17 research outputs found

    Analisis Pola Spasial Distribusi Longsor untuk Penentuan Faktor Pengontrol Utama Longsorlahan di DAS Kodil Provinsi Jawa Tengah

    Full text link
    Kondisi geomorfologis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kodil kompleks akibat berbagai jenis litologi dan kontrol sesar. Proses geomorfologis berupa pelongsoran berlangsung intensif sehingga jumlah dan tipe longsor bervariasi. Tujuan penelitian mengetahui faktor pengontrol utama longsor dari pola spasial longsor dan hubungannya dengan parameter longsor. Parameter longsor ialah bentuklahan, penggunaan lahan, kelerengan, jalan, dan orde sungai.Penelitian menggunakan metode analisis keruangan deskriptif. Pengambilan data longsor dilakukan secara sensus, kemudian dilakukan analisis pola spasial distribusi longsor berbasis analisis tetangga terdekat. Penentuan faktor pengontrol utama ditentukan berdasarkan persentase longsor terbanyak.Hasil penelitian menunjukkan pola spasial longsor mengelompok untuk nendatan dan tersebar merata untuk luncuran. Faktor pengontrol utama longsor di DAS Kodil ialah usikan manusia, seperti pembangunan jalan dan pemukiman tidak sesuai dengan karakteristik lereng dan tanah. Selain itu, ladang berpindah (tegalan) di satuan bentuklahan dikontrol oleh sesar dan berlitologi batuan yang kedap air dan mudah lapuk akan membentuk longsor yang intensif

    Penilaian Perkembangan Tanah di Lereng Gunungapi Ijen Berdasarkan Pendekatan Pedogeomorfologi

    Full text link
    Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji perkembangan tanah pada material gunungapi yang pada umumnya merupakan material mudah lapuk dan cepat membentuk tanah. Tujuan penelitian adalah (1) mengidentifikasi karakteristik morfologi tanah, (2) mengidentifikasi karakteristik fisik tanah, (3) mengidentifikasi karakteristik kimia tanah, dan (4) menilai tingkat perkembangan tanah di sekuen lereng Gunungapi Ijen.Penelitian dilakukan berdasarkan pendekatan pedogeomorfologi. Terdapat 7 titik pengamatan profil tanah di sepanjang lereng Gunungapi Ijen. Deskripsi morfologi tanah dilakukan di lapangan pada setiap titik pengamatan profil. Pengambilan contoh untuk uji laboratorium dilakukan pada setiap horison tanah. Uji laboratorium mencakup pengukuran tekstur tanah dan kadar organik tanah. Genesis tanah dinilai secara deskriptif berdasarkan pada urutan perlapisan material vulkanik yang menjadi bahan induk tanah. Perkembangan tanah dinilai secara deskriptif berdasarkan morfologi tanah dan karakteristik tekstur dan kadar bahan organik.Hasil penelitian menunjukan bahwa semua satuan tanah yang ada berasal dari abu gunungapi dan perkembangan tanahnya masih tergolong muda. Profil-profil tanah tersusun atas horison tanah A-C yang berulang. Tanah yang berkembang masih mencerminkan karakteristik bahan induk tanahnya. Karakteristik fisik pada horison A di semua satuan tanah bertekstur geluh pasiran, berstruktur lemah, dan berwarna gelap (10 YR 3/4). Kandungan lempung dan bahan organik menurun seiring penurunan kedalaman tanah, namun kadar keduanya meningkat pada horison Ab (tanah terkubur)

    Interpretasi Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) untuk Menentukan Sebaran Longsor Purba dan Longsor Baru di Kecamatan Girimulyo

    Full text link
    Kecamatan Girimulyo merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Kulon Progo yang paling sering mengalami bencana longsor. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk (1) mengidentifikasi sebaran longsor purba di Kecamatan Girimulyo melalui interpretasi informasi topografis pada Peta Rupa Bumi Indonesia; (2) mengetahui persebaran titik-titik longsor baru di Kecamatan Girimulyo; dan (3) mencari hubungan spasial antara sebaran titik longsor baru dengan area-area longsor purba pada jaman dahulu.Metode penelitian yang digunakan adalah interpretasi informasi topografis pada Peta Rupa Bumi Indonesia untuk mengidentifikasi longsor. Hasil dari interpretasi peta menunjukkan bahwa sebaran area longsor purba ditemukan hampir di sebagian besar wilayah di Kecamatan Girimulyo. Hasil survei lapangan terhadap titik-titik longsor baru yang telah ditampalkan dengan sebaran area longsor purba pun menunjukkan bahwa longsor-longsor baru yang terjadi di Kecamatan Girimulyo terletak pada area longsor purba, walaupun sebagian longsor juga ada yang terletak di luar bekas longsor purba. Longsor yang terjadi umumnya disebabkan oleh faktor-faktor penyebab longsor seperti kemiringan lereng yang besar dan kondisi litologinya, serta karena faktor pemicu longsor seperti iklim dan penggunaan lahan

