41 research outputs found
PENGARUH KEPERCAYAAN DAN KEPUASAN PENGGUNA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SERTA KUALITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KINERJA KARYAWAN AKUNTANSI DENGAN NIAT PENGGUNA SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
Laporan keuangan merupakan hasil kinerja karyawan akuntansi. Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi kinerja karyawan akuntansi dalam memproses laporan keuangan adalah teknologi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang digunakan. Beberapa faktor yang mempengaruhi teknologi SIA dalam proses menghasilkan laporan keuangan antara lain adalah: (1) kepercayaan dan kepuasan pengguna terhadap SIA, (2) kualitas SIA yang digunakan dan (3) niat pengguna untuk menggunakan teknologi SIA. Penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui apakah terdapat pengaruh kepercayaan terhadap kepuasan pengguna SIA serta kualitas SIA sendiri terhadap kinerja karyawan akuntansi dengan niat pengguna sebagai variabel mediasi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penentuan sampel menggunakan purposive/judgment sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan analisis jalur/path analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan dan kepuasan pengguna SIA serta kualitas SIA yang diukur dengan niat pengguna SIA memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan akuntansi. Manfaat praktis penelitian ini dapat menjadi referensi atau masukan bagi perusahaan agar lebih memberikan perhatian terkait dengan kepercayaan dan kepuasan pengguna SIA serta kualitas SIA dalam meningkatkan kinerja karyawan akuntansi melalui peningkatan kemampuan software akuntansi agar karyawan akuntansi dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik sehingga dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan
ANALISIS KARAKTERISTIK ATAP PELAT BESI SEBAGAI PERISAI MEDAN MAGNET DI BAWAH SALURAN TRANSMISI
Dengan semakin terbatasnya lahan di daerah perkotaan yang padat, sangat terbuka
kemungkinan untuk dimanfaatkannya daerah di bawah saluran transmisi, yang sebelumnya
dibiarknn kosong, untuk keperluan industri, pergudangan atau keperluan lain yang melibatkan
kehadiran manusia di daerah tersebut. Untuk itu, kualitas keselamatan dari saluran nnupun
individu di sekitarnya harus lebih ditingkatkan, termasuk keselamatan terltadap intensitas medan
magnet di sekitar saluran tersebut. Sebagai salah satu solusi alternatif adalah dengan
menggunakan bahan berpermeabilitas magnetik tinggi seperti besi sebagai perisai medan nmgnet,
yang sekaligus
juga bisa difungsikan sebagai atap bangunan. Untuk mengetahui karakteristik dari
atap pelat besi dalant nteredam intensitas medan magnet di bawah saluran transnisi tersebut,
telah dilakukan analisis atau simulasi numerik melalui rekayasa perangkat lunak dengan
menggunakan bahasa penragranlan Matlab. Sebagai saluran acuan adalah saluran transnisi 3
fasa
konfigurasi horisontal 500 kV dengan antplitudo arus nominal 2500 A. Pengaruh dari tebal
pelat, lebar dan tinggi atap serta permeabilitas bahan terhadap intensitas medan ntagnet di
permukaan tanah telah dipelajari. Hasil analisis menunjukkan bahwa atap bangunan dari baltan
pelat besi tersebut telah mampu meredam secara signifikan intensitas medan magnet yang
diterima di pernwkaan tanah. Sebagai ilustrasi, pelat besi dengan permeabilitas relatif sebesar
5000, ketebalan 2 mnt dan lebar 40 m yang diletakkan pada ketinggian l0 m telah mampu
meredam intensitas medan magnet sekitar 55%. Pengaruh ketinggian dan lebar atap pelat juga
cukup signifikan, dimana semakin lebar atap pelat dan smakin tinggi posisinya (semakin dekat ke
kawat), intensitas medan nngnet di permukaan tanah akan semakin rendah
EFFECT OF AIR CONDITION ON AP-1000 CONTAINMENT COOLING PERFORMANCE IN STATION BLACK OUT ACCIDENT
ABSTRACT
EFFECT OF AIR CONDITION ON AP-1000 CONTAINMENT COOLING PERFORMANCE IN STATION BLACK OUT ACCIDENT. AP1000 reactor is a nuclear power plant generation III+ 1000 MWe which apply passive cooling concept to anticipate accidents triggered by the extinction of the entire supply of electrical power or Station Black Out (SBO). In the AP1000 reactor, decay heat disposal mechanism conducted passively through the PRHR-IRWST and subsequently forwarded to the reactor containment. Containment externally cooled through natural convection in the air gap and through evaporation cooling water poured on the outer surface of the containment wall. The mechanism of evaporation of water into the air outside is strongly influenced by the conditions of humidity and air temperature. The purpose of this study was to determine the extent of the influence of the air condition on cooling capabilities of the AP1000 containment. The method used is to perform simulations using Matlab-based analytical calculation model capable of estimating the power of heat transfered. The simulation results showed a decrease in power up to 5% for relative humidity rose from 10% to 95%, while the variation of air temperature of 10 °C to 40°C, the power will decrease up to 15%. It can be concluded that the effect of air temperature increase is much more significant in lowering the containment cooling ability compared with the increase of humidity.
