38 research outputs found

    FORMULASI DAN EFEK ANTIBAKTERI MASKER PEEL-OFF EKSTRAK ETANOL DAUN KERSEN (Muntingia calabura L.) TERHADAP BAKTERI Staphlococcous epidermidis

    Get PDF
    ABSTRACT Kersen leaf (Muntingia calabura L.) contains flavonoids, saponins and tannins, which could inhibit bacterial activity. This study aimed to formulate, evaluate, and to test the effectiveness of antibacterial preparations for the Kersen leaf ethanol extracts mask.  This study uses the experimental method by testing the parameters of the physical evaluation requirements for the masker. Physical evaluation of preparations included organoleptic test, homogeneity test, pH test, scattering power test, dry time test, sticky test and cycling test, all tests were carried out before and after cycling test. The results of the preparation study meet the requirements of physical evaluation before the cycling test but after the cycling test is is not in accordance to the requirements for the preparation of the peel-off mask. The antibacterial test of mask peel-off ethanol extract of Kersen's leaves on Staphylococcus epidermidis bacteria produced a moderate inhibition. So it can be concluded that the ethanol extracts of Kersen leaves at a concentration of 20%.  can be formulated as a peel-off mask that is physically stable and has moderate antibacterial activity.Keywords: Kersen, Peel-off mask, Antibacterial, Staphlococcous epidermidis ABSTRAK Daun Kersen (Muntingia calabura L.) mengandung senyawa flavonoid, saponin dan tannin yang mampu menghambat aktivitas bakteri.  Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi, mengevaluasi, serta menguji efektivitas antibakteri sediaan masker peel-off ekstrak etanol daun Kersen. Penelitian ini menggunakan metode ekperimental dengan melakukan pengujian parameter persyaratan evaluasi fisik masker peel-off. Evaluasi fisik sediaan meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji waktu sediaan mengering, uji daya lekat dan uji cycling test semua pengujian dilakukan sebelum dan sesudah cycling test. Hasil penelitian sediaan memenuhi persyaratan eveluasi fisik sebelum uji cycling test namun setelahnya tidak sesuai dengan persyaratan sediaan masker peel-off. Penelitian uji antibakteri masker peel-off ekstrak etanol daun Kersen pada bakteri staphylococcus epidermidis menghasilkan daya hambat yang sedang. Dapat disimpulkan pada kosentrasi 20% ekstrak etanol daun Kersen dapat diformulasi sebagai sediaan masker peel-off yang stabil secara fisik dan memiliki aktivitas antibakteri yang sedang .Kata kunci : Kersen, Masker peel-off, Antibakteri, Staphlococcous  epidermidi

    EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUD NOONGAN, KABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA

    Get PDF
    ABSTRACTDrug management is one aspect of hospital management that is very important in providing overall health services because the inefficiency and ineffectiveness of drug management will have a negative impact on hospitals both medically, socially and economically. This study aims to evaluate the storage and distribution of drugs in accordance with the Regulation of the Minister of Health No. 72 of 2016 in Pharmacy Installation of Noongan District Hospital using a descriptive method with a retrospective and prospective approach. The results showed that the drug storage system in the Pharmacy Installation of Noongan General Hospital as a whole was not in accordance with the Regulation of the Minister of Health No. 72 of 2016 such as, warehouses that are not too large to store all drug supplies, the absence of regulators of humidity, the absence of pedestal boards and drugs placed directly on the floor, while the process of drug distribution is in accordance with Minister of Health Regulation No. 72 of 2016 using the Centralization and Individual methods for medicines and the Floor Stock method for Medical Materials. Keywords: Storage, Distribution, Medicine, Pharmacy Installlation Noongan District Hospital  ABSTRAK Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara keseluruhan karena ketidakefisienan dan ketidaklancaran pengelolaan obat akan memberi dampak negatif terhadap rumah sakit baik secara medik, sosial, maupun secara ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penyimpanan dan pendistribusian obat sesuai  dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 di Instalasi Farmasi RSUD Noongan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan retrospektif dan prospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem penyimpanan obat di Instalasi Farmasi RSUD Noongan secara keseluruhan belum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 seperti, gudang yang tidak terlalu luas untuk menyimpan semua persediaan obat, tidak adanya pengatur kelembaban, tidak adanya papan alas dan obat diletakkan langsung dilantai, sedangkan pada proses pendistribusian obat telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 dengan menggunakan metode Sentralisasi dan Perorangan untuk obat-obatan dan metode Floor Stock untuk Bahan Medis Habis Pakai. Kata Kunci : Penyimpanan, Pendistribusian, Obat, Instalasi Farmasi RSUD Noonga

