61 research outputs found

    KEKUATAN GENGGAM TANGAN, IMT, DAN AKTIVITAS FISIK SEBAGAI PREDIKTOR PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA

    Get PDF
    Latar belakang: Penurunan kognitif pada lansia berkontribusi pada berkurangnya kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari yang mengarah pada kelemahan otot dan berpotensi kehilangan kemampuan fungsional. Adanya biomarker awal dan kemudahan untuk mengukur penurunan fungsi kognitif, berpotensi untuk meningkatkan perawatan bagi lansia dengan gangguan kognitif sehingga lansia dapat menjalani penuaan yang optimal (optimal aging). Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui parameter (kekuatan genggam tangan, IMT, dan aktivitas fisik) yang paling baik dalam mendeteksi penurunan fungsi kognitif pada lansia. Metode: Jenis penelitian analitik dengan rancangan crossectional. Penelitian dilakukan di Kota Yogyakarta, yaitu di empat (4) kecamatan yang terpilih secara random dari 14 kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta. Waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan Mei – September 2020. Populasi penelitian adalah seluruh lansia berusia lebih dari 60 tahun di Kota Yogyakarta. Subjek pada penelitian ini berdomisili di Kota Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi yaitu : Usia 60 – 74 tahun, dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia mengikuti penelitian (informed consent). Sedangkan kriteria eksklusi adalah lansia yang menderita penyakit medis umum yang berat (gagal ginjal, gagal jantung), lansia yang bed rest dan lansia yang mengalami penurunan ingatan (demensia). Variabel bebas yaitu kekuatan genggam tangan, indeks massa tubuh (IMT), dan aktivitas fisik sedangkan variabel terikat yaitu fungsi kognitif lansia. Analisis yang dilakukan adalah analisis bivariat, multivariat, dan kurva ROC dan AUC. Hasil: Hasil analisis bivariat dengan korelasi Pearson menunjukkan bahwa kekuatan genggam tangan (p=0,015) dan IMT (p=0,047) berhubungan bermakna dengan fungsi kognitif lansia. Namun, tidak demikian dengan aktivitas fisik lansia (p=0,812). Demikian juga dengan hasil analisis multivariat dengan regresi linier yang menunjukkan bahwa kekuatan genggam tangan (p=0,010) dan IMT (p=0,032) berhubungan signifikan dengan fungsi kognitif lansia. Indikator kekuatan genggam tangan memiliki nilai AUC paling tinggi (0,568) dibandingkan dengan IMT (AUC=0,541) dan aktivitas fisik (AUC=0,497). Demikian juga dengan nilai sensitifitas (Se) dan spesifisitas (Sp) dari ketiga indikator diperoleh hasil bahwa indikator kekuatan genggam tangan mempunyai nilai lebih tinggi daripada indikator IMT dan aktivitas fisik. Dengan demikian, indikator kekuatan genggam tangan paling baik digunakan dalam memprediksi fungsi kognitif lansia dibandingkan indikator lainnya. Simpulan: Indikator kekuatan genggam tangan paling baik digunakan dalam memprediksi fungsi kognitif lansia dibandingkan IMT dan aktivitas fisik. Kata Kunci: kekuatan genggam tangan; IMT; aktivitas fisik; fungsi kognitif; lansi

    HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, ASUPAN KARBOHIDRAT, SERAT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS JETIS KOTA YOGYAKARTA

    Get PDF
    Latar Belakang: Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan timbulnya hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin. Status gizi normal, asupan karbohidrat dan serat sesuai dengan kebutuhan penderita diabetes melitus dapat membantu mengendalikan kadar glukosa darah dalam batas normal.Aktivitas fisik dapat meningkatkan kontrol glukosa darah. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara status gizi, asupan karbohidrat, serat dan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah pada pasien rawat jalan diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta. Metode:Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi padapenelitian ini adalahpenderita diabetes melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan yang datang ke Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta.Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive samplingdengan jumlah sampel 43. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner, wawancara, serta pengukuran berat badan dengan menggunakanformulir recall 24 jam, kuesioner PAL aktivitas fisik, dan timbangan injak serta microtoise. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara status gizi dengan kadar glukosa darah puasa (p=0,394; r =2), ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah puasa (p=0.05; r = 5,5), tidak ada hubungan antara asupan serat dengan kadar glukosa darah puasa (p = 0, 306; r = 6,9) dan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah (p = 0,672; r = 1,6) Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kadar glukosa darah puasa, ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah puasa, tidak ada hubungan antara asupan serat dengan kadar glukosa darah puasa, dan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah Kata kunci: status gizi, asupan karbohidrat, serat, aktivitas fisik, diabetes melitus, kadar glukosa darah puas

