16 research outputs found
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ULKUS DIABETIK PADA PASIEN DIABETES MELITUS: LITERATURE REVIEW
Ulkus diabetik adalah luka yang terjadi karena adanya kelainan pada saraf, kelainan
pembuluh darah dan adanya infeksi. Penderita diabetes melitus memiliki 15-25%
berpotensi mengalami ulkus diabetik selama hidup mereka dan tingkat kekambuhan
50-70% selama 5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya ulkus diabetik pada pasien diabetes melitus. Metode
penelitian ini dilakukan dengan cara penelusuran jurnal menggunakan database
Google Scholar dan Pubmed dalam 5 tahun terakhir dari 1 Januari 2016 sampai 31
Mei 2021. Kata kunci yang digunakan, bahasa indonesia: Faktor-faktor, Ulkus
diabetik, Diabetes melitus dan kata kunci bahasa inggris: Factors, Incidence, Diabetic
ulcers, Diabetes ulcers, Diabetes mellitus. Didapatkan faktor yang mempengaruhi
terjadinya ulkus diabetik pada pasien diabetes melitus adalah usia, tempat tinggal,
pekerjaan, pendidikan, pendapatan, lama menderita, perawatan kaki, obesitas,
neuropati perifer, riwayat ulkus sebelumnya, DM tipe II dan kontrol glikemik
Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe-2 : Literature Review
Latar Belakang: Pasien DM Tipe II di Indonesia mengalami peningkatan jumlah
penderita sebanyak 2% setiap tahunnya. Salah satu faktor penyebab penyakit DM
Tipe II adalah kurangnya aktivitas fisik.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas
fisik terhadap kadar gula darah pada pasien DM Tipe II.
Metode: Penelusuran literatur dilakukan melalui Google Schoolar dan PubMed.
Keywords yang digunakan dalam bahasa Inggris adalah exercise dan diabetic
mellitus sedangkan dalam bahasa Indonesia adalah aktivitas fisik dan kadar gula
darah .Penelusuran dilakukan sampai Juni 2021. Hasil penelusuran didapatkan 5
artikel yang sesuai dengan topik yang direview.
Hasil: berdasarkan hasil artikel yang penulis analisa didapatkan bahwa adanya
pengaruh atara kurangnya beraktivitas fisik dengan naiknya kadar gula darah pada
pasien diabetes meliitus tipe 2.
Simpulan dan Saran: Penderita diabetic millitus tipe 2 yang melakukan aktivitas
fisik seperti berjalan kaki, naik sepeda, melakukan pekerjaan sehari-hari dalam
kategori berat, sedang, maupun ringan memilik dampak terhadap kadar gula darah.
Pengaruh latihan fisik setiap individu terhadap pneurunan glukosa darah,
tergantung pada intensitas, durasi, jenis, dan frekuensi latiha
Perbedaan Pencegahan Risiko Diabetes Melitus Pada Lansia Di Pos Pembinaan Terpadu: Literature Review
Latar Belakang: Diabetes Melitus merupakan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, protein ditandai dengan naiknya kadar glukosa dalam darah. Salah satu bentuk
Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat yang baru dikembangkan Pemerintah melalui
tiga komponen utama yaitu surveilans faktor risiko, promosi kesehatan, pencegahan
melalui inovasi dan reformasi manajemen pelayanan kesehatan adalah pos pembinaan
terpadu
penyakit tidak menular.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaaan Pencegahan Risiko Diabetes Melitus
Pada Lansia Di Pos Pembinaan Terpadu.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan kata kunci berupapencegahan,
risiko, diabetes mellitus, lansia, posbindu. Pencarian jurnal menggunakandatabase Google Scholar
dan PubMed. Analisis data menggunakan seleksi literature(PRISMA) dengan kriteria inklusi naskah
full text diakses dalam rentang tahun 1 Januari 2017 –
1 Januari 2021 wilayah yang diambil
Indonesia. Setelah dilakukan penilaiankualitas kelayakan menggunakan JBICritical appraisal
Hasil: Keberhasilan pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular ditentukan
oleh keterlibatan peran aktif berbagai pihak mulai pemerintah, organisasi masyarakat, organisasi
profesi, swasta dan lain-lain.