    UJI EFEK ANTIBAKTERI JAMUR ENDOFIT PADA TUMBUHAN SEREH (Cymbopogon citratus) PADA BAKTERI UJI Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

    Get PDF
    ABSTRACT Endophytic fungi are fungi that live in plant tissues and do not harm these plants. Endophytic fungi can produce compounds that have the potential as antibacterial. This study aimed to examine the antibacterial effects of endophytic fungi isolated from the lemongrass (Cymbopogon citratus) against Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria. Lemongrass is used to inhibit or kill pathogenic bacteria because it contains essential oils that function as an antifungal and antibacterial against several pathogenic bacteria such as Staphylococcus aureus and Escherichia coli. The laboratory experiment method tested the antibacterial activity of endophytic fungi isolates obtained from lemongrass (Cymbopogon citratus) against Staphylococcus aureus and Escherichia coli using hole / well method. From the results of the study, four endophytic fungi were isolated from the roots and leaves of lemongrass (Cymbopogon citratus). Antibacterial results showed that endophytic fungi extract isolated from lemongrass plants was more effective in inhibiting Staphylococcus aureus compared to Escherichia coli bacteria. In Staphylococcus aureus bacteria the average inhibitory value is 5-9 mm while in Escherichia coli bacteria the average inhibitory value is only 3 mm. Endophytic fungi from lemongrass roots have a better antibacterial effect compared to endophytic fungi from lemongrass leaves. Conclusion, endophytic fungi isolated from the roots and leaves of lemongrass (Cymbopogon citratus) have an antibacterial effect on the growth of S. aureus bacteria and are not effective against E. coli bacteria. This endophytic fungus isolate is more active against Gram positive (+) bacteria and less active against Gram negative (-) bacteria. Keywords: Lemongrass plants, Endophytic Fungi, Antibacterial Activity, Staphylococcus aureus,  Escherichia coli. ABSTRAK Jamur endofit ialah jamur yang hidup di dalam jaringan tumbuhan dan tidak membahayakan tumbuhan tersebut. Jamur endofit dapat menghasilkan senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek antibakteri jamur endofit yang diisolasi dari akar,batang dan daun tumbuhan sereh (Cymbopogon citratus)  terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Sereh digunakan untuk menghambat atau membunuh bakteri patogen karena mengandung minyak atsiri yang berfungsi sebagai antijamur dan antibakteri terhadap beberapa bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus dan  Escherichia coli.  Metode penelitian secara eksperimen laboratorium menguji aktivitas antibakteri dari isolat jamur endofit  yang diperoleh dari tumbuhan sereh (Cymbopogon citratus) pada bakteri Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli menggunakan metode lubang/sumuran. Dari hasil penelitan diperoleh empat jenis jamur endofit yang diisolasi dari akar dan daun  tumbuhan sereh (Cymbopogon citratus).  Hasil penelitian antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak jamur endofit yang diisolasi dari tumbuhan sereh lebih efektif menghambat  bakteri Staphylococcus aureus dibandingkan dengan bakteri Escherichia coli. Pada bakteri  Staphylococcus aureus nilai rata-rata daya hambat yaitu 5-9 mm sedangkan pada bakteri Escherichia coli nilai rata-rata daya hambat yaitu hanya 3 mm. Jamur endofit dari akar sereh memiliki efek antibakteri yang lebih baik dibandingkan dengan jamur endofit dari daun sereh. Kesimpulan, Jamur endofit yang diisolasi dari akar  dan daun sereh (Cymbopogon citratus) memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus dan tidak efektiv terhadap bakteri E. coli. Isolat jamur endofit ini lebih aktif pada bakteri Gram positif (+) dan kurang  aktif pada bakteri negatif (-). Kata Kunci : Tumbuhan Sereh, Jamur Endofit, Aktivitas Antibakteri, Staphylococcus aureus, Escherichia col

