12 research outputs found

    Karakterisasi dan Pendugaan Daya Tahan Simpan Bio Oil (Minyak Alpukat dan Minyak Buah Merah)

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk menduga masa simpan bio oil (minyak alpukat dan minyak buah merah) dalam kemasan botol kaca gelap dengan volume 50 mL. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode akselerasi model Arrhenius dengan menyimpan produk minyak pada berbagai suhu yang ditentukan yang dianggap sebagai kondisi ekstrim. Suhu penyimpanan untuk minyak alpukat dan minyak buah merah adalah 350C, 400C dan 450C dan suhu ruang sebagai kontrol. Penyimpanan dilakukan selama 98 hari dengan selang waktu pengamatan 2 minggu sekali. Pendugaan umur simpan minyak alpukat apabila disimpan dalam suhu ruang adalah 2 tahun 2 bulan, sedangkan untuk minyak buah merah yaitu 8 bulan

    Peningkatan Proses Ekstraksi Minyak Biji Mimba (Neem Seed Oil) dan Purifikasinya

    Full text link
    Minyak mimba (neem seed oil) dapat dimanfaatkan dalam bidang kosmetika antara lain: sabun antiseptik, shampoo, krim lulur, dan lotion anti-serangga. Minyak mimba dapat diperoleh dengandi press ataupun diekstrak menghunakan heksan. Rendemen minyak mimba dengan cara pengepresan relatif lebih sedikit Sehingga dilakukan pengembangan ekstraksi minyak mimba dengan pengukusan biji mimba selama 30 menit untuk membuka sel-sel dari jaringan minyak sebelum dilakukan hydroulic press dan screw press. Kemudian dilakukan penjernihan minyak dengan bleaching earth dan arang aktifsehingga diperoleh minyak yang lebih jernih. Pada penelitian ini dilakukan 2 (dua) tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan dibagi 2 (dua) tahap yaitu tahap ke-1, persiapan bahan baku dengan cara pemisahan kulit biji mimba dan penggilingan sehingga bubuk. Tahap ke-2, proses pengukusan bubuk biji mimba selama 30 menit dan dikeringkan dioven 50oC selama 30 menit kemudian di ekstrak dengan cara hydroulic press dan screw press. Pada penelitian lanjutan, purifikasi minyak dengan arang aktif dan silikat (bleaching earth) untuk memperoleh minyak mimba yang lebih jernih. Hasil penelitian diperoleh rendemen minyak tertinggi dengan cara kukus sekitar 22 % serta hasil purifikasi/penjernihan minyak diperoleh warna minyak lebih jernih. Minyak mimba diesterifikasi dan dianalisis menggunakan Gas chromatography (GC) Hasil analisis minyak dengan gas kromatografi diperoleh dua komponen tertinggi yaitu senyawa eugenol dan asam palmita

    Pendugaan Masa Simpan Bumbu Rawon dengan Metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT)

    Full text link
    Rawon adalah makanan tradisional Indonesia yang diketahui berasal dari Jawa Timur dan telah dikenal sejak awal abad 18 hingga saat ini. Rawon menggunakan keluak sebagai bumbu penting yang memberikan warna hitam serta rasa dan aroma yang khas. Adanya kandungan sianida pada keluak mentah menyebabkan perlunya penanganan tertentu sebelum dapat dikonsumsi dengan aman. Saat ini, kerumitan persiapan bumbu masakan rawon dapat diatasi dengan adanya bumbu rawon siap masak. Pengembangan bumbu siap masak pun kini mulai dilakukan oleh Industri Kecil Menengah (IKM) sehingga diperlukan studi pendugaan masa simpan pada bumbu siap masak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pendugaan masa simpan bumbu rawon siap masak yang diproduksi oleh salah satu IKM di Bogor. Pendugaan masa simpan dilakukan menggunakan metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT). Sampel uji disimpan pada 3 suhu yang berbeda kemudian diuji parameter kritisnya pada hari ke-0, 7, 14, dan 21. Hasil uji kemudian diolah sehingga didapatkan masa simpan selama 241 hari berdasarkan parameter kritis asam lemak bebas

    Peningkatan Nilai Kalor Pellet Biomassa Cocopeat sebagai Bahan Bakar Terbarukan dengan Aplikasi Torefaksi