    HUBUNGAN ANTARA TINGKAT ASUPAN ENERGI, PROTEIN DAN STATUS GIZI DENGAN KEBUGARAN JASMANI ANGGOTA EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA

    Get PDF
    Background: Exercise is one of the physical activities done with the aim to achieve physical fitness. Fulfillment of energy intake, protein and nutritional status can improve one's physical fitness. Objective: To examine the relationship between the level of energy intake, protein and nutritional status with physical fitness of extracurricular sports members. Methods: This type of research is a quantitative observational study with cross-sectional design. This research was conducted in March 2018. The population of this research is the member of extracurricular sport of SMP Negeri 6 Yogyakarta. Determination of sample is random sampling with simple random sampling with total sample 37. Data collection through questionnaire filling, interview, nutritional status measurement and TKJI test using SQ-FFQ and TKJI form, bathroom scales and microtoise. Analysis technique using Spearman Rank. Result: The result showed that there was a correlation between energy intake level and physical fitness level (p = 0,003), there was no correlation between protein intake level and physical fitness level (p = 0,012) and there was relationship between nutritional status and physical fitness level (p = 0.008). Conclusion: There is a relationship between the level of energy intake with physical fitness level, there is no relationship between the level of protein intake with physical fitness levels and there is a relationship between nutritional status with the level of physical fitness. Keywords: Energy Intake, Protein Intake, Nutritional Status, Physical Fitness

    HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI LEMAK JENUH DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR LDL PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD MUNTILAN

    Get PDF
    Latar Belakang :. Faktor penyebab dislipidemia salah satunya yaitu konsumsi lemak jenuh dan aktivitas fisik yang kurang. Kejadian atau prevalensi dislipidemia pasien rawat jalan di rumah sakit umum muntilan pada tahun 2015 sebesar 8,5 % Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan antara konsumsi lemak jenuh dan aktivitas fisik dengan kadar LDL pasien rawat jalan di RSUD Muntilan.Metodologi Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan crosssectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2017.. Jumlah subjek yang diambil sebanyak 73 orang dengan uji statistik yang digunakan untuk menganalisa hubungan yaitu uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 90 %. Hasil Penelitian : Dari 54 subjek dengan kategori asupan lemak jenuh tidak baik, sebanyak 45 (83,3%) memiliki kadar LDL tinggi dan sebanyak 9 (16,7%) memiliki kadar LDL normal. Sedangkan 19 subjek yang memiliki asupan lemak jenuh dengan kategori baik, sebanyak 6 (31,6%) memiliki kadar LDL tinggi dan sisanya sebanyak 13 (68,4%) memiliki kadar LDL normal. Dari 64 subjek penelitian dengan kadar LDL tinggi 47 orang (73,4%) mempunyai aktivitas fisik ringan lebih banyak dibandingkan dengan yang aktivitas sedang 2 orang(28,6%) Diantara 64 subjek yang memiliki aktivitas fisik ringan, sebanyak 17 (26,6%) memiliki kadar LDL normal... Kesimpulan : Ada hubungan bermakna antara konsumsi lemak jenuh dengan kadar LDL pada pasien rawat jalan di RSUD Muntilan demikian juga Ada hubungan bermkna antara aktivitas fisik dengan kadar LDL pada pasien rawat jalan di RSUD Muntilan Kata Kunci :Konsumsi lemak jenuh, aktivitas fisik, kadar LD

    EFEKTIVITAS KONSELING GIZI MENGGUNAKAN MEDIA BOOKLET DIBANDINGKAN DENGAN LEAFLET TERHADAP KUALITAS DIET PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS GAMPING II

    Get PDF
    Latar Belakang: diabetes mellitus merupakan penyakit metabolisme yang tidak dapat disembuhkan dengan terapi obat, namun hanya bisa dilakukan dengan pengendalian gula darah agar tetap normal. Salah satunya adalah dengan edukasi gizi. Media pendidikan diperlukan dalam kegiatan edukasi, termasuk edukasi pada pasien diabetes mellitus. Tujuan: tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan media booklet dalam konseling terhadap kualitas diet pasien diabetes mellitus tipe 2. Metode: penelitian ini menggunakan metode quasi experimental dengan desain pre dan posttest with control group. Sebanyak 60 pasien diabetes mellitus dinilai kualitas dietnya menggunakan Food Recall 24 Jam dan dikonversikan menjadi skor kualitas diet menggunakan Healthy Eating Index (HEI). Sampel dibagi menjadi dua kelompok, kelompok perlakuan akan diberi konseling menggunakan media booklet dan kelompok kontrol menggunakan media leaflet. Setiap minggu pasien akan diwawancarai menggunakan Food Recall 24 Jam dengan cara home visit selama tiga minggu. Hasil: terdapat perbedaan yang bermakna antara skor HEI awal (pretest) dengan kualitas diet akhir (posttest) pada kelompok perlakuan (p=0,000) dan kelompok kontrol (p=0,001). Serta terdapat perbedaan yang bermakna antara peningkatan skor HEI kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p=0,003). Kesimpulan: jadi dapat disimpulkan bahwa konseling gizi menggunakan media booklet dapat berpengaruh positif signifikan meningkatkan skor HEI pasien diabetes mellitus tipe 2. Kata kunci: Konseling gizi, booklet, leaflet, kualitas diet, HE