    FORMULASI,UJI STABILITAS DAN UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN GEL DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SESEWANUA (Clerodendron squamatum Vahl) DENGAN MENGGUNAKAN METODE DPPH

    Get PDF
    ABSTRACTChronic exposure to UV radiation on the skin can cause many side effects on the skin such as premature aging, skin cancer and decreased ability of the immune response. Irreversible skin aging begins at the age of 20 years. Mature leaves (Clerodendron squamatumVahl) have flavonoids, which are antioxidant compounds. This study aims to prove that seswanua leaf gel preparations have good stability, meet the requirements of gel preparations and have good antioxidant effectiveness. This type of research is descriptive analytics. Extraction of sesewanua leaves was carried out using maceration with 96% ethanol solvents. Evaluation of gel preparations was carried out by conducting homogeneity, organoleptic, pH, dispersion and adhesion test. Gel stability test was carried out using the cycling test method. Testing the effectiveness of antioxidants using the method (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) with IC50 results of 123 mg / L for storage and 263 mg / L for post-storage. It can be concluded that gel preparations with 3% HPMC concentration have good stability, fulfills the requirements of gel preparations and has antioxidant effectivenessKeywords : Sesewanua Leaves, Extraction, Gel Preparation, AntioxidantsABSTRAKPaparan kronis radiasi UV terhadap kulit dapat menimbulkan banyak efek samping pada kulit seperti penuaan dini, kanker kulit dan penurunan kemampuan respon imun. Penuaan kulit yang bersifat irreversible dimulai pada usia 20 tahun. Daun Sesewanua (Clerodendron squamatum Vahl) memiliki senyawa flavonoid yang bersifat sebagai  senyawa antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan sediaan gel daun sesewanua mempunyai stabilitas yang baik, memenuhi persyaratan sediaan gel dan mempunyai efektivitas antioksidan yang bagus.Jenis penelitian ini ialah Deskriptif Analitik. Ekstraksi daun sesewanua dilakukan dengan menggunakan metode maserasi danpelarut etanol 96% . Evaluasi sediaan gel dilakukan dengan melakuan uji homogenitas, organoleptis, pH, daya sebar dan daya lekat. Uji stabilitas gel dilakukan dengan menggunakan metode cycling test. Pengujian efektivitas antioksidan menggunakan metode (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH)dengan hasil IC50 sebesar 123 mg/L untuk sebelum penyimpanan dan 263 mg/L untuk sesudah penyimpanan.. Sehingga dapat disimpulkan sediaan gel dengan konsentrasi HPMC 3% mempunyai stabilitas yang baik, memenuhi persyaratan sediaan gel dan memiliki efektivitas antioksidan  Kata Kunci : Daun Sesewanua, Ekstraksi, Sediaan Gel, Antioksida

    FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR EKSTRAK ETANOL DAUN TURI (Sesbania grandiflora L.) DAN UJI ANTIJAMUR TERHADAP Candida albicans