Simpulan dan
Saran: Masyarakat yang datang mengikuti posbindu adalah para lansia
dan manula, pencegahan Diabetes Melitus dilakukan sedini mungkin, sehingga beberapa
kondisi faktor risiko penyakit tidak menular dapat dikendalikan melalui diet sehat,
aktifitas fisik cukup gaya hidup sehat seperti berhenti merokok, pengelolaan stres
Gambaran kualitas hidup pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa: literature review
Pasien gagal ginjal kronik harus melakukan terapi hemodialisis untuk memperpanjang
usia harapan hidup, keadaan ini mempengaruhi kualitas hidup pasien. Kualitas hidup
pasien hemodialisis dipengaruhi oleh faktor, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, penyakit dasar PGK, komorbid, status nutrisi, penatalaksanaan medis dan
lama menjalani hemodialisis. Tujuan literature review mengetahui gambaran kualitas
hidup pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Penelitian
dilakukan dengan metode cross sectional dengan kriteria sampel sesuai data inklusi,
dilakukan dengan mengumpulkan sumber referensi ilmiah dari database Google
Scholar dan pubmed. Didapatkan tiga jurnal nasional yang menjelaskan bahwa
kualitas hidup buruk dipengaruhi oleh dimensi fisik terutama usia akan mempengaruhi
kualitas hidup pasien Kualitas hidup rendah dipengaruhi oleh segi kesehatan fisik,
kesehatan psikologis, dan pengaruh dimensi lingkungan terhadap kualitas hidup
responden. Kualitas hidup baik hal ini dipengaruhi oleh pasien yang lebih menjaga
kesehatan dengan merubah pola dan gaya hidupnya menjadi lebih sehat dengan
berolahraga ringan dan menjaga asupan makanan dan minuman
Hubungan kepatuhan minum obat dengan kualitas hidup pada pasien hipertensi di Puskesmas Mantrijeron
Latar belakang : Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tidak menular tapi menjadi pembunuh yang tersembunyi atau yang disebut dengan “silent killer”. Pasien hipertensi yang tidak melakukan terapi pengobatan dalam jangka waktu lama akan menyebabkan komplikasi, apabila kondisi tersebut tidak dapat ditangani menimbulkan ketidaknyamanan dan akan berpengaruh dengan kualitas hidup pasien hipertensi. Kondisi tersebut dapat dicegah dan ditanggulangi dengan cara terapi obat secara rutin.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dengan kualitas hidup pada pasien hipertensi di Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional. Responden
penelitian terdiri dari 74 pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta. Pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data menggunakan instrument kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji korelasi Pearson’s.
Hasil : Penelitian ini menyatakan bahwa kepatuhan minum obat pada pasien
menyatakan 84% memiliki kategori kepatuhan minum obat sedang dengan tingkat kualitas hidup 64% memiliki kategori kualitas hidup tinggi. Analisis korelasi Pearson’s menunjukkan bahwa nilai r=0,257 dan p=0,027 (<0,05) mengidentifikasi bahwa hubungan yang terjadi bersifat rendah.
Simpulan dan saran : Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat terhadap kualitas hidup. Dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dengan kepatuhan minum obat
Hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku konsumsi makanan pada pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas Lendah 2 Kulon Progo
Latar Belakang Penelitian: Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit
kronis ditandai dengan tingginya kadar gula darah yang terjadi akibat tubuh tidak
dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. DM tipe II adalah
penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap insulin. Meningkatnya jumlah
penderita diabetes melitus salah satunya disebabkan oleh kebiasaan makan yang
tidak baik dapat memperparah resistensi insulin.
Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku konsumsi
makanan pada pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas Lendah 2 Kulon Progo.
