15 research outputs found

    Studi Penggunaan Asam Traneksamat pada Penderita Tuberkulosis dengan Hemoptisis di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

    Get PDF
    Tuberculosis is one of the world's health problems, especially in developing countries with coughing in the form of blood (hemoptysis) as a sign of this disease. Tranexamic acid can be used as one of the treatments for hemoptysis. Tranexamic acid is a synthesis derivative of aminolenic acid which provides antifibrinolytic effects through reversible blocking of lysine binding sites on plasminogen molecules and inhibits plasmin. This study aims to analyze the pattern of use of tranexamic acid in tuberculosis patients with hemoptysis including dosage, frequency and duration of use in the Outpatient Installation of Surabaya Haji General Hospital. The study was conducted observationally with a retrospective method on medical records of patients diagnosed with tuberculosis with hemoptysis and received treatment for tranexamic acid, then analyzed descriptively. Sampling was done by purposive sampling, from January 1, 2016 to December 31, 2017. From the results of the study, the use of tranexamic acid single dose (3x500mg) as many as 2 patients (67%), 500 mg intravenously as many as 1 patient (33%) and combination with Vitamin K as many as 3 patients. The highest duration of use was 3 days in 11 patients (56%). The use of tranexamic acid in hemoptysis patients related to dose, frequency and duration of use is in accordance with the existing literature

    Studi penggunaan asam traneksamat pada penderita tuberkulosis dengan hemoptisis di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

    No full text
    Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan dunia terutama pada negara berkembang. Salah satu tanda dari tuberkulosis adalah batuk berupa darah (hemoptisis). Standar pengobatan hemoptisis yaitu menggunakan asam traneksamat. Asam traneksamat merupakan turunan sintesis dari asam aminolisin yang memberikan efek antifibrinolitik melalui blokade reversibel lysine binding sites pada molekul plasminogen dan menghambat plasmin. Namun penggunaan asam traneksamat masih belum diketahui secara pasti pengaruhnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola penggunaan asam traneksamat pada pasien tuberkulosis dengan hemoptisis meliputi dosis, frekuensi dan lama penggunaan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Penelitian dilakukan secara observasional dengan metode retrospektif pada rekam medis pasien yang didiagnosis tuberkulosis dengan hemoptisis serta menerima pengobatan asam traneksamat, kemudian dilakukan analisis dengan cara deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, periode 1 Januari 2016 sampai 31 Desember 2017. Dari hasil penelitian diperoleh, penggunaan asam traneksamat secara tunggal (3x500mg) per oral sebanyak 2 pasien (67%), 500 mg intravena sebanyak 1 pasien (33%) dan secara kombinasi dengan Vitamin K sebanyak 3 pasien. Lama penggunaan yang paling banyak adalah 3 hari sebanyak 11 pasien (56%). Penggunaan asam traneksamat pada pasien hemoptisis terkait dosis, frekuensi dan lama penggunaan sudah sesuai dengan literatur yang ada

    Studi penggunaan asam traneksamat pada penderita tuberkulosis dengan hemoptisis di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

    Get PDF
    Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan dunia terutama pada negara berkembang. Salah satu tanda dari tuberkulosis adalah batuk berupa darah (hemoptisis). Standar pengobatan hemoptisis yaitu menggunakan asam traneksamat. Asam traneksamat merupakan turunan sintesis dari asam aminolisin yang memberikan efek antifibrinolitik melalui blokade reversibel lysine binding sites pada molekul plasminogen dan menghambat plasmin. Namun penggunaan asam traneksamat masih belum diketahui secara pasti pengaruhnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola penggunaan asam traneksamat pada pasien tuberkulosis dengan hemoptisis meliputi dosis, frekuensi dan lama penggunaan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Penelitian dilakukan secara observasional dengan metode retrospektif pada rekam medis pasien yang didiagnosis tuberkulosis dengan hemoptisis serta menerima pengobatan asam traneksamat, kemudian dilakukan analisis dengan cara deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, periode 1 Januari 2016 sampai 31 Desember 2017. Dari hasil penelitian diperoleh, penggunaan asam traneksamat secara tunggal (3x500mg) per oral sebanyak 2 pasien (67%), 500 mg intravena sebanyak 1 pasien (33%) dan secara kombinasi dengan Vitamin K sebanyak 3 pasien. Lama penggunaan yang paling banyak adalah 3 hari sebanyak 11 pasien (56%). Penggunaan asam traneksamat pada pasien hemoptisis terkait dosis, frekuensi dan lama penggunaan sudah sesuai dengan literatur yang ada
    corecore