    Get PDF
    ABSTRACTThe leaves of Hummingbird (Sesbania grandiflora L.) contain flavonoid compounds, saponins and tannins that are antifungal. This research aims to formulate liquid soap extracts of Hummingbird leaf ethanol and test the effectiveness of the antifungal preparations of the liquid soap of Hummingbird leaf ethanol with a concentration of 4%, 6%, 8%, 10% and 12% of the fungus growth of Candida albicans. This research uses experimental methods. The formulation of this liquid soap of Hummingbird leaf ethanol is conducted organoleptic test, pH, high foam, moisture content, free alkaline content, and type weights. Testing the effectiveness of antifungal to Candida albicans growth is done by diffusion method. Liquid soap preparations of Hummingbird leaf ethanol extract meet the standards set by SNI for organoleptic testing, pH test, Foam High test, water content test, free alkali rate test, and type weight test. Based on the anti-fungal testing of the preparation of a liquid soap extract of Hummingbird leaf ethanol to the fungus Candida albicans obtained the results of all preparations have a resistance to fungi and strong categorized.Keywords:  Hummingbird leaves, Liquid soap, AntifungalABSTRAK Daun Turi (Sesbania grandiflora L.) memiliki kandungan senyawa flavonoid, saponin dan tannin yang bersifat sebagai antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sabun cair ekstrak etanol daun Turi dan menguji efektivitas antijamur sediaan sabun cair ekstrak etanol daun Turi dengan konsentrasi 4%, 6%, 8%, 10% dan 12% terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Formulasi sediaan sabun cair ekstrak etanol daun Turi ini dilakukan pengujian organoleptik, pH, tinggi busa, kadar air, kadar alkali bebas, dan bobot jenis. Pengujian efektivitas antijamur terhadap pertumbuhan Candida albicans dilakukan dengan metode difusi. Sediaan sabun cair ekstrak etanol daun turi memenuhi standar yang ditetapkan SNI pada pengujian organoleptik, uji pH, uji tinggi busa, uji kadar air, uji kadar alkali bebas, dan uji bobot jenis. Berdasarkan pengujian antijamur sediaan sabun cair ekstrak etanol daun Turi terhadap jamur Candida albicans didapatkan hasil semua sediaan memiliki daya hambat terhadap jamur dan dikategorikan kuat.Kata Kunci: Daun Turi, Sabun Cair, Antijamu

    FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KRIM EKSTRAK ETANOL HERBA SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus

    Get PDF
    ABSTRACTCelery herbs (Apium graveolens L.) have content flavonoid, saponin and tannin. Flavonoids have anti-inflammatory properties, antioxidants and antibacterials. This study aims to determine whether the ethanol extract of celery herbs can be formulated into cream preparations, test the quality of preparations at concentrations of 5%, 10% and 15%. These methods of research are experimental laboratories by making the supply of self-sustaining herbal celery ethanol extract cream and testing the quality of the cream preparation,  as well as testing of antibacterial activity was carried out using the liquid dilution method and measuring value of  Minimum Inhibitory Concentration  and Minimum Bactericidal Concentration using a UV-Vis Spectrophotometer. This research shows that celery herbs ethanol extract can be formulated into cream preparations, fulfilling quality test of organoleptic, scatter power, adhesion and cycling test, but that doesn’t meet the requirements for homogeneity tests and pH tests and has antibacterial activity which not only inhibits but kills bacteria in preparations of 5% and 15%Keywords: Cream Celery herb extract, Antibacterial, Staphylococcus aureus, UV-Vis spectrophotometer ABSTRAK Herba Seledri (Apium graveolens L.) memiliki kandungan flavonoid, saponin dan tannin. Flavonoid memiliki khasiat sebagai antiinflamasi, antioksidan dan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol herba Seledri dapat diformulasikan menjadi sediaan krim, menguji mutu sediaan pada konsentrasi 5%, 10% dan 15%. Metode penelitian ini experimental laboratorium dengan membuat Sediaan Krim Ekstrak Etanol Herba Seledri dan menguji mutu sediaan krim, serta   menguji aktivitas antibakteri menggunakan metode dilusi cair dan mengukur nilai KBM dan KHM menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menujukkan bahwa ekstrak etanol herba Seledri dapat diformulasikan menjadi sediaan krim, memenuhi uji mutu sediaan organoleptik, daya, sebar, daya hambat dan stabilitas  namun tidak memenuhi persyaratan untuk uji homogenitas dan uji pH serta mempunyai aktivitas antibakteri yang membunuh bakteri pada sediaan berkonsentrasi 5% dan 15%.Kata Kunci : Krim Ekstrak herba Seledri, Antibakteri, Staphylococcus aureus, Spektrofotometer UV-Vi

