2013 training are sufficient fit to the Rasch model. The difficulty levels (i.e. item measures) for the 30 items range from –1.746 logits to +1.861 logits. The item separation reliability is acceptable at 0.990 and person separation reliability is low at 0.485. The wright map indicates that the test is difficult for the teachers or the teachers have low ability in knowledge of curriculum 2013. The post test items cannot cover all the ranges of the teachers’ ability levels. Items discrimination of post test of curriculum 2013 training grouped into fair discrimination (item 2, 4, 5, 8, 11, 18) and poor discrimination (1, 3, 6, 7, 9, 10,12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30). Some distracters from item 1, 2, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 24, 25, 27, 28, 29 and 30 are problematic. These distracters require further investigation or revision

    Pemahaman Konsep Sifat Keperiodikan Unsur Pada Mahasiswa Pendidikan Kimia Semester IV Tahun Ajaran 2016/2017 Hasil Pembelajaran Menggunakan Model Discovery Learning

    Get PDF
    oai:ojs2.chem-upr.education:article/1Model discovery learning merupakan pembelajaran penemuan untuk mengarahkan mahasiswa dapat menentukan sesuatu melalui proses pembelajaran sehingga terbiasa menjadi sainstis. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan Pemahaman Konsep Sistem Periodik Unsur Hasil Pembelajaran Menggunakan Model Discovery Learning pada Mahasiswa  Semester IV Program Studi Pendidikan Kimia Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini melibatkan 47 mahasiswa. Data hasil pemahaman konsep mahasiswa ditelusuri  melalui pemberian tes tertulis berbentuk essay terhadap mahasiswa sebelum dan sesudah menggunakan model discovery learning. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan Pemahaman mahasiswa tentang Sistem Periodik unsur hasil pembelajaran menggunakan model discovery learning adalah (1) pemahaman konsep mahasiswa dalam menjelaskan kecendrungan jari-jari atom unsur seperiode atau segolongan dalam sistem periodik unsur sebelum pembelajaran sebanyak 51,06% mahasiswa tidak memiliki pemahaman dan setelah pembelajaran sebanyak 89,35%, terjadi perubahan pemahaman konsep, dan sebanyak 38,29% tidak mengalami perubahan pemahaman; (2) menjelaskan kecenderungan energi ionisasi suatu unsur dalam sistem periodik unsur adalah sebesar 29,79%, hasil pembelajaran sebesar 63,89% terjadi perubahan pemahaman konsep dan 19,15% tidak mengalami perubahan pemahaman konsep. Terjadi perubahan pemahaman konsep sebesar 42,55%; (3) menjelaskan kecenderungan afinitas elektron suatu unsur dalam sistem periodik unsur berdasarkan data hasil percobaan sebelum pembelajaran sebanyak 44,68% tidak dapat mengurutkan dan menjelaskan kecenderungan afinitas elektron berdasarkan hasil percobaan dan setelah pembelajaran sebanyak 70,22% mampu membuktikan mengurutkan dan menjelaskan kecenderungan afinitas elektron; (4) menjelaskan kecenderungan keelektronegatifan suatu unsur dalam sistem periodik unsur berdasarkan data hasil percobaan sebelum pembelajaran sebanyak 44,68% mahasiswa tidak dapat mengurutkan dan menjelaskan kecenderungan keelektronegatifan, setelah pembelajaran sebanyak 75,86% mampu membuktikan mengurutkan dan menjelaskan kecenderungan keelektronegatifan.Model discovery learning merupakan pembelajaran penemuan untuk mengarahkan mahasiswa dapat menentukan sesuatu melalui proses pembelajaran sehingga terbiasa menjadi sainstis. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan Pemahaman Konsep Sistem Periodik Unsur Hasil Pembelajaran Menggunakan Model Discovery Learning pada Mahasiswa  Semester IV Program Studi Pendidikan Kimia Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini melibatkan 47 mahasiswa. Data hasil pemahaman konsep mahasiswa ditelusuri  melalui pemberian tes tertulis berbentuk essay terhadap mahasiswa sebelum dan sesudah menggunakan model discovery learning. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan Pemahaman mahasiswa tentang Sistem Periodik unsur hasil pembelajaran menggunakan model discovery learning adalah (1) pemahaman konsep mahasiswa dalam menjelaskan kecendrungan jari-jari atom unsur seperiode atau segolongan dalam sistem periodik unsur sebelum pembelajaran sebanyak 51,06% mahasiswa tidak memiliki pemahaman dan setelah pembelajaran sebanyak 89,35%, terjadi perubahan pemahaman konsep, dan sebanyak 38,29% tidak mengalami perubahan pemahaman; (2) menjelaskan kecenderungan energi ionisasi suatu unsur dalam sistem periodik unsur adalah sebesar 29,79%, hasil pembelajaran sebesar 63,89% terjadi perubahan pemahaman konsep dan 19,15% tidak mengalami perubahan pemahaman konsep. Terjadi perubahan pemahaman konsep sebesar 42,55%; (3) menjelaskan kecenderungan afinitas elektron suatu unsur dalam sistem periodik unsur berdasarkan data hasil percobaan sebelum pembelajaran sebanyak 44,68% tidak dapat mengurutkan dan menjelaskan kecenderungan afinitas elektron berdasarkan hasil percobaan dan setelah pembelajaran sebanyak 70,22% mampu membuktikan mengurutkan dan menjelaskan kecenderungan afinitas elektron; (4) menjelaskan kecenderungan keelektronegatifan suatu unsur dalam sistem periodik unsur berdasarkan data hasil percobaan sebelum pembelajaran sebanyak 44,68% mahasiswa tidak dapat mengurutkan dan menjelaskan kecenderungan keelektronegatifan, setelah pembelajaran sebanyak 75,86% mampu membuktikan mengurutkan dan menjelaskan kecenderungan keelektronegatifan

