52 research outputs found

    STUDI KESESUAIAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN KARAKTER MORFOLOGI TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PRODUKTIF

    Get PDF
    Permasalahan pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jaqc.) yang berada di lingkungan Universitas Brawijaya ialah tidak berbuah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ciri-ciri morfologi kelapa sawit yang berbuah dan faktor lingkungan abiotik yang mempengaruhi tanaman kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Universitas Brawijaya di Jl. Veteran Malang, Jawa Timur pada bulan Juli – September 2014. Bahan yang digunakan adalah 36 tanaman kelapa sawit yang berbuah dan tidak berbuah. Penelitian menggunakan metode survei atau eksperimen melalui observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tanaman kelapa sawit yang berada di depan Fakultas Kedokteran dan di sepanjang jalan MT. Haryono merupakan kelapa sawit berbuah. Sedangkan tanaman kelapa sawit yang berada di jalan Veteran Malang, area parkir Fakultas MIPA, area parkir Fakultas FISIP dan di jalan D.I Panjaitan Malang merupakan kelapa sawit tidak berbuah. Kelapa sawit berbuah ditandai dengan ciri-ciri morfologi tanaman diameter batang 50 & 100 cm dari atas tanah sebesar 62-74 cm & 56-68 cm, jumlah pelepah 40-56 pelepah/tanaman, memiliki bunga jantan & bunga betina suhu minimum 20,100C dan suhu maksimum 28,900C. sedangkan kelapa sawit tidak berbuah ditandai dengan ciri-ciri morfologi tanaman diameter batang 50 & 100 cm dari atas tanah sebesar 56-65 cm & 46-56 cm jumlah pelepah 5-9, tidak memiliki bunga jantan & bunga betina dan suhu minimum 19,700C, suhu maksimum 30,600C

    KAJIAN INTERSEPSI CAHAYA MATAHARI PADA KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DIANTARA TANAMAN MELINJO MENGGUNAKAN JARAK TANAM BERBEDA

    Get PDF
    Penanaman kacang tanah dibawah naungan pohon merupakan alternatif penin-gkatan intensifikasi lahan perkebunan untuk meningkatkan pendapatan. Untuk menduk-ung upaya tersebut maka dibutuhkan pe-ngaturan jarak tanam yang tepat sehingga dapat sesuai dengan keseimbangan cahaya yang diterima. Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan lahan ter-naungi serta memperoleh penggunaan jarak tanam yang sesui untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Penelitian dilaksanakan per-kebunan PT. Karya Sami’in, Pacet, Mojo-kerto, pada bulan Juli hingga September 2012. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi (RPT) diulang 4 kali. Petak utama adalah : Lokasi penanam-an (N) terdiri dari 2 macam yaitu : (N0) lahan terbuka dan (N1) lahan diantara tanaman melinjo. Anak petak menggunakan jarak tanam (J) terdiri dari 3 macam yaitu : (J1) jarak tanam 40 cm x 10 cm, (J2) jarak tanam 40 cm x 15 cm dan (J3) jarak tanam 40 cm x 20 cm. Perlakuan lahan penanaman dan jarak tanam menunjukkan hasil persentase intersepsi cahaya maksimum pada umur pengamatan 90 hst dengan penggunaan jarak tanam 40 cm x 10 cm pada lahan ter-buka maupun pada perlakuan lahan ter-naungi, sedangkan hasil panen bobot kering polong terbaik dicapai pada perlakuan lahan terbuka dengan menggunakan jarak tanam 40 cm x 20 cm. Kata kunci: Kacang tanah, Intersepsi cahaya, Jarak tana

    PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS MULSA TERHADAP PRODUKSI BABY WORTEL (Daucus carota L.) VARIETAS HIBRIDA