    PENGARUH PENGGUNAAN PATI KULIT NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA GRANUL CTM

    Get PDF
    ABSTRACTThe biggest component found in pineapple peel are water and starch. One of the excipient that usually used in granule is starch that can used as disintegrant, filler and binder. This study aims to formulate and evaluate granule preparations with Pineapple peel starch binder at concentration of 4%, 6%, 8% and 10%. The Pineapple peel dried with oven and then mashed up with blender and precipitated in water until obtained starch. The Pineapple peel starch made as a binder in four formulations of granule based on different concentrate of Pineapple peel starch, they are F I 4%, F II 6%, F III 8% and F IV 10%. The Granules made by method of wet granulation by adding binder solution of pineapple peel starch to four formulations, and then dried and evaluated. The result evaluation of organoleptic gave the best result in formula III and IV, flow time of each formula has time a flow time that not too far different, 5.04-5.57 seconds, angle of repose in formula I-IV meet the requirements and formed the smallest angle in formula I 28°, real density of each formula about 1.09-1.82 g/ml and meet the requirements because they are bigger than water density, while the moisture content and loss on drying doesn’t meet the requirements because has high water content. The conclusion is Pineapple peel starch can’t be used as a binder in CTM granule. Keywords : Pineapple, Starch, Binder, Granules, Wet Granulation ABSTRAKKomponen terbesar yang terdapat dalam kulit Nanas ialah air dan pati. Salah satu bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan granul ialah pati yang dapat berfungsi sebagai bahan penghancur, bahan pengisi dan bahan pengikat. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan dan mengevaluasi sediaan granul CTM dengan bahan pengikat pati kulit Nanas pada konsentrasi 4%, 6%, 8% dan 10%. Kulit nanas dikeringkan dengan oven kemudian dihaluskan dengan blender dan diendapkan dalam air sampai diperoleh butiran pati. Pati kulit Nanas dibuat sebagai bahan pengikat pada empat formulasi granul berdasarkan konsentrasi pati kulit Nanas yang berbeda yaitu F I 4%, F II 6%, F III 8% dan F IV 10%. Granul dibuat dengan metode granulasi basah yaitu dengan menambahkan larutan pengikat pati kulit Nanas pada empat formulasi, kemudian dikeringkan dan dievaluasi. Hasil evaluasi organoleptis memberikan hasil terbaik pada formula III dan IV, waktu alir dari tiap formula memiliki waktu yang tidak jauh berbeda yaitu 5,04-5,57 detik, sudut diam pada formula I-IV memenuhi persyaratan dan membentuk sudut terkecil pada formula I yaitu 28°, BJ sejati dari tiap formula berkisar dari 1,09-1,82 g/ml sehingga memenuhi persyaratan karena lebih besar dari BJ air, porositas dari formulasi I-IV memenuhi persyaratan yang memiliki range 46%-67,4%, sedangkan pada kandungan lembab dan kadar air tidak memenuhi persyaratan karena memiliki kandungan air yang terlalu tinggi. Kesimpulannya pati kulit Nanas tidak dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada granul CTM.Kata Kunci : Nanas, Pati, Bahan Pengikat, Granul, Granulasi Basa

    UJI EFEK ANTIBAKTERI JAMUR ENDOFIT PADA TUMBUHAN KEMANGI (Ocimum bassilicum L.) PADA BAKTERI UJI Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