    Pemahaman Konsep Sifat Keperiodikan Unsur pada Mahasiswa Pendidikan Kimia Semester IV Tahun Ajaran 2016/2017 Hasil Pembelajaran Menggunakan Model Discovery Learning

    Full text link
    Model discovery learning merupakan kata lain pembelajaran penemuan. Sesuai dengan namanya, model ini mengarahkan mahasiswa untuk dapat menentukan sesuatu melalui proses pembelajaran. Mahasiswa diarahkan terbiasa menjadi sainstis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Pemahaman Konsep Sistem Periodik Unsur Hasil Pembelajaran Menggunakan Model Discovery Learning pada Mahasiswa  Semester IV Program Studi Pendidikan Kimia Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini melibatkan 47 mahasiswa Semester IV Program Studi Pendidikan Kimia Tahun Ajaran 2016/2017. Data hasil pemahaman konsep mahasiswa ditelusuri  melalui pemberian tes tertulis terberbentuk essay terhadap mahasiswa sebelum dan sesudah menggunakan model discovery learning. Data dianalisis dengan teknik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan Pemahaman mahasiswa Semester IV Program Studi Pendidikan Kimia Tahun Ajaran 2016/2017 tentang Sistem Periodik unsur hasil pembelajaran menggunakan model discovery learning adalah (1) pemahaman konsep mahasiswa dalam menjelaskan kecendrungan jari-jari atom unsur seperiode atau segolongan dalam sistem periodik unsur sebelum pembelajaran sebanyak 51,06% mahasiswa tidak memiliki pemahaman dan setelah pembelajaran sebanyak 89,35% mahasiswa, terjadi Perubahan pemahaman konsep, dan sebanyak 38,29% mahasiswa tidak mengalami Perubahana pemahaman; (2) menjelaskan kecenderungan energi ionisasi suatu unsur dalam sistem periodik unsur adalah sebesar 29,79% siswa, hasil pembelajaran sebesar 63,89% mahasiswa terjadi Perubahan pemahaman konsep dan 19,15% mahasiswa tidak mengalami Perubahan pemahaman konsep. Terjadi Perubahan pemahaman konsep sebesar 42,55% siswa; (3) menjelaskan kecenderungan afinitas elektron suatu unsur dalam sistem periodik unsur berdasarkan data hasil percobaan sebelum pembelajaran sebanyak 44,68% mahasiswa tidak dapat mengurutkan dan menjelaskan kecenderungan afinitas electron berdasarkan hasil percobaan dan setelah pembelajaran sebanyak 70,22% mahasiswa mampu membuktikan mengurutkan dan menjelaskan kecenderungan afinitas electron; dan (4) menjelaskan kecenderungan keelektronegatifan suatu unsur dalam sistem periodik unsure berdasarkan data hasil percobaan sebelum pembelajaran sebanyak 44,68% mahasiswa tidak dapat mengurutkan dan menjelaskan kecenderungan keelektronegatifan dan setelah pembelajaran sebanyak 75,86% mahasiswa mampu membuktikan mengurutkan dan menjelaskan kecenderungan keelektronegatifa.   Kata Kunci : Discovery Learning, Sistem Periodik Unsur, Deskripti