    Full text link
    Torefaksi adalah suatu proses termokimia yang dilakukan pada temperatur 200-300°C dengan kondisi tanpa udara. Proses ini berfungsi untuk mengubah biomassa menjadi bahan bakar padat yang relatif mempunyai kandungan energi yang lebih tinggi dari sebelumnya. Torefaksi dapat meningkatkan kerapatan energi, tahan air, memudahkan penggilingan, membuatnya aman dari degradasi biologis, memudahkan transportasi dan penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan karakteristik pellet biomassa cocopeat (yang merupakan hasil samping pengolahan sabut kelapa) menjadi bahan bakar padat dengan penerapan proses torefaksi Biomassa cocopeat dibuat menjadi bentuk pellet dengan proses pengeringan, pengayakan, pengadukan, dan pemelletan. Pellet yang dihasilkan selanjutnya ditorefaksi pada suhu 300oC selama 1,5 jam dan hasilnya dibandingkan cocopeat dengan tanpa perlakuan torefaksi untuk melihat kandungan energinya pellet. Hasil kedua perlakuan pellet cocopeat tersebut selanjutnya juga dibandingkan untuk melihat kandungan kualitas emisi udara yang dihasilkan saat pembakaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan energi dari pellet cocopeat dengan perlakuan torefikasi menunjukkan peningkatkan energi sebesar 36%. Sementara emisi udara yang dihasilkan dari pembakaran memenuhi persyaratan standard emisi udara sesuai peraturan yang berlaku

    Potensi Kacang Koro Pedang (Canavila Ensiformis Dc) Sebagai Sumber Protein Produk Pangan

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk: (1) memperoleh kondisi/perlakuan optimum untuk menghilangkan kadar HCN dan bau langu kacang koro; (2) formulasi dan pembuatan produk kacang koro, serta (3) mengetahui daya terima konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Hasil anal isis awal bahan baku kacang koro pedang menunjukkan HCNnya sudah tidak terdeteksi, sedangkan kandungan asam fitat nya adalah 2,21 %. Perlakuan perendaman 3 hari, perendaman 12 jam dan perendaman 1 hari dengan penambahan NaHC03 1 % dapat mereduksi kandungan asam fitat. Produk tempe, susu, dan snack dapat dibuat dari kacang koro tanpa substitusi kacang kedelai, sedangkan tahu koro harus disubstitusi oleh kedelai hingga 65%. Tempe koro pedang yang paling disukai adalah tempe dengan perlakuan perendaman koro 3 hari dengan kadar protein sebesar 12,2%. Tahu koro pedang yang paling disukai adalah formula koro pedang 20 % baik dengan perendaman 1 hari(penambahan NaHC03 1 %) maupun dengan perendaman 3 hari dengan kadar protein sebesar 11,1 % dan10,7%. Susu koro pedang yang paling disukai adalah susu koro perendaman 3 hari yang diberi essens strawberi dengan kadar protein 3,90%. Snack koro pedang dan koro benguk yang paling disukai adalah dalam bentuk stick koro dengan perlakuan perendaman koro selama 3 hari dengan kadar 10%

    Pembuatan Dietanolamida dari Asam Lemak Sawit Destilat dan Minyak Kelapa untuk Sabun Transparan

    Full text link
    Asam lemak sawit destilat (ALSD) merupakan hasil samping pada tahap pemurnian (refining) dalam industri minyak goreng. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan Dietanolamida (DEA) dari asam lemak sawit destilat (ALSD) dan minyak kelapa (MK), mengetahui kinerja surfaktan DEA yang dihasilkan, aplikasi DEA untuk sabun transparan, dan untuk mengetahui uji kesukaan/organoleptik konsumen terhadap sabun transparan. Perlakuan yang digunakan adalah dengan variasi metil ester ALSD dan metil ester MK dalam pembuatan DEA. Metode pembuatan DEA yang digunakan meliputi proses esterifikasi dan amidasi. Proses ini dibagi ke dalam dua (2) bagian yaitu proses pembuatan DEA dari campuran metil ester ALSD dan metil ester MK dan pembuatan sabun transparan menggunakan DEA yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan tegangan permukaan DEA terbaik adalah 39,13 dyne/cm dan tegangan antar muka terbaik adalah 3,67 dyne/cm. Sabun transparan yang disukai adalah sabun dengan penambahan DEA dari metil ester ALSD : metil ester minyak kelapa sebanyak 1:3 (v/v

    Uji Stabilitas Warna Hasil Kopigmentasi Asam Tanat dan Asam Sinapat pada Pigmen Brazilin Asal Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L.)