    Get PDF
    Permasalahan dalam budidaya tanaman wortel adalah tanaman wortel tidak tahan terhadap cekaman lingkungan, baik berupa genangan air atau kekeringan. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pengguna-an jenis mulsa dalam meningkatkan pertum-buhan dan produksi baby wortel. Percobaan dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di Kebun Percobaan Cangar Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Rancangan yang digunakan dalam pene-litian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan yang diulang 4 kali. Perlakuan tersebut terdiri dari: tanpa mulsa (M0), mulsa jerami padi (M1), mulsa plastik hitam (M2), mulsa daun paitan (M3), mulsa plastik hitam perak (M4), dan mulsa plastik transparan (M5). Data dianalisis menggunakan uji F dengan taraf 5%, apabila berbeda nyata antar perlakuan diuji dengan BNT 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunakan mulsa mampu memberikan pertumbuhan yang lebih baik serta meningkatkan produksi baby wortel daripada tanpa mulsa. Penggunaan mulsa plastik transparan, mulsa plastik hitam perak, mulsa plastik hitam, mulsa daun paitan, dan mulsa jerami padi mampu menghasilkan bobot umbi segar panen 2,36 kg m-2, 1,97 kg m-2, 1,58 kg m-2, 1,56 kg m-2, dan 0,84 kg m-2. Sedangkan perlakuan tanpa mulsa menghasilkan bobot umbi terendah yaitu 0,64 kg m-2. Kata kunci: Daucus carota L., penggunaan mulsa, baby wortel, produks

    STUDI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR KUPING (Auricularia auricula) PADA SUBSTRAT SERBUK GERGAJI KAYU DAN SERBUK SABUT KELAPA

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk mendapatkan perbandingan persentase serbuk gergaji kayu dan serbuk sabut kelapa sebagai substrat tumbuh alternatif yang tepat bagi pertumbuhan dan produksi jamur kuping (Auricularia auricula) telah dilaksanakan di Desa Sengkaling, Kecamatan Dau, Malang dari bulan Juli hingga November 2012. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang  terdiri atas 9 perlakuan kombinasi media tanam dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media yang memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan produksi jamur kuping adalah serbuk gergaji kayu 60%, serbuk sabut kelapa 20%, bekatul 10%, dan tepung jagung 10%. Komposisi ini menghasilkan persentase pertumbuhan miselium penuh, interval panen, diameter badan buah, rata-rata bobot segar per baglog, total bobot segar per baglog, rata-rata bobot kering, dan frekuensi panen berturut-turut yaitu 73,33%, 33,02 hari, 12,22 cm, 65,32 g, 567,70 g, 9,8 g, dan 8,67 kali panen. Hasil pertumbuhan pada variabel persentase pertumbuhan miselium memenuhi baglog lebih besar 36,36% dari perlakuan kontrol dengan nilai B/C ratio 1,12. Diharapkan adanya penelitian pemanfaatan substrat alternatif lain yang mampu mengurangi penggunaan serbuk gergaji kayu lebih besar

    PENGARUH TINGKAT KONSENTRASI 2,4-D DAN BAP PADA MEDIA MS TERHADAP INDUKSI KALUS EMBRIOGENIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