Keywords: containment cooling, AP1000, air condition, SBO
ABSTRAK
PENGARUH KONDISI UDARA TERHADAP KINERJA PENDINGINAN SUNGKUP AP-1000 DALAM KECELAKAAN STATION BLACK OUT. Reaktor AP-1000 merupakan PLTN generasi III+ berdaya 1000 MWe yang menerapkan konsep pendinginan pasif untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan yang dipicu oleh padamnya seluruh suplai daya listrik atau dikenal dengan Station Black Out (SBO). Pada reaktor AP-1000, mekanisme pembuangan kalor peluruhan dilakukan secara pasif melalui PRHR yang diteruskan ke IRWST dan selanjutnya pada sungkup reaktor. Sungkup didinginkan secara eksternal melalui konveksi alamiah pada celah udara dan melalui penguapan air pendingin yang diguyurkan di permukaan luar dinding sungkup. Mekanisme penguapan air ke udara luar sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembaban dan temperatur udara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kondisi udara tersebut terhadap kemampuan pendinginan dari sungkup AP1000. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan simulasi menggunakan model perhitungan analitis berbasis Matlab yang mampu mengestimasi daya kalor yang dievakuasi. Hasil simulasi menunjukkan adanya penurunan daya hingga 5% untuk kelembaban relatif naik dari 10% hingga 95%, sedangkan untuk variasi temperatur udara dari 10°C hingga 40°C, daya akan menurun hingga 15%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh kenaikan temperatur udara jauh lebih signifikan dalam menurunkan kemampuan pendinginan sungkup dibandingkan dengan naiknya kelembaban.
Kata kunci: pendinginan sungkup, AP1000, kondisi udara, SB
INVESTIGASI TRANSIEN TEKANAN DAN TEMPERATUR SUNGKUP REAKTOR AP1000 DALAM KECELAKAAN SBO DENGAN SET-POINT TEKANAN PENGGUYURAN BERBEDA
Reaktor AP1000 menerapkan konsep pendinginan eksternal untuk mengantisipasi naiknya tekanan akibat terjadinya kecelakaan kehilangan seluruh catu daya listrik atau Station Black Out (SBO). Mekanisme pembuangan kalor peluruhan secara pasif dilakukan melalui Passive Residual Heat Removal System (PRHRS) yang diteruskan ke In-containment Refueling Water Storage Tank (IRWST) dan selanjutnya pada sungkup reaktor. Sungkup didinginkan secara eksternal melalui konveksi alamiah pada celah udara dan melalui penguapan air pendingin yang diguyurkan di permukaan luar dinding sungkup ketika tekanan sungkup mencapai 1,7 bar sesuai set-point yang diterapkan. Dengan mekanisme ini, tekanan akan naik sampai mencapai nilai maksimum tertentu dan kemudian turun kembali ketika pendinginan sungkup sudah mulai efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perbedaan set-point tekanan pengguyuran tersebut terhadap tekanan dan temperatur maksimum yang dicapai. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan simulasi menggunakan model perhitungan analitik berbasis Matlab-07 pada kondisi transien yang mampu mengestimasi daya kalor yang dievakuasi, tekanan dan temperatur di dalam sungkup terhitung mulai terbentuknya uap di dalam sungkup. Hasil simulasi menunjukkan pola transien tekanan dan temperatur yang naik hingga maksimum dan turun kembali ke suatu nilai yang relatif tetap. Dengan variasi set-point mulai dari 1,7 bar hingga 5 bar, tekanan maksimum yang dicapai meningkat dari 3,5 bar hingga 5 bar dan temperatur maksimum dari 117 °C hingga 125 °C. Dapat disimpulkan bahwa di AP 1000, dengan naiknya set-point tekanan dimulainya pendinginan eksternal melalui pengguyuran air berpengaruh menaikkan tekanan dan temperatur maksimum yang terjadi akibat SBO.