Metodologi Penelitian: Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif
korelatif cross sectional. Teknik pengambilan sampling menggunakan total sampling
dengan melibatkan sebanyak 43 orang responden di Puskesmas Lendah 2 Kulon
Progo. Pengukuran tingkat pengetahuan dan perilaku konsumsi makanan
menggunakan kuesioner. Analisis statistik menggunakan uji koelasi chi square.
Hasil penelitian: Hasil analisis bivariat dari 43 responden dalam penelitian ini
mayoritas 55,8% memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 53,5% memiliki perilaku
konsumsi makanan buruk. Uji korelasi chi square menandakan adanya hubungan
tingkat pengetahuan terhadap perilaku konsumsi makanan dengan nilai p value =
0,027 (<0,05).
Simpulan dan saran: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap
perilaku konsumsi makanan pada pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas
Lendah 2 Kulon Progo. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk dapat
meningkatkan pengetahuannya sehingga menjadikan perilaku konsumsi makanan lebih baik
EFEKTIVITAS LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) PASIF TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PASIEN STROKE
Latar belakang :Stroke merupakan penyebab kematian kedua dan penyebab
disabilitas ketiga didunia. menurut American Heart Association (AHA), angka
kecacatan akibat stroke umumnya lebih tinggi daripada angka kematian, sekitar 15
juta orang terkena serangan stroke setiap tahunnya, satu pertiga meninggal dan
sisanya mengalami cacat permanen. Pada pasien stroke, sekitar 70-80% mengalami
hemiparesis dengan 20% dapat mengalami penigkatan fungsi motorik dan sekitar
50% mengalami gejala sisa berupa gangguan fungsi motorik atau kelemahan otot
pada anggota ekstremitas bila tidak mendapatkan pilihan terapi yang baik dalam
intervensi keperawatan maupun rehabilitasi pasca stroke.
Tujun : Tujuan Literature Review ini adalah untuk mengetahui efektivitas latihan
Range Of Motion (ROM) pasif terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien
stroke.
Metode: penelusuran literature review menggunakan database google scholar dan
pubmed, jurnal yang terbit pada tahun 2013-2018, naskah fulltext, dan merupakan
jurnal intervensi latihan ROM pasif terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien
stroke dengan hemiparesis.
Hasil : Berdasarkan lima jurnal yang telah direview tentang efektivitas ROM pasif
terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke membuktikan bahwa latihan
ROM pasif efektif untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke. Pemberian
latihan ROM dilakukan minimal dua kali dalam sehari dengan durasi waktu 15-35
menit dan dilakukan minimal 4 kali pengulangan setiap gerakan selama 1-4 minggu
latihan.
Simpulan : kesimpulan dari lima jurnal tersebut yaitu latihan ROM pasif yang
dilakukan secara terprogram dan berkelanjutan efektif untuk meningkatkan kekuatan
otot pada pasien stroke. peneliti merekomendasikan latihan ROM sebagai altiernatif
untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke yang menjalani proses
rahabilitasi
Hubungan dukungan keluarga dengan konsep diri pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi pada nefron sehingga
dibutuhkan terapi pengganti ginjal yaitu hemodialisa. Pasien yang menjalani
hemodialisa dalam kehidupan sehari-hari akan mengalami perubahan psikososial
yang dapat mempengaruhi konsep diri dan pasien yang menjalani hemodialisa
memerlukan dukungan dari keluarga karena keluarga dapat dijadikan sumber
dukungan atau support sistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan dukungan keluarga dengan konsep diri pada pasien gagal ginjal kronik
diruang hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan
sampel menggunakan Accidental Sampling dan didapatkan sebanyak 86
responden di Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Pengukuran dukungan keluarga dan konsep diri menggunakan Kuesioner yaitu
kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner konsep diri. Analisis statistik
menggunakan uji korelasi Kendall Tau. Responden dalam penelitian ini (72,1%)
memiliki dukungan keluarga baik, (68,6%) memiliki konsep diri yang tinggi.
