20 research outputs found

    Efektivitas Herbisida Monoamonium Glifosat untuk Pengendalian Gulma di Bawah Tegakan Sengon di Parung Panjang, Jawa Barat

    Full text link
    Efektivitas Monoamonium Glifosat sebagai bahan aktif herbisida telah diuji untuk mengendalikan gulma di bawah tegakan Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen di Parung Panjang, Jawa Barat. Percobaan dilaksanakan melalui aplikasi herbisida Monoamonium Glifosat dengan dosis 3, 4,5, 6 dan 9 liter per ha serta membandingkannya dengan herbisida dengan bahan aktif Glifosat 4,5 liter per ha, perlakuan manual and kontrol (tanpa perlakuan). Hasil percobaan menunjukkan bahwa Herbisida Monoamonium Glifosat dapat digunakan sebagai sarana pemeliharaan tanaman kehutanan dari gangguan gulma di bawah tegakan Paraserianthes falcataria. Selanjutnya Herbisida Monoamonium Glifosat dengan minimum dosis 4,5 liter/ha efektif untuk mengendalikan gulma Imperata cylindrica Beauv., Borreria latifolia DC. dan Mikania micrantha Will. Meskipun demikian herbisida ini tidak efektif untuk mengendalikan pertumbuhan gulma Chromolaena odorata DC. Pada tanaman Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen tidak tampak gejala keracunan akibat penggunaan herbisida Monoamonium Glifosat pada semua tingkat dosis yang dicobaka

    Penerapan Teori Tujuan Pemidanaan Dalam Perkara Kekerasan Terhadap Perempuan: Studi Putusan Hakim

    Full text link
    This study examines: first, the tendencies in the type and weight of crime in the judge's decision in the criminal case of violence against women. Second, the application of the theory of criminal prosecution. This is a normative-legal research with the legal materials that were analyzed using a descriptive-qualitative analysis. From the results of research and discussion conducted, it can be concluded, first: judges always choose to impose the type of imprisonment. The trend for choosing such type was caused by two factors, namely the pattern of criminal threatening in legislation and the nature of crimes of violence against women that substantively is relatively serious. Meanwhile, regarding the weight of sentence imposed, the judge's decisions tend to be various but on average are quite heavy, that is the punishment of 3 (three) to 4 (four) years in jail. Such tendency showed the alignment towards women as the victims of violence crime. The second conclusion showed that the most dominant theories used are the theory of retribution. With the use of this theory it means that judges tend to pay attention to the interests of women as victims

    Sinkronisasi Kebijakan Nasional REDD+ dengan Kepentingan Para Pihak pada Tingkat Sub-nasional

    Full text link
    REDD+ has been developed since 2007, but its implementation has not been run effectively. Synchronizing all related stakeholders\u27 interest, either horizontally or vertically becomes major challenge to support the effectiveness REDD+ implementation. The result of the gap analysis showed that unsynchronized REDD+ national policy with stakeholders\u27 interest in subnational and site level lead to ineffective REDD+ implementation. This is particularly when REDD+ is developed through subnational approach by which provincial government plays as a main actor in its implementation. For instance, ban of carbon market system has caused some REDD+ projects in the site level initiated by private sector to be stagnant. Enabling conditions should be built up to synchronize related stakeholders\u27 interest in all levels. The aforementioned conditions are including simplified REDD+ regulations so that REDD+ can be adopted, existance of regional REDD+ institutions to bridge communication between central and provincial government, clear domestic funding and incentive mechanism to deal with uncertainty global agreement, as well as increasing outreach of REDD+ strategies and policies in sub-national and site levels. REDD+ telah diinisiasi sejak tahun 2007 tetapi sampai saat ini pelaksanaannya belum berjalan secara efektif. Sinkronisasi kepentingan para pihak yang terlibat baik secara vertikal maupun horizontal menjadi tantangan besar untuk mendukung efektivitas pelaksanaan REDD+. Analisis gap pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat ketidaksinkronan antara kebijakan REDD+ di tingkat nasional dengan kepentingan para pihak di tingkat subnasional dan tapak. Hal tersebut menjadi penghambat pelaksanaan REDD+ di lapangan, khususnya ketika pendekatan REDD+ yang dilakukan adalah pendekatan subnasional dimana pemerintah provinsi menjadi aktor penting dalam pelaksanaan REDD+. Sebagai contoh, pelarangan sistem pasar karbon di Indonesia telah menyebabkan beberapa proyek REDD+ di tingkat lapangan yang diinisiasi pihak swasta mengalami stagnasi. Sinkronisasi kebijakan REDD+ nasional dengan kepentingan para pihak dapat diwujudkan apabila kondisi pemungkinnya sudah terbangun. Adapun kondisi pemungkinnya adalah peraturan teknis dan administratif REDD+ yang mudah untuk diadopsi oleh para entitas REDD+ sesuai dengan kondisi di lapangan, tersedianya institusi pelaksana REDD+ yang jelas di tingkat subnasional, adanya mekanisme pendanaan dan insentif dalam negeri untuk mengantisipasi ketidakpastian kesepakatan global serta peningkatan sosialisasi strategi dan kebijakan REDD+ ke daerah