Kata kunci: Transien tekanan, set-point pendinginan eksternal sungkup, AP1000, SBO.
AP1000 reactor applying external cooling concept to anticipate the increase in pressure due to Station Black Out (SBO). Disposal mechanism of decay heat conducted through the Passive Residual Heat Removal System (PRHRS) to In-containment Refueling Water Storage Tank (IRWST) and subsequently forwarded to the reactor containment. Containment is externally cooled through natural convection in the air gap and through evaporation cooling water poured on the outer surface of the containment wall when the pressure attaints 1.7 bars according to the applied pressure set-point. With this mechanism, the pressure will increase until it reaches certain maximum value and then decrease when containment cooling already begun effectively. The purpose of this study was to determine the effect of the set-point to the maximum pressure and temperature reached. The utilized method is to perform simulations using Matlab-07 model of analytical calculations based on a transient state that is capable of estimating the power of heat evacuated and the pressure in the containment. The simulation results show the pattern of pressure and temperature transient rises to a maximum and drops back to a value that is relatively constant. With the set-point variation ranging from 1.7 bars to 5 bars, the maximum pressure varies from 3.5 bars to 5 bars and the maximum temperature varies from 117 °C to 125 °C. It can be concluded that with increasing the set-point pressure of starting the external cooling with water, the maximum pressure and temperature increase.
Keywords: Transient pressure, containment external cooling set-point, AP1000, SBO
INVESTIGASI TRANSIEN TEKANAN DAN TEMPERATUR SUNGKUP REAKTOR AP1000 DALAM KECELAKAAN SBO DENGAN SET-POINT TEKANAN PENGGUYURAN BERBEDA
Reaktor AP1000 menerapkan konsep pendinginan eksternal untuk mengantisipasi naiknya tekanan akibat terjadinya kecelakaan kehilangan seluruh catu daya listrik atau Station Black Out (SBO). Mekanisme pembuangan kalor peluruhan secara pasif dilakukan melalui Passive Residual Heat Removal System (PRHRS) yang diteruskan ke In-containment Refueling Water Storage Tank (IRWST) dan selanjutnya pada sungkup reaktor. Sungkup didinginkan secara eksternal melalui konveksi alamiah pada celah udara dan melalui penguapan air pendingin yang diguyurkan di permukaan luar dinding sungkup ketika tekanan sungkup mencapai 1,7 bar sesuai set-point yang diterapkan. Dengan mekanisme ini, tekanan akan naik sampai mencapai nilai maksimum tertentu dan kemudian turun kembali ketika pendinginan sungkup sudah mulai efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perbedaan set-point tekanan pengguyuran tersebut terhadap tekanan dan temperatur maksimum yang dicapai. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan simulasi menggunakan model perhitungan analitik berbasis Matlab-07 pada kondisi transien yang mampu mengestimasi daya kalor yang dievakuasi, tekanan dan temperatur di dalam sungkup terhitung mulai terbentuknya uap di dalam sungkup. Hasil simulasi menunjukkan pola transien tekanan dan temperatur yang naik hingga maksimum dan turun kembali ke suatu nilai yang relatif tetap. Dengan variasi set-point mulai dari 1,7 bar hingga 5 bar, tekanan maksimum yang dicapai meningkat dari 3,5 bar hingga 5 bar dan temperatur maksimum dari 117 °C hingga 125 °C. Dapat disimpulkan bahwa di AP 1000, dengan naiknya set-point tekanan dimulainya pendinginan eksternal melalui pengguyuran air berpengaruh menaikkan tekanan dan temperatur maksimum yang terjadi akibat SBO. Kata kunci: Transien tekanan, set-point pendinginan eksternal sungkup, AP1000, SBO. AP1000 reactor applying external cooling concept to anticipate the increase in pressure due to Station Black Out (SBO). Disposal mechanism of decay heat conducted through the Passive Residual Heat Removal System (PRHRS) to In-containment Refueling Water Storage Tank (IRWST) and subsequently forwarded to the reactor containment. Containment is externally cooled through natural convection in the air gap and through evaporation cooling water poured on the outer surface of the containment wall when the pressure attaints 1.7 bars according to the applied pressure set-point. With this mechanism, the pressure will increase until it reaches certain maximum value and then decrease when containment