    Kesulitan Siswa Memahami Pereaksi Pembatas di SMA Kabupaten Barito Utara dan Kota Palangka Raya Tahun Pelajaran 2015/ 2016

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan dan menjelaskan kesulitan siswa kelas XI IPA SMA di Kabupaten Barito Utara dan Kota Palangka Raya dalam memahami konsep pereaksi pembatas, meliputi: (a) menentukan pereaksi pembatas dalam suatu pereaksi, jika gambar semua pereaksi dalam bentuk unsur dan molekul gas; (b) menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi, jika gambar semua pereaksi dalam molekul gas; (c) menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi, jika diketahui mol dari masing-masing pereaksi; (d) menentukan pereaksi dalam suatu reaksi; jika diketahui massa dari masing-masing pereaksi.Populasi penelitian adalah siswa kelas XI  IPA SMA Negeri di Kabupaten Barito Utara dan Kota Palangka Raya dengan sampel penelitian sebanyak 367 siswa. Kesulitan siswa diteliti dengan menggunakan instrumen tes pemahaman konsep pereaksi pembatas (TPKPP) disertai wawancara untuk menelusuri kesulitan yang dialami siswa. Instrumem yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa pada level makroskopis dan level mikroskopis adalah tes tertulis dilengkapi empat pilihan jawaban dan empat pilihan alasan.Validitas isi diuji oleh empat orang ahli. Rata-rata tingkat kesukaran 0.42 dan daya beda 0,49. Reliabilitas tes dihitung dengan menggunakan Alpha Cronbach\u27s.Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap indikator siswa mengalami kesulitan memahami konsep pereaksi pembatas ditinjau dari level makroskopis rata-rata  sebesar 67,24% siswa. Ditinjau dari level mikroskopis rata-rata sebesar 49,33 % siswa. Artinya tingkat kesulitan level makroskopis lebih tinggi dari tingkat kesulitan level mikroskopis. Kesulitan pada level makroskopis yang teridentifikasi adalah siswa mengalami kesulitan dalam mengkonversikan volum, massa kedalam satuan mol. Kesulitan  pada level mikroskopis yang teridentifikasi adalah siswa mengalami kesulitan dalam memahami gambaran mikroskopis sehingga dalam menyelesaikan soal siswa cenderung mililih pilihan jawaban sesuai kunci tetapi salah dalam memilih alasan.Pada penelitian ini teridentifikasi empat penyebab kesulitan siswa SMA dalam memahami konsep pereaksi pembatas yaitu siswa menganggap pereaksi pembatas adalah: (a) pereaksi yang mempunyai koefisien kecil; (b) pereaksi yang mempunyai koefisien besar; (c) pereaksi yang mempunyai mol kecil; (d) pereaksi yang mempunyai massa lebih kecil