    Pengaruh Campuran Kadar Bottom Ash Dan Lama Perendaman Air Laut Terhadap Kuat Tekan Pada Silinder Beton

    Full text link
    Bottom Ash adalah limbah hasil pembakaran batu bara dimana jumlahnya akan terus meningkat selama industri terus berproduksi. Penanganan limbah ini dilakukan dengan cara menimbunnya di lahan kosong sehingga apabila volume limbah semakin bertambah maka semakin luas pula area yang diperlukan untuk menimbunnya. Berbagai potensi tersebut dimanfaatkan dengan pembangunan berbagai prasarana penunjang. Prasarana penunjang tersebut seperti pelabuhan laut, anjungan lepas pantai, jembatan, tempat peristirahatan, dermaga dan sebagainya. Dalam proses pembuatannya kontak dengan air laut terkadang tidak dapat dihindarkan. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh campuran spesi semen dengan Bottom Ash terhadap nilai kuat tekan beton dengan variasi campuran persentase 0%, 10%, 20%, 25% dan direndam air laut pada durasi 7, 14, 28 hari. Faktor campuran kadar Bottom Ash dan lama perendaman air laut pada silinder beton menunjukkan bahwa penambahan Bottom Ash sebagai pengganti semen sebanyak 10% memiliki peningkatan kekuatan beton dari beton normal (kadar Bottom Ash 0%) sebanyak 1,95 MPa untuk rendaman 7 hari, 3,87 MPa untuk rendaman 14 hari, 0,5 MPa untuk rendaman 28 hari. Dan untuk kuat tekan pada rendaman 14 hari dan 28 hari mengalami penurunan kekuatan beton secara tidak signifikan. Setelah mengetahui hasil dan pembahasan pengaruh campuran kadar bottom ash dan lama perendaman air laut terhadap kuat tekan pada silinder beton, maka hal ini menunjukkan dengan penurunan kuat tekan seiring dengan bertambahnya Bottom Ash yang digunakan, karena sifat semen yang mampu mengikat dan mengeras tidak dapat digantikan seluruhnya oleh Bottom Ash dan juga karena penggunaan air dalam jumlah yang sama dalam semua variasi. Lamanya perendaman menggunakan air laut mempunyai pengaruh yang tidak terlalu signifikan terhadap nilai kuat tekan pada silinder beton. Hal ini disebabkan air laut memperlambat proses hidrasi atau pengerasan pada beton

    Identifikasi Dan Analisis Akrilamida Dalam Kopi Serbuk (Tubruk) Dan Kopi Instan Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

    Full text link
    Acrylamide is a substance that can cause cancer on human and is neurotoxic. Acrylamide is formed due to high temperature heating of foods that contains carbohydrates and amino acids. Carbohydrates and amino acids are the major compounds that contained in coffee beans. This study aims to determine the levels of acrylamide in ground coffee and instant coffee that have different process of manufacture. Method of analyze of acrylamide were perfomed by HPLC (High Performance of Liquid Chromatography) method using mobile phase that consists of phosphoric acid : acetonitrile : aquabides (1:5:94 v/v/v), the stationary phase was Sunfire C18 column (150 x 4.6 mm, 5μm), and the flow rate was 0-15 mL/minute and the detection using UV 202 nm. The result of the study was validation of method that provide the linearity 0.999 (range 2-20 μg/mL), LOD of 0.94 μg/mL and LOQ of 2.86 μg/mL, the precision with RSD of 0.47%, and accuracy for ground coffee of 91-94% and instant coffee of 99-102%. The study found acrylamide levels in ground coffee and instant coffee were 7.03 ±0.01 μg/g dan 5.71 ± 0.03 μg/g respectively. These levels were considered safe for up to 16 g for consume of coffee

    Perencanaan Alternatif Bangunan Komposit Gedung B Program Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer (Tahap 1) Universitas Brawijaya Berdasarakan Sni 1729-2015