    Get PDF
    Temulawak merupakan tanaman berkhasiat yang potensial untuk dikembangkan, namun keterbatasan varietas bibit unggul, rentan penyakit, keragaman kualitas dan produktivitas rendah menyebabkan produksinya menurun, sehingga kebutuhan rimpang temulawak bermutu yang mampu menghasilkan kadar kurkumin tinggi masih belum terpenuhi. Induksi kalus merupakan tahapan penting dalam hibridisasi somatik  melalui fusi protoplas untuk menghasilkan tanaman hibrida serta pembentukan embrio dalam embriogenesis somatik. Induksi kalus juga dapat digunakan untuk produksi kurkumin secara massal dalam waktu singkat. Penelitian bertujuan untuk mempe-roleh konsentrasi 2,4-D dan BAP optimal untuk induksi dan proliferasi kalus embriogenik temulawak yang dilaksanakan pada Mei 2012-Juli 2013 di Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian mengguna-kan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor. Faktor 1 yaitu konsentrasi 2,4-D 0 ppm, 0.5 ppm, 1 ppm, 1.5 ppm, 2 ppm dan 2.5 ppm. Faktor 2 yaitu konsentrasi BAP 0 ppm, 0.15 ppm dan 0.3 ppm. Penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu 1) Tahap inisiasi tunasmotherstock, 2) Inisiasi kalus untuk eksplan, 3) Penelitian induksi kalus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara konsentrasi 2,4-D dengan BAP. Perlakuan 2,4-D 2 ppm menghasilkan kalus yang baik, banyak, inisiasi cepat dan efisien (optimal) pada BAP 0 ppm. Kalus yang dihasilkan sebanyak 26,18 mg dengan persentase tertinggi yaitu 100%, struktur kalus remah dan berwarna hijau kekuningan terang. Tunas, akar atau daun terbentuk pada perlakuan 2,4-D 0 ppm + BAP 0 ppm; 0.15 ppm; 0.3 ppm. Pemberian 2,4-D yang cukup tinggi mampu menghasilkan induksi dan proliferasi kalus yang optimal pada media rendah BAP

    PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI BIOKULTUR KOTORAN SAPI DAN PUPUK ANORGANIK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL BABY KAILAN (Brassica oleracea var. Alboglabra)

    Get PDF
    Peningkatan efisiensi penggunaan pupuk anorganik dapat dilakukan dengan meng-kombinasikannya dengan biokultur kotoran sapi. Penelitian ini bertujuan untuk menge-tahui kombinasi perlakuan terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil baby kailan. Pelak-sanaan penelitian pada April hingga Juli 2013 di Sumberejo, Batu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ran-cangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan yang diulang sebanyak 5 kali. Perlakuan tersebut terdiri dari: dosis pupuk anorganik 100% dengan pemang-kasan pucuk (P1), dosis pupuk anorganik 80% + biokultur dengan pemangkasan pucuk (P2), dosis pupuk anorganik 60% + biokultur dengan pemangkasan pucuk (P3), dosis pupuk anorganik 40% + biokultur dengan pemangkasan pucuk (P4), dosis pupuk anorganik 20% + biokultur dengan pemang-kasan pucuk (P5) dan tanpa pupuk sebagai perlakuan kontrol dengan pemangkasan pucuk (P6). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kombinasi pupuk anorganik dan biokultur kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap bobot segar konsumsi, jumlah daun, luas daun dan tinggi tanaman baby kailan. Perlakuan pemberian dosis pupuk anorganik 60% + biokultur dengan pemangkasan pucuk (P3) merupakan perlakuan terbaik yang meng-hasilkan nilai rata-rata tertinggi di semua variabel pengamatan

    ANALISA LANSKAP JALUR HIJAU DAN UPAYA PENERAPAN SMART GREEN LAND PADA RUANG TERBUKA HIJAU

    Get PDF
    Jalur hijau merupakan daerah hijau sekitar lingkungan permukiman atau sekitar kota, bertujuan mengendalikan pertumbuhan pembangunan, mencegah dua kota atau lebih menyatu, dan mempertahankan daerah hijau, rekreasi, ataupun daerah resapan hu-jan.Smart Green Land merupakan inovasi konsep RTH yang berfungsisebagai paru-paru kota dan sebagai tempat yang nyaman melalui penyediaan fasilitas penunjang se-hingga tercipta kenyamanan dan kesegaran. Penelitian ini bertujuan mengetahui, mempe-lajaripermasalahan dan kendala dalam lanskap jalur hijau, menganalisis permasalahan, mengembangkan potensi dan menyusun rekomendasi rencana dan penerapan smart green land yang berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan pada jalur hijau jalan Ijen, jalur hijau jalan Jakarta dan jalur hijau Dieng, dan penerapan smart green land pada Alun-alun Kota dan Alun-alun Tugu Kota Malang. Penelitian ini menggunakan tiga tahap yaitu inventarisasi, analisis data, dan interprestasi data. Hasil penelitian menunjukkan jalur hijau Jalan Dieng, Jalan Jakarta dan Jalan Ijen le-bih tertuju pada penambahan jenis vegetasi tanaman perdu, semak berbunga indah, lam-pu penerangan jalan dan tempat duduk. Smart Green Land pada Alun-alun Kota Malang dan Alun-alun Tugu lebih tertuju pa-da penambahan jenis vegetasi tanaman ber-bunga dan tanaman rumput. Kata kunci: smart green land, jalur hijau, analisis, ruang terbuka hija