    Pengembangan Bahan Ajar Materi Unsur Nitrogen Dan Fosfor Berbasis Kontekstual Untuk Mata Kuliah Kimia Dasar

    Get PDF
    Kimia dasar merupakan ilmu kimia yang berperan penting dalam mempelajari materi kimia lanjut dan sebagai dasar perkembangan ilmu pengetahuan di masyarakat. Hasil belajar mahasiswa pada salah satu universitas di Palangka Raya menunjukkan bahwa masih terdapat mahasiswa yang tidak lulus mata kuliah Kimia Dasar. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar karena buku ajar yang digunakan masih bersifat informatif. Tahap penelitian pengembangan menggunakan model 4-D Thiagarajan yang terdiri dari define, design, development, dan disseminate. Tahap disseminate pada penelitian ini tidak dilakukan karena disesuaikan dengan tujuan penelitian. Validasi produk dilakukan oleh 3 orang ahli dan diuji keterbacaannya pada mahasiswa. Hasil pengembangan berupa Bahan Ajar untuk Mahasiswa dan Buku Petunjuk Dosen. Persentase kelayakan yang diberikan oleh validator untuk Bahan Ajar Mahasiswa sebesar 91,2% dan Buku Petunjuk Dosen yaitu 92,4%, sedangkan persentase kelayakan berdasarkan uji keterbacaan mahasiswa sebesar 81,3%. Dapat disimpulkan bahwa produk pengembangan yaitu Bahan Ajar Unsur Nitrogen dan Fosfor berbasis Kontekstual untuk Mata Kuliah Kimia Dasar dikategorikan layak

    Analisis Kesesuaian Konsep Ikatan Kimia pada Buku Kimia Kelas X SMA/MA terhadap Silabus Kurikulum 2013 dan Penyusunan Makro Wacana

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan kesesuaian konsep ikatan kimia hasil analisis materi ajar Kimia SMA/MA kelas X  tehadap Kurikulum 2013, (2) mendeskripsikan struktur makro wacana dalam materi ajar Kimia SMA/MA kelas X hasil analisis pada konsep ikatan kimia, dan (3) mendeskripsikan proposisi apa saja yang berpotensi menimbulkan kesalahan konsep yang terdapat dalam materi ajar kimia SMA/MA kelas X hasil analisis pada topik ikatan kimia. Buku teks yang dianalisis meliputi buku teks A dan buku teks B. Instrumen yang digunakan yaitu tabel identifikasi relevansi teks asli dengan label konsep, tabel analisis wacana proposisi mikro dan makro, model struktur makro wacana dan tabel identifikasi proposisi yang berpotensi menimbulkan kesalahan konsep. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan yaitu label konsep  yang terdapat pada buku teks A berjumlah 26 label konsep dan semuanya telah sesuai dengan Silabus Kurikulum 2013 dan label konsep yang terdapat pada buku teks B berjumlah 21 label konsep dari 21 label konsep ada bebarapa label konsep yang tidak memenuhi Kompetensi Dasar (KD) dan Materi Pokok (MP) pada Silabus Kurikulum 2013 yaitu Kompetensi Dasar (3.6) Menganalisis kepolaran senyawa dengan Materi Pokok ikatan kovalen polar dan nonpolar. Ikatan kimia berdasarkan struktur makro wacana pada buku teks A dan buku teks B pembahasan konsep pada dimensi elaborasi mencapai level 4 dan pada dimensi progresi terdapat 4 label konsep pada level. Proposisi yang berpotensi menimbulkan kesalahan konsep pada buku A yang dibahas yaitu konsep hukum oktet. Pada buku teks B tidak terdapat proposisi yang berpotensi menimbulkan kesalahan konsep
    • …
    corecore