Hasil uji korelasi Kendall Tau menunjukan terdapat hubungan antara dukungan
keluarga dan konsep diri pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa
dengan nilai p= 0,007 (p < 0,05). Terdapat hubungan signifikan antara dukungan
keluarga dengan konsep diri pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa
di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian
ini responden dapat meningkatkan rasa percaya diri, tidak mudah putus asa dan
selalu bersemangat untuk tetap menjalani terapi pengobatan sesuai dengan anjuran
petugas kesehatan
Kecemasan dan fatigue pada pasien hemodialisa: literature review
Latar Belakang : Pasien yang mengalami gagal ginjal kronik memerlukan suatu
penanganan untuk mempertahankan hidupnya, metode penunjang yang paling sering
dilakukan oleh pasien gagal ginjal kronik adalah hemodialisa. Pasien dengan terapi
hemodialisa dominan mengalami fatigue dan juga kecemasan.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum terkait kecemasa
dan fatigue pada pasie hemodialisa.
Metode : Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan penelusuran artikel
menggunakan database Google Shcolar dan Pubmed dalam 5 tahun terakhir dari 1
Januari 2017 sampai 30 November 2021. Kata kunci yang digunakan, bahasa
Indonesia: Kecemasan dan Fatigue pada pasien hemodialisa kata kunci bahasa Inggris:
Anxiety and fatigue hemodialysis patients.
Hasil : Penelusuran didaptakan dari 8 artikel terdapat 4 artikel yang membahas tentang
fatigue dan mengatakan bahwa semua responden dominan mengalami fatigue.
Dibandingkan dengan pasien transpalati ginjal, pasien hemodialisa, dan pasien dengan
keganasan hematologi pravlensi fatigue paling tinggi yaitu pada pasien hemodialisa
mencapai 53,3%. Berdasarkan dari 8 artikel yang membahas tentang kecemasan
mengatakan bahwa semua responden dominan mengalami kecemasan dengan
peresentasi 78,4%. Dibandingkan dengan pasien transpalati ginjal, pasien hemodialisa,
dan pasien dengan keganasan hematologi pravlensi kecemasan paling tinggi yaitu pada
pasien hemodialisa(53.3%) .
Simpulan dan Saran : Fatigue dan kecemasan merupakan masalah yang sering
dialami oleh pasien hemodialisa. Diperlukan intervensi yang tepat untuk memantau dan
mengurangi fatigue dan kecemasan pada pasien hemodialisa
Hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan terapi insulin pada pasien diabetes melitus : literature review
Latar Belakang : Diabetes merupakan penyakit kronis serius yang terjadi karena
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau
glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
dihasilkannya. Pengelolaan penyakit DM dikenal dengan empat pilar utama yaitu
penyuluhan atau edukasi, terapi gizi, latihan fisik atau aktivitas fisik, dan
Farmakoterapi. Salah satu indikator keberhasilan pengontrolan DM ialah pengobatan.
Untuk mencapai pengobatan yang optimal maka diperlukan kepatuhan terhadap
pengobatan, salah satunya yaitu kepatuhan terapi insulin.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan
terapi insulin pada pasien diabetes melitus.
Metode : Penelusuran literature ini dilakukan menggunakan Google Scholar, dan
PubMed. Kata kunci yang digunakan dalam bahasa Indonesia adalah “dukungan
keluarga, kepatuhan terapi insulin, diabetes mellitus” sedangkan kata kunci dalam
bahasa inggris adalah “Family Support, Insulin Therapy Adherence, Diabetes
Mellitus”. Penelusuran dilakukan dari 01 Januari 2012 sampai 31 Desember 2022.
Hasil : Didapatkan 8 jurnal, 7 jurnal nasional dan 1 jurnal internasional yang
menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan
terapi insulin pada pasien DM.
Simpulan : Dukungan keluarga mempunyai peran penting terhadap pasien untuk
meningkatkan kepatuhan terapi insulin, selain itu untuk mengontrol dampak fisik
sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup pasien tersebut