    Full text link
    Bangunan tinggi harus didesain sebagai bangunan tahan gempa menggunakan sistem struktur dan komponen material yang kuat. Selain itu diharapkan bangunan gedung direncanakan dengan kekuatan yang tinggi, penampang yang efisien, beban batas layan yang memenuhi persyaratan keamanan dan Kenyamanan. Perencanaan struktur ini menggunakan sistem rangka pemikul momen dengan komponen struktur komposit. Konsep perencanaan menggunakan metode DFBK (desain faktor beban dan ketahanan) dan metode DAM (direct analysis method). Didapatkan balok komposit berupa material baja profil WF dengan pelat beton setebal 12 cm, sedangkan untuk kolom komposit berupa material baja profil WF yang diselubungi beton bertulang. Sebagai transfer gaya dan kekuatan dibutuhkan penghubung geser stud headed anchor. Untuk sambungan balok-kolom dan balok anak-induk digunakan sambungan las sedangkan sambungan antar kolom dan sambungan antar kolom menggunakan baut. Sehingga dapat disimpulkan, didapatkan beberapa keuntungan yaitu berat struktur gedung dapat lebih kecil, berat baja dapat diperkecil, penampang yang digunakan dapat semakin kecil, dan kekakuan pelat lantai meningkat sehingga sangat efisien sebagai alternatif perencanaan gedung bertingkat

    Pengembangan Dan Validasi Metode Analisis Rifampicin Isoniazid-pirazinamid Dalam Fixed Dose Combination Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis-densitometri

    Full text link
    Rifampicin, isoniazid (INH) and pyrazinamide are anti tuberculosis drugs (ATD) available in fixed dose combination (FDC) form. The FDC is more practical in USAge so can improve tuberculosis patient obedience in consuming the drug. However, in some researches, there are still found subdose of FDC. Subdose of FDC that effected in less optimal TB medication and increase risk of ATD resistance. The high TB case in developing countries such as Indonesia require test of FDC drug dose evaluation. Objective of this research was to develop new analytical method, Thin Layer Chromatography (TLC)-densitometry having good validity so it may be easier, faster, cheaper and more practical analytical method alternative. Validation parameters consist of linearity, precision, accuracy, Limit Of Detection (LOD), and Limit Of Quantitation (LOQ). Parameter of method validation results was compared with requirement in Association of Official Analytical Chemist (AOAC) and United States pharmacopeia (USP) for determine active ingredient in sample. FDC sample containing rifampicin, INH and pyrazinamide can be separated with n-hexane: 2-propanol: acetone: ammonia: formic acid with proportion of 3:3.6:3:0.3:0.1 (v/vv/v) as mobile phase and Rf value for rifampicin, INH, and pyrazinamide were 0.85, 0.6, and 0.7, respectively. The results indicated that TLC-densitometry can be developed and all validation parameters complied with AOAC requirements. The correlation coefficient (r) of rifampicin 0.999, INH 0.999 and pyrazinamide 0.999; recovery of rifampicin, INH and pyrazinamide were 101.00 %, 94.36 % and 95.69 %, respectively. In addition, precision, % RSD for rifampicin, INH and pyrazinamide were 0.55 %, 0.96 %, and 0.98 % respectively; LOD for rifampicin, INH and pyrazinamide were 10.91 ppm, 10.38 ppm and 42.14 ppm, respectively; LOQ for rifampicin, INH and pyrazinamide were 33.07 ppm, 31.45 ppm and 127.7 ppm, respectively. Concentration of rifampicin, INH and pyrazinamide in a tablet were 157.37 mg, 75.26 mg and 400.79 mg that comply with USP standard

    Analisis Statik Non-linier Pushover Pada Optimalisasi Desain Gedung Pendidikan Bersama Fkub Dengan Variasi Konfigurasi Bresing Baja