cooling already begun effectively. The purpose of this study was to determine the effect of the set-point to the maximum pressure and temperature reached. The utilized method is to perform simulations using Matlab-07 model of analytical calculations based on a transient state that is capable of estimating the power of heat evacuated and the pressure in the containment. The simulation results show the pattern of pressure and temperature transient rises to a maximum and drops back to a value that is relatively constant. With the set-point variation ranging from 1.7 bars to 5 bars, the maximum pressure varies from 3.5 bars to 5 bars and the maximum temperature varies from 117 °C to 125 °C. It can be concluded that with increasing the set-point pressure of starting the external cooling with water, the maximum pressure and temperature increase. Keywords: Transient pressure, containment external cooling set-point, AP1000, SBO
EFFECT OF AIR CONDITION ON AP-1000 CONTAINMENT COOLING PERFORMANCE IN STATION BLACK OUT ACCIDENT
ABSTRACT EFFECT OF AIR CONDITION ON AP-1000 CONTAINMENT COOLING PERFORMANCE IN STATION BLACK OUT ACCIDENT. AP1000 reactor is a nuclear power plant generation III+ 1000 MWe which apply passive cooling concept to anticipate accidents triggered by the extinction of the entire supply of electrical power or Station Black Out (SBO). In the AP1000 reactor, decay heat disposal mechanism conducted passively through the PRHR-IRWST and subsequently forwarded to the reactor containment. Containment externally cooled through natural convection in the air gap and through evaporation cooling water poured on the outer surface of the containment wall. The mechanism of evaporation of water into the air outside is strongly influenced by the conditions of humidity and air temperature. The purpose of this study was to determine the extent of the influence of the air condition on cooling capabilities of the AP1000 containment. The method used is to perform simulations using Matlab-based analytical calculation model capable of estimating the power of heat transfered. The simulation results showed a decrease in power up to 5% for relative humidity rose from 10% to 95%, while the variation of air temperature of 10 °C to 40°C, the power will decrease up to 15%. It can be concluded that the effect of air temperature increase is much more significant in lowering the containment cooling ability compared with the increase of humidity. Keywords: containment cooling, AP1000, air condition, SBO ABSTRAK PENGARUH KONDISI UDARA TERHADAP KINERJA PENDINGINAN SUNGKUP AP-1000 DALAM KECELAKAAN STATION BLACK OUT. Reaktor AP-1000 merupakan PLTN generasi III+ berdaya 1000 MWe yang menerapkan konsep pendinginan pasif untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan yang dipicu oleh padamnya seluruh suplai daya listrik atau dikenal dengan Station Black Out (SBO). Pada reaktor AP-1000, mekanisme pembuangan kalor peluruhan dilakukan secara pasif melalui PRHR yang diteruskan ke IRWST dan selanjutnya pada sungkup reaktor. Sungkup didinginkan secara eksternal melalui konveksi alamiah pada celah udara dan melalui penguapan air pendingin yang diguyurkan di permukaan luar dinding sungkup. Mekanisme penguapan air ke udara luar sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembaban dan temperatur udara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kondisi udara tersebut terhadap kemampuan pendinginan dari sungkup AP1000. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan simulasi menggunakan model perhitungan analitis berbasis Matlab yang mampu mengestimasi daya kalor yang dievakuasi. Hasil simulasi menunjukkan adanya penurunan daya hingga 5% untuk kelembaban relatif naik dari 10% hingga 95%, sedangkan untuk variasi temperatur udara dari 10°C hingga 40°C, daya akan menurun hingga 15%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh kenaikan temperatur udara jauh lebih signifikan dalam menurunkan kemampuan pendinginan sungkup dibandingkan dengan naiknya kelembaban. Kata kunci: pendinginan sungkup, AP1000, kondisi udara, SB
OPTIMASI PENDINGINAN EKSTERNAL PADA MODEL SUNGKUP PWR-1000 MENGGUNAKAN METODE ESTIMASI ANALITIK
