2 research outputs found
Amylose Accumulation Under Water Deficit in Glutinous Rice (Oryza sativa L. Var. glutinosa)
The research aims to obtain a genotype of local glutinous rice tolerant to drought stress by investigating yield and physiological responses. The experiment is conducted in May-September 2020 in West Lombok, West Nusa Tenggara. The factorial experiment uses a Randomized Block Design, including the first factor: glutinous rice varieties, namely Me'e, Kala, Samada, and Paketih. The second factor is water supply, consisting of 2,250 ml, 3,375 ml, 4,500 ml, and 5,625 ml. The variables are observed stomata density, the content of proline and chlorophyll, panicle length, number and weight of grains, starch, and amylose content. The result shows that the stomata density has about 39 to 54.74 mm2 caused by water application on all glutinous rice strains. The chlorophyll content decreases to 50% following the declining amount of water application, while proline content on all varieties reaches 40% by water supply at 2,250 ml. In addition, the amylose content reaches 40% with 4,500 ml of water and 5,625 ml of water in all varieties. By contrast, increasing the amount in water supply affect several variables observed, an increase in panicle length of around 10% and the number and weight of the grains at 20% and 40%, respectively
“Kajian Jumlah Pemberian Air yang Berbeda pada Beberapa Varietas Padi Ketan (Oryza sativa L. Var. glutinosa) Nusa Tenggara Barat
Padi merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan
merupakan sumber pangan utama bagi sebagian besar penduduk dunia. Setiap
jenis padi memiliki karakter yang berbeda-beda, baik morfologi-fisiologis maupun
hasil. Nusa Tenggara Barat memiliki beberapa varietas lokal padi ketan yang
masih ditanam petani sampai saat ini. Varietas lokal padi ketan ini umumnya
ditanam di ladang dengan pengairan sangat tergantung dari curah hujan.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Nusa Tenggara
Barat bahwa dalam lima tahun terakhir sejak tahun 2014-2018 terjadi penurunan
hasil panen padi ladang, baik dari segi luas panen, hasil per hektar maupun total
produksi di satu tahun. Penurunan hasil produksi tersebut, selain disebabkan oleh
penurunan luas areal penanaman juga disebabkan oleh penurunan curah hujan
dalam beberapa tahun terakhir yang mencapai 30,6%. Perubahan intensitas curah
hujan merupakan dampak nyata akibat perubahan iklim sehingga menimbulkan
kekeringan yang pada gilirannya berdampak pada terjadinya penurunan hasil
produksi. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana
respon pertumbuhan, hasil dan kualitas beberapa varietas lokal padi ketan lokal
NTB akibat jumlah pemberian air yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2020 dalam
rumah plastik di desa Labuapi, Kecamatan Labuapi, Lombok, Nusa Tenggara
Barat. Alat yang digunakan adalah timbangan, timbangan analitik, oven, gelas
ukur, penghitung benih, pinset, air moisture tester, termometer, leaf area meter,
soil moisture tester, spektrofotometer dan luxmeter. Bahan yang digunakan adalah
padi ketan Me’e, Kala dan Samada yang merupakan varietas lokal padi ketan
Nusa Tenggara Barat dan padi Paketih (varietas Nasional), Urea, SP36 dan KCl.
Penelitian ini merupakan penelitian Faktorial dengan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor yaitu faktor pertama varietas padi ketan
dan faktor kedua adalah jumlah pemberian air yang berbeda. Faktor pertama
terdiri dari 3 (tiga) varietas lokal padi ketan Nusa Tenggara Barat yaitu padi ketan
Me’e, padi ketan Kala, padi ketan Samada, dan 1 (satu) padi varietas Nasional
yaitu padi Paketih. Perlakuan kedua terdiri dari 4 taraf jumlah pemberian air yang
berbeda yaitu: 2.250 ml (50% kapasitas lapang), 3.375 ml (75% kapasitas lapang),
4.500 ml (100% kapasitas lapang), dan 5.625 ml (125% kapasitas lapang).
Variabel yang diamati: komponen pertumbuhan tanaman yaitu: panjang tanaman,
jumlah anakan, jumlah daun, luas daun, panjang akar, jumlah akar, bobot segar
akar, bobot segar tajuk, ratio tajuk akar. Pengamatan fisiologi terdiri dari:
kerapatan stomata, kandungan klorofil dan kadar prolin. Komponen hasil terdiri
dari: umur berbunga, jumlah malai per rumpun, panjang malai, jumlah biji per
malai, bobot biji per rumpun, bobot biji bernas, bobot 100 biji. Serta kandungan
Pati dan amilosa, dan pengamatan iklim mikro yaitu: suhu udara minimum dan
maksimum, suhu tanah minimum dan maksimum, kelembaban tanah minimum
dan maksimum, dan intensitas penyinaran matahari. Data dianalisis menggunakan
analisis varians (uji F) dengan taraf 5%, yang menunjukkan beda nyata (F Hit > F
Tabel 5%), di uji lanjut menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa varietas lokal padi ketan NTB
menunjukkan respon yang berbeda terhadap jumlah pemberian air yang berbeda
pada karakter jumlah anakan, jumlah akar, bobot kering total, ratio tajuk akar,
jumlah malai per rumpun, bobot biji per malai, bobot biji bernas, kadar prolin dan
kandungan pati. Sedangkan untuk parameter seperti: panjang tanaman, jumlah
daun, luas daun, panjang akar, umur berbunga, bobot biji per rumpun, bobot 100
biji, kerapatan stomata, kandungan klorofil, dan kandungan amilosa tidak
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata, namun menunjukkan pengaruh beda
nyata pada masing-masing faktor.
Varietas lokal padi ketan memiliki luas daun, bobot segar akar, bobot segar
tajuk, bobot biji per malai, bobot biji bernas dan kadar pati yang lebih tinggi pada
semua jumlah pemberian air jika dibandingkan dengan varietas Paketih. Varietas
Paketih memiliki jumlah anakan dan jumlah daun yang lebih banyak pada semua
jumlah pemberian air yang berbeda, namun belum mampu menghasilkan bobot
biji yang lebih tinggi. Sebaliknya tiga varietas lokal padi ketan (Me’e, Kala dan
Samada) menunjukkan hasil lebih tinggi dibandingkan varietas Paketih meskipun
pada jumlah air 2.250 ml. Jumlah pemberian air 2.250 ml pada semua varietas
padi ketan memiliki kandungan prolin yang lebih tinggi dibandingkan dengan
jumlah pemberian air yang lain. Varietas Samada memiliki bobot biji per rumpun,
bobot biji bernas dan bobot 100 biji paling tinggi dibandingkan dengan padi ketan
lainnya