    Get PDF
    ABSTRACT                                                                 Endophytic microbes are microbes that live in plant tissues. Endophytic fungi can produce various functional compounds in the form of anticancer compounds, antiviral, antibacterial, antifungal and plant growth hormones. Basil (Ocimum Sanctim L.) is the largest species both in fresh form or for the production of essential oils. Ethanol and methanol extracts, from Basil leaves is stated to have antibacterial activity. This study aimed to examine the presence or absence of antibacterial effects of endophytic fungi isolated from the stem and leaves of basil (Ocimum basilicum L.) against Escherichia coli and Staphylococcus aureus. The method used is an experimental laboratory by testing antibacterial activity. From the research carried out four endophytic fungi isolated from the stems and leaves of the Basil (Ocimum basilicum L.) plant. The four endophytic fungi have an antibacterial effect on the two test bacteria. Endophytic fungus from Basil stem 1.2 by 8mm which is categorized as medium and extract of Basil Stem 4.1 by 7mm which is categorized as medium and Basil Stem 1.1 by 17mm categorized as strong and Basil Leaf 2.1 by 22mm categorized as very strong. The conclusion is that endophytic fungi isolated from the Basil (Ocimum bassilicum L.) plant obtained from Lemoh Uner Village have antibacterial activity. Keywords: Antibacterial, Endophytic Fungi, Basil (Ocimum basilicum L.)  ABSTRAK Mikroba endofit merupakan mikroba yang hidup di dalam jaringan tumbuhan. Jamur endofit dapat menghasilkan berbagai senyawa fungsional berupa senyawa antikanker, antivirus, antibakteri, antifungi serta hormon pertumbuhan tanaman. Kemangi (Ocimum Sanctim L.) merupakan spesies terbesar baik dalam bentuk segar ataupun untuk produksi minyak esensial. Ekstrak etanol, metanol daun Kemangi dinyatakan memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya efek antibakteri jamur endofit yang diisolasi dari batang dan daun tumbuhan Kemangi (Ocimum basilicum L.) terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Metode yang digunakan ialah eksperimental laboratorium dengan menguji aktivitas antibakteri. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh empat jenis jamur endofit yang diisolasi dari batang dan daun tumbuhan Kemangi (Ocimum basilic um L.). Keempat jamur endofit memiliki efek sebagai antibakteri terhadap kedua bakteri uji. Jamur endofit dari Kemangi batang 1.2 sebesar 8mm yang dikategorikan sedang dan ekstrak Kemangi Batang 4.1 sebesar 7mm yang dikategorikan sedang dan Kemangi Batang 1.1 sebesar 17mm dikategorikan kuat dan Kemangi Daun 2.1 sebesar 22mm dikategorikan sangat kuat. Kesimpulanya jamur endofit yang diisolasi dari tumbuhan Kemangi (Ocimum bassilicum L.) yang diperoleh dari Desa Lemoh Uner memiliki aktivitas antibakteri. Kata kunci :  Antibakteri, Jamur Endofit, Kemangi (Ocimum basilicum L.

    UJI AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL DAUN GEDI HIJAU (Abelmoschus manihot (L.) Medik) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus)

    Get PDF
    ABSTRACTIn the southeast Asian Region showing prevalence for the incidence of hyperuricemia, Indonesia ranks second with 18%. Diseases resulting from hyperuricemia (Excess uric acid) are known as gout. The use of excessive or uric acid lowering drugs such as Allopurinol can cause side effects. Flavonoids are known to inhibit xanthine oxidase, so flavonoids have the potential to be used as antyhiperuricemia agents. Green gedi leaves that have been extracted with 96% ethanol have a total flavonoid content of 41.56%. This study aims to determine the potential activity of reducing uric acid levels from green gedi leaves. This type of research is an experimental study carried out in a laboratory with rat test animals with 5 kind of treatments with 3 treatments per repetition. Hyperuricemia conditioning is done by inducing potassium oxonate intraperitoneally. Group I as negative control was given 1% CMC, group II as positive control was given Allopurinol, group III-V was treated with ethanol extract of green gedi leaves with defferent doses of 3.6mg, 7.2mg and 14.4mg. Based on the ANOVA test results obtained there is a significantly different levels of uric acid with p = 0.038 (<0.05) where the results of decreased of uric acid levels with the ethanol extracts of green gedi have a significant difference (p<0.05) with ANOVA statistical tests with level of confidence 95%. Keywords : Anova, antyhiperuricemiaa, green gedy leaves. ABSTRAKDi Kawasan Asia Tenggara menunjukan prevelensi untuk kejadian hiperurisemia, Indonesia menduduki peringkat kedua dengan angka 18%. Penyakit akibat hiperurisemia (kelebihan asam urat) dikenal sebagai gout atau pirai. Penggunaan obat penurun asam urat seperti Allopurinol yang berlebihan atau terlalu sering dapat menimbulkan efek samping. Flavonoid diketahui dapat menghambat xantin oksidase, sehingga flavonoid berpotensi untuk dijadikan sebagai agen antihiperurisemia. Daun gedi hijau yang telah diekstraksi dengan etanol 96% memiliki total kandungan flavonoid sebesar 41,56%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas penurunan kadar asam urat dari daun gedi hijau. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan didalam laboratorium dengan hewan uji tikus dengan 5 macam perlakuan setiap perlakuan dengan 3 kali pengulanan. Pengkondisian hiperurisemia dilakukan dengan menginduksi kalium oksonat secara intreperitoneal. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi CMC 1%, kelompok II sebagai kontrol positif diberi Allopurinol, kelompok III- V diberi perlakuan ekstrak etanol daun gedi hijau dengan dosis yang berbeda-beda yaitu 3,6mg, 7,2mg, dan 14,4mg. Berdasarkan hasil uji ANOVA didapatkan kadar asam urat berbeda secara bermakna dengan p = 0,038 (<0,05) dimana hasil penurunan kadar asam urat ekstrak etatnol daun gedi hijau terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) dengan uji statistik ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95%. Kata kunci : Daun gedi hijau, antihiperurisemia, Anov

    FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS KRIM ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less.) TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes

    Get PDF
    ABSTRACT Beluntas plants contain flavonoid compounds, which are know to have antibacterial activity. This study aims to make a formulate and test the physical stability of antibacterial cream prepared from Beluntas Leaf extract (Pluchea indica Less.) with three variations in extract concentrations of 5%, 10% and 15%, and  test the effectiveness of antibacterial against Propionibacterium acnes bacteria. The method of this research is experimental laboratory research. Beluntas leaves extract (Pluchea indica Less.) was obtained by maceration using 96% of ethanol and formulated into cream preparations with various extract concentrations. The result showed that Beluntas Leaf extract cream fulfilled the requirements of the physical properties of cream preparations, which included organoleptic test, homogeneity, pH, dispersion, adhesion, emulsion type and cycling test. On the result of antibacterial activity testing, the average diameter of the clear zone of prepared cream of Beluntas leaf extract was at concentration of 5%, 10% and 15%, respectively ie 6.16 mm, 7.83 mm, 10.16 mm. Based on the classification of antibacterial category, the inhibiting ability of the test bacteria by 5% and 10% cream was categorized as moderate, and 15% was categorized as strongly which is the most effective cream inhibiting the activity of Propionibacterium acnes. Keywords: Beluntas leaves, antibacterial cream, Propionibacterium acnes ABSTRAK            Tanaman Beluntas  merupakan salah satu tanaman  yang berkhasiat obat. Tanaman Beluntas mengandung senyawa flavonoid yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula dan uji stabilitas fisik sediaan krim antibakteri dari ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica Less.) dengan tiga variasi konsentrasi ekstrak yaitu 5%, 10% dan 15%, serta menguji efektivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Metode penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Ekstrak daun Beluntas (Pluchea indica Less.) diperoleh dengan cara maserasi dengan pelarut etanol 96% dan diformulasikan menjadi sediaan krim dengan variasi konsetrasi ekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim ekstrak Daun Beluntas memenuhi persyaratan sifat fisik sediaan krim yang meliputi uji organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, tipe emulsi dan cycling test .Pada hasil pengujian aktivitas antibakteri, diameter rata-rata zona bening sediaan krim ekstrak daun beluntas pada konsetrasi 5%, 10% dan 15% berturut –turut yaitu 6,16 mm, 7,83 mm, 10,16 mm. Berdasarkan klasifikasi kekuatan daya antibakteri, maka kemampuan penghambatan bakteri uji oleh krim konsentrasi 5% dan 10% dikategorikan sedang, serta 15% dikategorikan kuat yang merupakan krim paling efektif menghambat aktivitas bakteri Propionibacterium acnes. Kata kunci : Daun Beluntas, krim antibakteri, Propionibacterium acnes
    corecore