    Full text link
    Secang merupakan jenis tanaman kayu yang berpotensi untuk digunakan sebagai pewarna alami pada makanan. Salah satu komponen warna dalam secang adalah pigmen Brazilin. Suhu pemanasan, cahaya ultraviolet, dan adanya metal dapat mempengaruhi stabilitas dan laju degradasi pigmen Brazilin. Salah satu cara untuk menurunkan laju degradasi pigmen Brazilin adalah melalui proses kopigmentasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kopigmentasi dengan asam tanat dan asam sinapat terhadap stabilitas warna pigmen Brazilin. Pada penelitian ini dilakukan kopigmentasi dengan senyawa kopigmen yaitu asam tanat dan asam sinapat dengan perbandingan 1:0; 1:1; 2:1; dan 5:1. Uji stabilitas dilakukan dengan menguji hasil kopigmentasi mana yang mengasilkan efek bathokromik dan hiperkromik terbaik saat dipanaskan pada suhu 40 °C, 50 °C, 60 °C, 70 °C, dan 80 °C. Pengukuran stabilitas warna diuji dengan laju retensi warna, konstanta laju degradasi (nilai k) dan pengukuran kualitas warna dilakukan menggunakan Chromameter dengan cara menguji nilai derajat merah dan biru (a value) dan °hue. Hasil menunjukkan bahwa kopigmentasi menggunakan asam tanat lebih efektif dalam menstabilkan pigmen Brazilin dibandingkan dengan kopigmentasi dengan asam sinapat melalui hasil uji bathokromik, hiperkromik, retensi warna, konstanta laju degradasi, nilai a, dan nilai °hue

    Pengaruh Perbandingan Asam Format dan Hidrogen Peroksida dalam Pembuatan Senyawa Epoksi dari Minyak Kelapa Sawit

    Full text link
    Senyawa epoksi merupakan produk komersial yang dapat diterapkan untuk beberapa tujuan seperti plasticizer, stabilizer, dan coating resin polimer, serta antioksidan dalam pengolahan karet alam. Penelitian ini bertujuan untuk membuat senyawa epoksi berbasis minyak sawit kasar dengan melakukan optimasi proses dengan variabel pelarut, suhu, dan katalis. Penelitian ini menggunakan bahan aku minyak kelapa sawit (CPO), katalis amberlite, H2SO4, H2O2, benzena, heksana, dan asam format. Parameter yang diamati meliputi bilangan oksigen oksiran, bilangan iod, bilangan asam, bilangan penyabunan, dan fourier transform infrared spectroscopy (FTIR. Hasil penelitian menunjukan semakin tinggi perbandingan H2O2 dan asam formiat menyebabkan pembentukan senyawa epoksi yang semakin baik ditunjukan dengan bilangan oksiran yang semakin tinggi.Perbandingan yang optimum antara H2O2, dan asam formiat adalah 2:1 Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi yang optimal pembuatan epoxy diperoleh dengan menggunakan pelarut benzene sebanyak 25% dari CPO, katalis amberlite, pada suhu 70C selama 6jam. Hasil analisis menunjukan bilangan oksigen oksiran 6, 20% bilangan iodium 12,6 (g iod/100g), bilangan asam 8,96 (mg KOH/g), bilangan penyabunan 202 (mg. KOH/g)

    Pengaruh Waktu Fermentasi dan Pengadukan pada Fermentor Tank Lini Proses Mokaf 4.0 terhadap Karakteristik Reologi Mokaf yang Dihasilkan

    Full text link
    Balai Besar Industri Agro (BBIA) telah mengembangkan lini proses mokaf berbasis 4.0 dengan proses fermentasi yang dapat terpantau secara real time dimana pH dijadikan patokan bahwa proses fermentasi telah selesai (dapat tercapai dalam 6-9 jam), namun belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa pendeknya waktu fermentasi tersebut dapat mencapai karakteristik reologi tepung mokaf yang dihasilkan berupa peningkatan viskositas dibandingkan dengan tepung ubi kayu tanpa fermentasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi karakteristrik reologi mokaf yang dihasilkan dari perlakuan fermentasi dengan fermentor tank line mokaf 4.0. Penelitian ini dilaksanakan dengan menjalankan proses fermentasi mokaf dengan pH based, fermentasi mokaf 12 jam dengan pengadukan dan tanpa pengadukan, fermentasi mokaf 24 jam dengan pengadukan dan tanpa pengadukan, serta menggunakan kontrol tepung singkong tanpa fermentasi. Analisis yang dilakukan meliputi kadar air, Rapid Visco Amylograph (RVA), daya ikat air, dan daya ikat minyak. Hasil menunjukkan bahwa proses fermentasi mokaf dengan pH based pada lini proses mokaf 4.0 dapat menghasilkan peningkatan viskositas puncak dibandingkan kontrol (tepung singkong tanpa fermentasi). Berdasarkan pengamatan daya ikat air dan daya ikat minyak dapat dilihat bahwa semakin lama waktu fermentasi maka daya ikat air dan daya ikat minyak pada tepung juga meningkat
    corecore