Sungkup reaktor merupakan benteng terakhir dalam menahan terlepasnya zat-zat radioaktif ke lingkungan ketika terjadi suatu kecelakaan reaktor. Oleh karena itu integritasnya harus selalu dipertahankan yang antara lain dilakukan dengan cara mencegah dilampauinya batas desain tekanan dan temperatur yang bisa terjadi pada kondisi kecelakaan melalui pendinginan sungkup yang mencukupi. Pada reaktor generasi III+ yang menerapkan konsep pendinginan pasif seperti AP1000, sungkup didinginkan secara eksternal melalui konveksi alamiah pada celah udara dan guyuran air pendingin di permukaan luar sungkup. Karakteristik pendinginan eksternal ini akan diteliti secara eksperimental melalui model sungkup PWR1000 berskala 1/40. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai debit optimal yang diperlukan dalam pendinginan model sungkup sebelum konfirmasi secara eksperimental dilakukan. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan pemodelan analitis dan pemrograman berbasis Matlab yang mampu mengestimasi nilai-nilai parameter pendinginan eksternal seperti laju alir, temperatur dan daya kalor yang dievakuasi. Penerapan program pada sungkup AP1000 juga dilakukan untuk bisa dibandingkan dengan data desain. Hasilnya menunjukkan kesesuaian dengan data desain sungkup AP1000 dengan debit optimal sebesar 9,5 liter/detik yang mampu mengevakuasi kalor sebesar 21,6 MW. Sedangkan pada model sungkup diperoleh debit optimal sebesar 22 cc/detik yang mampu mengevakuasi kalor sebesar 37 KW. Disimpulkan bahwa dengan penelitian ini karakteristik pendinginan eksternal sungkup reaktor PWR mampu diestimasi dan bersamaan dengan itu dapat diketahui nilai optimal dari debit pendingin yang diperlukan.Kata kunci: pendinginan eksternal, sungkup PWR, estimasi analitik, AP1000. Reactor containment is the last barrier in avoiding the release of radioactive substances into the environment in the event of a reactor accident. Therefore, its integrity must always be maintained, among others, performed in a manner to prevent the exceeding of pressure and temperature design limit that could occur in an accident, through adequate containment cooling. In generation III + reactors which passive cooling concepts are applied such as the AP1000, the containment is externally cooled by natural convection in the air gap and a splash of cooling water in the outer surface. External cooling characteristics will be investigated experimentally through PWR1000 containment models of 1/40 scale. The purpose of this research is to determine the optimal flow of cooling required in the model before confirming experimentally performed. The method used is to perform analytical modeling and programming based on Matlab which is able to estimate the values of external cooling parameters such as flow rate, temperature and heat power evacuated. Implementation of the program on the AP1000 containment is also performed to be compared with the design data. The results shows the conformity with the AP1000 containment design data with optimal flow of 9.5 liters/sec that is able to evacuate the heat of 21.6 MW. While for the containment model, the optimal flow obtained at 22 cc / sec which is capable of evacuating the heat by 37 KW. This study concluded that the characteristics of the external cooling of PWR containment could be estimated and in conjunction, the optimal cooling flow required can be determined. Keywords: external cooling, PWR containment, analytical estimation, AP1000
INVESTIGATION OF RDE THERMAL PARAMETERS CHANGES IN RESPONSE TO LONG-TERM STATION BLACK OUT
Due to long-term station black out (SBO) of the RDE (Experimental Power Reactor), the residual heat from the core will be removed to a residual heat removal system (RHRS). The objective of this study is to know the transient characteristic of RDE thermal parameters in response to the loss of residual heat removing ability for long-term. To achieve this objective, an analysis model of reactor thermal parameters changes during SBO, using Matlab program to simulate heat transfer equations of conduction, convection and radiation has been performed. Using this program, the changes of RDE thermal parameters until 800 hours after reactor trip have been analyzed. It is concluded that, in long-term SBO condition, the reactor is still safe with the maximum core temperature of 1140°C, which is still far under the safety limit of 1600°C as stated in the design criteria. More attentions are needed to be taken with the increasing of concrete temperature up to 600°C when the water storage is empty. Therefore, the availability of water in the RHRS shall