    Kajian Stabilitas Lereng Kawasan Longsor di Sub-das Bompon Kabupaten Magelang

    Full text link
    Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji longsoran mana saja yang dapat kembali longsor serta mengkaji berbagai parameter intrinsik longsor yang berpengaruh pada stabilitas longsor. Metode SSEP adalah metode skoring yang disadur dari Raghuvanshi, 2014. Metode SSEP yang digunakan dalam penelitian telah mengalami modifikasi. Modifikasi dilakukan pada parameter-parameter yang digunakan. Modifikasi diperlukan untuk menyesuaikan metode terhadap daerah kajian. Parameter yang digunakan antara lain: kemiringan lereng, panjang lereng, ketinggian longsor, penutup lahan longsor, keaktifan longsor, zonasi longsor, dan luas wilayah yang longsor. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu parameter intrinsik sangat berpegaruh dalam stabilitas lereng pada tanah longsor. Masing-masing parameter saling berkaitan dalam tingkat kestabilannya. Rata-rata longsoran di Sub-DAS Bompon termasuk dalam kelas rendah untuk longsor dormant, dan tinggi untuk longsor aktif

    Keterdapatan Sensitive Clay pada Lokasi Longsorlahan di DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

    Full text link
    Kajian mendalam mengenai faktor-faktor pemicu bencana longsorlahan sangat penting dilakukan. Salah satu faktor pemicu bencana longsorlahan adalah kandungan klei sensitif di dalam tanah. Kandungan klei sensitif menyebabkan kejadian longsorlahan di DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tujuan penelitian adalah: (1) Mengidentifikasi keterdapatan lapisan klei di DAS Bompon; (2) Mengetahui karakteristik lapisan klei di DAS Bompon; (3) Mengklasifikasi sensitivitas klei dan stabilitas tanah di DAS Bompon.Investigasi keterdapatan lapisan klei dan identifikasi stabilitas tanah ditinjau dari karakteristik morfologi dan fisik tanah. Karakteristik morfologi tanah yang diaplikasikan dalam penelitian adalah kedalaman dan ketebalan lapisan klei. Karakteristik fisik tanah yang digunakan untuk penentuan stabilitas tanah adalah tekstur, berat volume, berat jenis, kandungan air, konsistensi, dan kuat geser. Penentuan sensitivitas klei didasarkan pada nilai batas cair, kandungan air alami, dan indeks likuiditas.Kejadian longsorlahan di DAS Bompon yang memiliki hubungan dengan keterdapatan lapisan klei sensitif ditentukan oleh stabilitas tanah. Ada sepuluh lapisan klei yang memiliki tingkat sensitivitas tinggi di tiga longsorlahan DAS Bompon. Ketebalan lapisan klei sensitif di longsorlahan pertama adalah 13 meter, longsorlahan kedua setebal 16,08 meter, dan longsorlahan ketiga setebal 8,4 meter. Lapisan klei sensitif telah menyebabkan tanah di tiga longsorlahan menjadi lunak saat mengalami peningkatan kadar air. Peningkatan kadar air di dalam lapisan klei disebabkan proses alami dan pengolahan lahan oleh masyarakat sehingga memicu longsorlahan di DAS Bompon

    Pemetaan Rumah Rentan Longsor dan Rentan Tertimbun Longsor di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah mengetahui rumah yang termasuk dalam kategori aman dan kategori rentan. Kategori rentan dibedakan menjadi kategori rentan longsor dan rentan tertimbun longsor. Khusus pada kategori rentan tertimbun longsor dibedakan menjadi kelas rendah, sedang, dan tinggi. Rumah yang rentan dilihat dari material rumahnya dan lereng disekitarnya. Rumah yang berada di pucuk lereng berarti rentan longsor, sedangkan rumah yang berada sejajar dengan bagian bawah lereng termasuk rentan tertimbun longsor. Komponen-komponen lereng yang diukur adalah jarak horizontal lereng dengan rumah(HD), tinggi lereng(HT), dan sudut inklinasi(INC). Sebanyak 627 unit rumah terdapat di DAS Bompon. Diantaranya terdapat 93 rumah dengan kondisi rentan dan 534 rumah dengan kondisi aman. Diantara 93 rumah, terdapat 69 rumah memiliki kondisi rentan tertimbun longsor dengan kelas kerentanan 14 rumah kelas rendah, 23 rumah kelas sedang, dan 32 rumah kelas tinggi. Sejumlah 20 rumah memiliki kondisi rentan longsor, 4 rumah memiliki kondisi rentan tertimbun longsor dan rentan longsor

    Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Kerapatan Erosi Parit Di Daerah Aliran Sungai Kaliwungu (Factor Influencing Density Level of Gully Erosion in Kaliwungu Watershed)

    Full text link
    Distribution and density level of gullies reflect the level of land degradation on a catchment. This research aims to identify the distribution of gully and to calculate the density level of gully erosion in Kaliwungu Watershed. The distribution of gully was obtained through field survey, while the density level was analyzed based on landuse and landform maps. Gully distribution was overlayed on landuse and landform maps. Landuse was delineated by interpreting aerial photograph of Kaliwungu Watershed. Aerial imagery supported by the result of Sentinel image processing was used to observe vegetation density. Landform and slope were delineated from DEM. The gully small catchments were delineated by DEM and aerial photograph interpretation of Kaliwungu Watershed. Gully density is calculated by comparing erosion length and erosion volume to the small catchment extent. Descriptive analysis was used to determine the factors that influenced gully. The analysis was conducted based on the result of overlaying gully distribution on landuse and landform maps.The result of this research were a 1:10.000 map of gully distribution and density level of gully erosion in Kaliwungu Watershed. There were three density classes of gully in Kaliwungu Watershed which are high, medium, and low. The formation process of intensive gully only takes place at some intensively land cultivation points or at some land that has been highly disturbed by human activities. The result shows that landuse and land cultivation was the factors that influenced the formation of gully erosion

    Kajian Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Lahan Rawan Longsorlahan Di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas

    Full text link
    Perilaku masyarakat dalam pengelolaan lahan bertujuan untuk mendapatkan pemanfaata lahan seoptimal mungkin.Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pengaruh tingkat pendidikan terhadap perilaku masyarakat dalam pengelolaan lahan rawan longsorlahan di Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas.Metode yang digunakan adalah survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk pengumpul data.Data yang dikumpulkan terdiri atas tingkat pendidikan terhadap perilaku masyarakat dalam pengelolaan lahan rawan longsorlahan. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling.Kelas kerawanan longsorlahan sebagai stratanya, pada tiap strata diambil 40 KK sebagai responden.Analisis data menggunakan uji statistik dengan uji regresi.Daerah penelitian terbagi atas tiga kelas kerawanan longsorlahan yaitu kelas rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap perilaku masyarakat dalam pengelolaan lahan pada masing-masing kelas kerawanan longsorlahan. Pengaruh tingkat pendidikan terbesar (koefisien determinasi sebesar (R²) = 44,5 %) terdapat pada kelas kerawanan sedang. Kata-kata kunci: perilaku masyarakat, tingkat pendidikan, kerawanan longsorlaha

    The Development of Interpretataion Method for Remote Sensing Imagery in Determining the Candidate of Landslide in Leitimur Paninsula, Ambon Island

    Full text link
    Remote sensing is one of the methods used to address the problem of research on spatial data acquisition technologies and is also acquiring the problems of territorial and land resource management. The utilization of remote sensing method for the landslide research is visual and digital imagery interpretation. The purpose of this study was to compare the accuracy of the method of interpretation and determine the location of the landslide event. The imagery that used in this study was Landsat 8, Quickbird and SRTM. The method that used to determine the candidate of landslide was the layered visual interpretation, digital imagery interpretation with NDVI, OBIA, Toposhape, and combination-OBIA NDVI and NDVI-OBIA-Toposhape. The use of the interpretation method for the landslide event is the best of layered-visual interpretation with a percentage of 90%. Digital interpretation with NDVI has a 47% of its accuracy, thoroughness OBIA 45%, Toposhape 47%, the combination of NDVI-OBIA 47%, and the combination of NDVI-OBIA-Toposhape 53%. From the layered-visual interpretation and field observations were obtained type of landslide found that soil rotational slide in large quantities 7 points (38.9%), creep soil (soil creep), the flow of material destruction (debris flow), landslides translation with soil materials (earths slide) and multiple rotational slide.Keywords: Development, Method, Imagery Interpretation, Remote Sensing, Candidate of Landslide, Landslide and Leitimur JaizirahCitation: Puturuhu, F., Danoedoro, P., Sartohadi, J. and Srihadmoko, D. (2017). The Development of Interpretataion Method for Remote Sensing Imagery In Determining The Candidate of Landslide In Leitimur Paninsula, Ambon Island. Jurnal Ilmu Lingkungan, 15(1), 20-34, doi:10.14710/jil.15.1.20-3
    corecore