    PENGARUH PENERAPAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) KONSELING GIZI TERHADAP PERUBAHAN ASUPAN MAKAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PRATAMA YOGYAKARTA

    Get PDF
    Background: Hospital food service is a series of activities ranging from planning meals menu planning to meals served to patients. The Hospital food service is carried out in order to provide both good quality and quantity food as needed and adequate service for clients or patients who need it. Based on the results of coms stock patient in 2016 is 31.3% and in the year of 2017 for about 26.9%, from those can be assumed patient intake is less than 80%. The minimum expected intake of patients is 80% based on the Nutrition Adequacy Rate (AKG). Purpose: Knowing the Influence of Application of Standard Operating Procedures (SPO) Nutrition Counseling to Change Feeding Patient intake in hospital ward Pratama Yogyakarta Methods research: False experiments with the design of two treatment groups: 1. The comparison group was the patient who was given nutritional counseling prior to the application of SPO nutrition counseling. 2. Treatment groups were patients who were given nutritional counseling after the application of SPO nutrition counseling with the sample number of samples: 36 respondents Test data normality by One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test and reliability test with Chronbach alpha test. Data analysis using independent t-test and paired t-test. Results: The minimum and average patient intake in the comparison group and treatment group before nutrition counseling was less than the minimal target of 80%. There was an increase in dietary intake of vegetable and vegetable side dishes in the comparison group, and there was an increase in staple food intake, vegetable side dishes and vegetables in the treatment group. A more significant increase occurred in the treatment group, mean P <0.05. Giving nutrition counseling by applying SPO counseling nutrient influenced on increased intake of food significantly on staple food P = 0,008, vegetable side dish P = 0,002 and vegetable P = 0,003. Conclusion : There is influence of application of Standard Operating Procedure (SPO) Nutrition Counseling to change of feeding intake of patient. Keywords : application, Standard Operating Procedures (SPO) nutritional counseling, changes, food intak

    HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PESENAM AEROBIK WANITA

    Get PDF
    Latar Belakang: Tingginya kadar Trigliserida dalam darah merupakan salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner. Kurangnya aktifitas fisik , gaya hidup, asupan karbohidrat dan lemak yang berlebihan dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah. Olahraga dapat memperbaiki profil lemak darah seperti menurunkan kadar total kolesterol dan trigliserida. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara asupan karbohidrat dan lemak dengan kadar trigliserida pada pesenam aerobik wanita. Metode Penelitian: Jenis penelitian termasuk penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di Sanggar Senam Miracle pada tanggal 17-18 Februari 2017. Subyek penelitian adalah member senam yang hadir, bersedia menjadi responden dan berumur diatas 20 tahun. Subyek penelitian berjumlah 30 orang. Variabel penelitian adalah asupan karbohidrat, lemak dan kadar trigliserida. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan 53,3% responden memiliki asupan karbohidrat dan lemak tinggi. Responden yang mempunyai kadar trigliserida tinggi sebanyak 20%. Responden yang mempunyai asupan karbohidrat dan lemak tinggi dan kadar trigliserida tinggi sebesar 28% (4 orang) dan responden yang mempunyai asupan karbohidrat dan lemak cukup dan memliki kadar trigliserida tinggi sebesar 12.5% (2 orang). Hasil uji fisher’s exact test menunjukan bahwa nilai p yaitu 0,261 yang artinya hubungan antara asupan karbohidrat dan lemak terhadap kadar trigliserida tidak bermakna. Kesimpulan: Responden dengan asupan karbohidrat dan lemak lebih dari kebutuhan/tinggi sebanyak 53,3%. Kadar trigliserida tinggi sebanyak 20% responden. Tidak terdapat hubungan antara asupan karbohidrat dan lemak terhadap kadar trigliserida pada pesenam aerobik wanita. Kata Kunci: Asupan Karbohidrat, Lemak, Senam Aerobik, Trigliserid
    • …
    corecore