absolutely be maintained.Keywords: experimental power reactor, residual heat removal, transient, Matlab. INVESTIGASI PERUBAHAN PARAMETER TERMAL RDE PADA KONDISI KEHILANGAN CATU DAYA LISTRIK DALAM JANGKA PANJANG. Akibat kehilangan catu daya listrik luar pada Reaktor Daya Eksperimental (RDE), panas sisa dari reaktor dibuang ke suatu sistem pembuang panas sisa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik transien parameter termal RDE ketika terjadi kegagalan pembuangan kalor sisa tersebut dalam jangka panjang. Untuk mencapai tujuan tersebut telah disusun model analisis perubahan parameter termal reaktor ketika terjadi Station Black Out (SBO) menggunakan pemrograman Matlab dengan melibatkan persamaan-persamaan perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi. Dengan menggunakan program ini perubahan parameter termal RDE hingga 800 jam setelah reaktor trip telah dianalisis. Disimpulkan bahwa pada kondisi SBO dalam jangka panjang tersebut, reaktor masih tetap aman dengan temperatur maksimum teras sebesar 1140 °C, yaitu masih jauh di bawah batas aman 1600 °C yang telah ditetapkan dalam kriteria desain. Perlu diperhatikan adanya peningkatan temperatur beton hingga 600 °C jika air pendingin sudah habis. Oleh karena itu, ketersediaan air pendingin di sistem pembuang panas sisa mutlak harus dijaga.Kata kunci: reaktor daya eksperimental, pembuang panas sisa, transien, Matlab
NUMERICAL STUDY ON CONDENSATION IN IMMERSED CONTAINMENT SYSTEM OF ADVANCED SMR DURING UNCONTROLLED DEPRESSURIZATION
A number of Small Modular Reactor designs have been developed by several countries and mostly each comes with specific innovative improvements. One of them is NuScale reactor which implements a steel, small size immersed-in-pool containment system. This new approach derives new challenges as the control for temperature and pressure inside the containment is conducted without any active system. Passive heat transfer and condensation is important parameter that needs to be investigated for this kind of containment design. Hence, this work examines the condensation, pressure and the effect of pool temperature on the capability of the containment to remove heat and maintain integrity passively. The work is performed using numerical simulation by modeling the reactor into RELAP5 code. The calculation result shows that during depressurization, the maximum pressure limit of 5.5 MPa is not exceeded. Besides, the containment design provides enough capability to transfer heat from the containment to the water pool passively. This work also investigates sensitivity analysis of pool temperature which shows that for the increase of about 17 oC, the heat removal from the containment to water pool is only slightly affected with value less than 3 percent.
Keywords: Containment, Condensation, RELAP5, NuScale, Depresurization
STUDI NUMERIK PROSES KONDENSASI PADA SISTEM PENGUNGKUNG TERENDAM UNTUK SMR SAAT DEPRESURISASI TAK TERKENDALI. Sejumlah disain reaktor modular daya kecil (SMR) sedang dikembangkan dan dibangun oleh beberapa negara dan umumnya masing masing reaktor tersebut memiliki inovasi tersendiri. Salah satunya adalah reaktor NuScale yang menggunakan sistem penggungkung ukuran kecil berbahan logam yang terendam dalam kolam air. Pendekatan baru ini memunculkan tantangan baru karena pengendalian temperatur dan tekanan dalam pengungkung dilakukan tanpa sistem aktif (peralatan bertenaga listrik). Sehingga perpindahan panas dan kondensasi secara pasif merupakan parameter penting yang perlu diinvestigasi untuk disain pengungkung seperti ini. Oleh karena itu, penelitian ini akan memeriksa kondensasi, tekanan dan pengaruh temperatur kolam terhadap kemampuan pengungkung memindahkan panas dan menjaga integritasnya. Investigasi dilakukan menggunakan simulasi numerik dengan memodelkan reaktor ke dalam program RELAP5. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa selama depresurisasi, batas maksimum tekanan sebesar 5,5 MPa tidak terlampaui. Selain itu, disain pengungkung mampu memindahkan panas ke kolam reaktor secara pasif. Penelitian ini juga melakukan analisis sensitivitas temperatur kolam reaktor dan hasilnya menunjukkan bahwa untuk kenaikan temperatur kolam sebesar 17 oC, pemindahan panas dari pengungkung ke kolam hanya sedikit terpengaruh, yakni kurang dari 3 persen.
Kata kunci : Pengungkung, Kondensasi, RELAP5, NuScale, Depresurisas