    Evaluasi Ketahanan 4 (Empat) Varietas Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.) di Dataran Medium dengan Pemberian Agen Hayati Pseudomonas Fluorescens

    Get PDF
    Tanaman kentang akan tumbuh baik dan produksi tinggi apabila ditanam pada keadaan lingkungan yang sesuai dengan syarat tumbuhnya contohnya suhu dan textur tanah yang gembur (Cahyono, 1996 ; Zulkarnain et al., 2005). Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian agen hayati Pseudomonas fluorescens pada pengendalian penyakit empat varietas tanaman kentang selain itu untuk menguji ketahanan empat varietas kentang di dataran medium. Hipotesis dari penelitian ialah perbedaan pengaruh agen hayati P. fluorescens dalam mengendalikan penyakit Ralstonia solanacearum pada keempat varietas tanaman kentang. Perbedaan adaptasi empat varietas tanaman kentang dan produktivitasnya yang ditanam pada dataran medium serta tanaman kentang yang diberi agen hayati P. fluorescens lebih tahan terhadap serangan penyakit khususnya R. solanacearum. Penelitian telah dilaksanakan di lahan pertanian yang berlokasi di Kecamatan Bumiaji Kota Batu 786 m dpl. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi dengan delapan perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan terdiri dari H0V1 = DTO28 kontrol, H1V1 = DTO28 dengan P. fluorescens, H0V2 = Desiree kontrol, H1V2 = Desiree dengan P. fluorescens, H0V3 = Granola Lembang kontrol, H1V3 = Granola Lembang dengan P. fluorescens, H0V4 = Granola Kembang kontrol, H1V4 = Granola Kembang dengan P. fluorescens. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi pada pemberian agen hayati maupun macam varietas. Perlakuan berbagai macam varietas menunjukkan tidak berbeda nyata

    Pemanfaatan Batang Semu Pisang Sebagai Pot Dengan Berbagai Komposisi Media Tanam Terhadap Produktivitas Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea Reptans L.)

    Get PDF
    Kangkung Sutera merupakan salah satu tanaman berumur pendek yang tahan terhadap penyakit karat daun (Puccinia sp). Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia pada setiap tahun yang diikuti dengan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman di daerah perkotaan menyebabkan berkurangnya lahan pertanian, sehingga produksi kangkung darat menurun. Solusi yang dapat diterapkan untuk mengefisiensikan lahan adalah dengan menggunakan pot batang semu pisang. Pot batang semu pisang ramah lingkungan dan memiliki kadar air yang tinggi yaitu 96,2% sehingga cocok untuk daerah kekurangan air. Komposisi media tanam pupuk kandang sapi, kompos azolla, dan kompos sampah kota yang digunakan, diharapkan dapat berpengaruh dalam pertumbuhan kangkung. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan komposisi media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung darat pada pot yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bedali, Malang. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 6 perlakuan: P1 = Tanah + pupuk kandang sapi (1:1) pada polybag, P2 = Tanah + kompos Azolla (1:1) pada polybag, P3 = Tanah + kompos sampah kota (1:1) pada polybag, P4 = Tanah + pupuk kandang sapi (1:1) pada pot batang semu pisang, P5 = Tanah + kompos Azolla (1:1) pada pot batang semu pisang, P6 = Tanah + kompos sampah kota (1:1) pada pot batang semu pisang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perlakuan pupuk kandang sapi pada polybag memiliki bobot segar total tanaman lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya
    • …
    corecore