    Full text link
    Bresing baja merupakan salah satu komponen struktur penahan beban gempa yang sering digunakan pada struktur bangunan tinggi. Dengan penggunaan bresing baja dalam struktur bangunan tinggi diharapkan dapat mengurangi dampak kerusakan akibat beban gempa. Dalam penelitian ini Gedung pendidikan Bersama FKUB sebagai objek kajian dimodelkan dengan program SAP 2000v18 menjadi tujuh model yaitu Struktur Asli dengan Dilatasi (OD), Struktur Asli Tanpa Dilatasi (OND), Struktur Alternatif Tanpa Bresing (Tipe A), Struktur Alternatif dengan Single Brace (Tipe B), Struktur Alternatif dengan X-Brace (Tipe C), Struktur Alternatif dengan V-Brace (Tipe D), dan Struktur Alternatif dengan A-Brace (Tipe E). Pada masing-masing struktur dilakukan analisis statik non-linier pushover yang mengacu pada ATC-40 untuk mengetahui pengaruh penggunaan variasi konfigurasi bresing baja terhadap simpangan lateral, tingkat pelayanan, waktu getar alami, serta simpangan antar lantai struktur. Hasil analisis menunjukan bahwa penggunaan X-Brace pada struktur alternatif dapat meningkatkan kemampuan struktur untuk menerima gaya geser dasar. Tingkat pelayanan struktur untuk semua jenis struktur adalah immidite occupancy, sehingga penggunaan bresing baja tidak berpengaruh besar terhadap Perubahan tingkat pelayanan struktur. Struktur OD memiliki periode getar paling besar dibandingkan struktur jenis lain. Serta penggunaan X-Brace pada struktur alternatif dapat menghasilkan simpangan antar lantai paling kecil

    Interaksi Mutu Beton Dan Rasio Volume Bata Ringan Terhadap Kuat Lentur Balok Komposit Beton Dan Bata Ringan

    Full text link
    Inovasi beton terus mengalami perkembangan. Salah satu contohnya inovasi tentang beton ringan. Teknologi beton ringan ini bertujuan untuk memperingan struktur bangunan sehingga dapat meminimalisir efek gempa. Penelitian ini menggabungkan dua bahan yaitu beton dan bata ringan menjadi sebuah elemen struktur balok komposit. Penelitian ini didesain dengan dua variabel bebas yaitu mutu beton dan volume bata ringan. Mutu beton yang digunakan adalah 24,57 MPa dan 29,81 MPa sedangkan variasi bata ringan yang digunakan adalah bata ringan dengan tinggi 8,5 cm dan 6,5 cm. Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui interaksi mutu beton dan volume bata ringan terhadap kuat lentur balok komposit. Untuk mendapatkan hasil pengujian lentur murni maka balok ditempatkan di atas dua tumpuan sederhana dan dibebani dengan beban terpusat. Berdasarkan hasil uji analisis varian dua arah didapatkan hasil F tabel sebesar 5,32 sedangkan F hitung untuk sumber variasi volume bata ringan sebesar 0,017, F hitung untuk sumber variasi mutu beton sebesar 0,035 ,dan F hitung untuk interaksi kedua sumber variasi sebesar 0,317. Meskipun semua hasil F hitung lebih kecil dari F tabel namun jika F hitung antar ketiganya dibandingkan hasilnya adalah F hitung interaksi antara mutu beton dan volume bata ingan terlihat lebih besar. Hal ini menandakan bahwa terdapat interaksi antara mutu beton dan volume bata ringan terhadap kuat lentur balok meskipun kontras tidak terlihat secara signifikan

    Optimasi Penempatan Viscous Damper Pada Gedung 10 Lantai Dengan Sistem Folded Cantilever Shear Structure

    Full text link
    Pada jaman sekarang ini, gempa merupakan masalah yang sering menjadi perhatian, terutama di Indonesia karena Indonesia dilewati oleh ring of fire yang merupakan gugusan gunung berapi yang masih aktif. Ada beberapa sistem struktur yang sudah dikembangkan pada jaman ini yang ditujukan untuk meredam atau memperkuat struktur, sehingga mampu bertahan ketika terjadi gempa. Salah satu contoh sistem struktur yang sudah dikembangkan adalah sistem folded cantilever shear structure (FCSS). Sistem FCSS menggunakan sistem fixed-moveable-fixed untuk tumpuan portal-portalnya dan juga menggunakan viscous damper untuk menambah redaman terhadap gaya gempa yang terjadi. Pada sisi moveable digunakan sistem base isolation pada tumpuannya, sedangakan pada sisi fixed digunakan tumpuan jepit. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa, dengan karakteristik gempa yang berbeda, akan dihasilkan model optimasi yang berbeda, baik dari jumlah damper yang akan diletakkan dan juga letak perletakkan damper sendiri. Jumlah dan lokasi penempatan dari damper juga akan mempengaruhi periode natural dari struktur bangunan, meskipun dengan jumlah damper yang sama, bila perletakkan damper berbeda, maka akan didapatkan kekakuan struktur yang berbeda. Hasil dari optimasi juga didapatkan bahwa, tidak diperlukan pemasangan damper secara menyeluruh kepada struktur gedung agar struktur gedung tersebut dapat bertahan menghadapi gaya gempa yang terjadi. Bila jumlah pemasangan damper dapat dikurangi, maka struktur gedung akan menjadi lebih efisien
    corecore