6 research outputs found

    Preparation and Crystal Structure Characterization of Li(1+x)mn2o4

    Full text link
    Li(1+x)Mn2O4 powder has been prepared with starting material of Li2CO3 as lithium source and MnO2 as manganese source. The preparation was done by powder metallurgy with varying Li addition in weight% of 5%, 10%, 15% and 30%. From Differential Thermal Analisys (DTA) data , it is revealed that calcination andsintering temperature are at 700 °C and 800 °C respectively. The characterisation results showed that all XRD patterns are similar for all composition of Li addition, but different in intensity. The diffraction data was analyzed by Rietveld method to get lattice parameter unit cell volume and crystal density. The lattice parameters reach optimum at 15% of Li addition. The cell volume increased could lead to better intercalation properties ofthis powder. Li ion can intercalate easier in this unit cell which make Li(1+x)Mn2O4 can be used as a cathodematerial

    Analisis Pengaruh Mechanical Milling Menggunakan Planetary Ball Milling terhadap Struktur Kristal dan Struktur Mikro Senyawa Libob

    Full text link
    ANALISIS PENGARUH MECHANICAL MILLING MENGGUNAKAN PLANETARY BALL MILLING TERHADAP STRUKTUR KRISTAL DAN STRUKTUR MIKRO SENYAWA LiBOB. Telah dilakukan pembuatan senyawa Lithium bis Oksalat Borat (LiBOB) dari bahan baku LiOH, asam oksalat dan asam borat dengan metode reaksi padat padat. Serbuk yang dihasilkan dilanjutkan penghalusan menggunakan planetary ball milling dengan durasi milling di buat bervariasi (4 jam, 5 jam, 6 jam, 10 jamdan 13 jam). Serbuk LiBOB yang dihasilkan dianalisis menggunakan X-Ray Diffractometer (XRD) untuk mengetahui fasa yang terbentuk, struktur kristal dan ukuran kritalitnya. Hasil identifikasi senyawa LiBOB dengan XRD berupa pola difraksi kemudian dianalisismenunjukkan terbentuknya 2 fasa yaitu fasa LiB(C2O4)2 dan fasa LiB(C2O4)2.(H2O) dengan sistem kristal orthorhombic. Kerapatan atom paling kecil pada senyawa LiBOB dengan durasi milling 5 jam dan volum unit sel paling besar pada senyawa LiBOB dengan durasi milling 10 jam. Diameter ukuran kristalit berubah seiring dengan durasi milling, sedang regangan kisi terendah pada durasi milling 4 jam dan tertinggi pada durasi milling 5 jam. Durasi milling 5 jam adalah paling bagus dimana pada fasa ini memberikan ruang paling besar pada tiap unit sel dan regangan kisi paling besar sehingga dapat memudahkan ruang gerak transfer ion Li pada baterai Lithium. Senyawa LiBOB hasil sintesis mempunyai sistem kristal yang teratur. Tingkat keteraturan kristal yang dihasilkan ditunjukan dengan perhitungan indeks kristalinitas yang tinggi

    Analisis Pengaruh Mechanical Milling Menggunakan Planetary Ball Milling terhadap Struktur Kristal dan Struktur Mikro Senyawa Libob

    Full text link
    ANALISIS PENGARUH MECHANICAL MILLING MENGGUNAKAN PLANETARY BALL MILLING TERHADAP STRUKTUR KRISTAL DAN STRUKTUR MIKRO SENYAWA LiBOB. Telah dilakukan pembuatan senyawa Lithium bis Oksalat Borat (LiBOB) dari bahan baku LiOH, asam oksalat dan asam borat dengan metode reaksi padat padat. Serbuk yang dihasilkan dilanjutkan penghalusan menggunakan planetary ball milling dengan durasi milling di buat bervariasi (4 jam, 5 jam, 6 jam, 10 jamdan 13 jam). Serbuk LiBOB yang dihasilkan dianalisis menggunakan X-Ray Diffractometer (XRD) untuk mengetahui fasa yang terbentuk, struktur kristal dan ukuran kritalitnya. Hasil identifikasi senyawa LiBOB dengan XRD berupa pola difraksi kemudian dianalisismenunjukkan terbentuknya 2 fasa yaitu fasa LiB(C2O4)2 dan fasa LiB(C2O4)2.(H2O) dengan sistem kristal orthorhombic. Kerapatan atom paling kecil pada senyawa LiBOB dengan durasi milling 5 jam dan volum unit sel paling besar pada senyawa LiBOB dengan durasi milling 10 jam. Diameter ukuran kristalit berubah seiring dengan durasi milling, sedang regangan kisi terendah pada durasi milling 4 jam dan tertinggi pada durasi milling 5 jam. Durasi milling 5 jam adalah paling bagus dimana pada fasa ini memberikan ruang paling besar pada tiap unit sel dan regangan kisi paling besar sehingga dapat memudahkan ruang gerak transfer ion Li pada baterai Lithium. Senyawa LiBOB hasil sintesis mempunyai sistem kristal yang teratur. Tingkat keteraturan kristal yang dihasilkan ditunjukan dengan perhitungan indeks kristalinitas yang tinggi

    Karakteristik Morfologi Permukaan pada Polimer PVdF-LiBOB-ZrO2 dan Potensinya untuk Elektrolit Baterai Litium

    Full text link
    Membran elektrolit polimer pada baterai litium ion berfungsi sebagai media transport ion dan sebagai separator antara anoda dan katoda. Dalam penelitian ini, telah dilakukan sintesis membran elektrolit polimer LiBOB (Lithium Bis Oksalato Borate dengan rumus kimia LiB(C2O4)2) dengan menggunakan Polyvilinidine fluoride (PVdF) sebagai matriks dan bahan aditif Zirkonium Oksida (ZrO2). Metoda yang dipergunakan adalah solution cast. Konsentrasi bahan aditif dibuat bervariasi. Membran yang terbentuk dikarakterisasi morfologi permukaan menggunakan Scanning Electrone Microscope (SEM), sifat elektrokimia dengan Cyclic Voltametric (CV) dan kapasitas baterai dengan kurva charge discharge. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi permukaan rantai polimer saling berikatan dan tersusun dengan bagus. Pori tertutup oleh rantai polimer secara rata yang berikatan membentuk jaring dan saling bertumpukan pada keadaan amorf. Terjadi reaksi oksidasi dan reduksi pada sel baterai dengan kapasitas charge sekitar 24 mAh pada tegangan 4 volt, sedangkan kapasitas discharge bernilai sama sekitar 24 mAh pada tegangan 4 volt dengan penambahan 10% ZrO2

    Pembuatan Batako dari Abu Hasil Insinerasi Sampah Domestik dan Karakterisasinya

    Full text link
    Garbage problems are increasing day by day. Garbage problems may generate environmental pollution problemswith its impact are continued to be increased. One of the technology to destroy the garbage is by incinerator. Thestudy was trying to reuse the ash resulted from the incineration of garbage by incinerator which have an addedvalue. The ash composition was similar as clay, so the ash could be used as a raw material for making batako whichare the weight ratio between sand and comment was 3:1. Some of sand was substituted by ash from incinerator withcompositions of 0%, 10%, 20%, 25%, and 30%. All the raw materials were homogenously mixed, and then wereformed by casting and were dried in open air variation of time between 7 days and 28 days. The resulting dried batakowere characterized for its density as indicated the decreasing density was in line with the increasing of ash assubstituted and the drying time of 28 days gave result the bigger one. The porosity value decreased along with theash content and giving the smallest one after drying 28 days. The water absorption value will decreased along withthe increasing ash content and the longer time of drying process. The bending and compressive strength value weregrowing larger with increasing ash content, and by giving 25% ash, the compressive strength value became stabilized.Comparing to the existing batako market, batako using incinerator ash gave better quality
    corecore