80 research outputs found
Interpretasi Khalayak terhadap Impression Management Prabowo Subianto dalam Iklan Politik di Televisi
Interpretasi Khalayak terhadap Impression Management Prabowo Subiantodalam Iklan Politik di TelevisiABSTRAKMenuju pemilu 2014 banyak tokoh politik yang menampilkan diri melaluiiklan politik. Iklan politik di media televisi digunakan sebagai ajang untukmendapatkan simpati dan menciptakan citra positif dari khalayak. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana interpretasi khalayak terhadapsosok Prabowo Subianto dalam iklan politik di televisi . Teori yang digunakanyaitu dramaturgi dari Erving Goffman, Information integration, dan ReaderRespon Theory dari Stanley Fish. Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatifdengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data dilakukan denganmenggunakan indepth interview kepada delapan informan yang telah dipilih olehpeneliti, yakni khalayak yang pernah menonton iklan politik Prabowo Subianto.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa khalayak menilai Prabowomerupakan pemimpin yang tegas, memiliki jiwa kepemimpinan, serta sosokpemimpin yang akan membawa Perubahan. Interpretasi khalayak terhadap SosokPrabowo Subianto tidak selalu merujuk pada apa yang ditampilkan oleh iklanpolitik. Dalam memberikan interpretasinya, khalayak mengaitkan sosok Prabowodengan rezim Orde Baru Soeharto, mitos tentang pemimpin yang militeristik,serta khalayak melihat bibit bobot dan bebet yang dimiliki Prabowo. Pemaknaankhalayak terhadap sosok Prabowo dalam iklan politik mampu menimbulkan kesandan citra diri tertentu. Iklan politik Prabowo telah berhasil menimbulkan kesantegas dan citra positif bagi khalayak yang melihatnya. Iklan politik yangditampilkan Prabowo Subianto dapat menciptakan citra positif dan mampumenutupi stigma negatif tentang tuduhan pelanggaran HAM. Selain iklan politikdi televisi, khalayak juga mendapat informasi mengenai sosok Prabowo melaluibuku-buku, media sosial, dan interaksi sosial yang menjadi referensi sikap politik.Hal tersebut dapat merubah sikap ataupun justru menguatkan sikap khalayakterhadap tokoh politik.Kata kunci: pemaknaan khalayak, Impression Management, iklan politikIndonesia.Audience interpretation of the Impression Management Prabowo Subianto inPolitical Advertising on TelevisionABSTRACTTowards the 2014 elections many politicians who present themselves throughpolitical advertising. Political ads in the media television used as an event to getcommiserate and create a positive image of the audience. The purpose of thisstudy was to determine how the interpretation of the audience to figure Prabowoin political advertising on television. The theory used is the dramaturgy of ErvingGoffman, Information integration, and Reader Response Theory of Stanley Fish.Type of this research is a descriptive qualitative with phenomenology approach.Data was collected using in-depth interview to eight informants who had beenchosen by the researcher, the audience who have seen the political ads Prabowo.These results indicate that the audience judge Prabowo is the leader of the firm,has leadership qualities, as well as a leader who would bring change.Interpretation of the audience to figure Prabowo not always refer to what isdisplayed by political ads. In providing interpretation, audience associate Prabowofigures with the New Order regime of Soeharto, the myth of the militaristicleaders, and audiences seeing the “bibit, bebet, bobot” owned Prabowo. Thedefinition of the audience against the figure of political ads capable of Praboworaises certain impressions and self-image. Prabowo political advertising firm hasmanaged to create an impression and a positive image for the audience to see it.Prabowo political advertising can create a positive image and are able to cover thenegative stigma about allegations of human rights violations. In addition topolitical advertising on television, audiences also get information about the figurePrabowo through books, social media, and social interaction that references thepolitical attitudes. It can change attitudes or even strengthen public attitudestoward political figuresKeywords : interpretation of audience, Impression Management, Indonesianpolitical adsInterpretasi Khalayak terhadap Impression Management Prabowo Subiantodalam Iklan Politik di TelevisiLatar BelakangMendekati pemilu legislatif dan pemilu presiden 2014, partai politik dantokoh-tokoh nasional mulai menampilkan diri di media massa. Media massa cetakdan elektronik sering dimanfaatkan partai politik, calon anggota legislatif, danjuga calon presiden sebagai alat penyampaian pesan-pesan politik. Salah satumedia penyampaian pesan-pesan politik itu adalah iklan yang sering disebut iklanpolitik.Prabowo Subianto dengan kendaraan politiknya Partai Gerakan IndonesiaRaya (Gerindra) memanfaatkan media massa dalam menyampaikan pesanpolitiknya. Partai Gerindra, juga merupakan salah satu partai yang memanfaatkankekuatan media iklan untuk mendapatkan simpati dari masyarakat. Partai yangberseberangan dengan pemerintah saat ini dalam iklannya, sering menampilkanPrabowo Subianto sebagai pemimpin yang bersih, tegas dan mampu menjawabsegala permasalahan pemerintah saat ini. Prabowo dalam partai Gerindramenjabat sebagai pembina dan dicalonkan sebagai presiden RI periode 2014-2019oleh Partai Gerindra. Untuk meningkatkan elektabilitasnya maka dibuat berbagaiiklan Gerindra dengan melibatkan langsung tokoh Prabowo agar masyarakatmengenal dan dekat dengan Prabowo.Pencalonan Prabowo Subianto sebagai presiden periode 2014-2019menuai kontroversi dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan karena track recordyang dimiliki Prabowo buruk, yakni pada tahun 1990an dimana Prabowo menjadiKomandan Kopassus diduga terlibat sejumlah kasus Hak Azasi Manusia (HAM)seperti penculikan dan pembunuhan aktivis pro-demokrasi.Meskipun diduga terlibat kasus pelanggaran HAM berat seperti penculikandan pembunuhan aktivis pro-demokrasi, hingga saat ini Prabowo Subianto justrumemiliki elektabilitas yang tinggi dibandingkan calon presiden lainnya.Hal iniditunjukkan melalui survey Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang terbaru yaknipada tahun 2013.Dari hasil survei yang dilakukan pada 1 sampai 8 Maret 2013mayoritas masyarakat memilih Partai Golkar dengan perolehan suara 22,2 persen,dilanjutkan dengan PDI Perjuangan 18,8 persen, Demokrat 11,7 persen, Gerindra7,3 persen, dan Nasdem 4,5 persen.Dari hasil survei bursa calon presidenMegawati masih menempati posisi teratas dengan perolehan 20,7 persen, AburizalBakrie 20,3 persen, Prabowo Subianto 19,2 persen, Wiranto 8,2 persen, HattaRajasa 6,4 persen, Ani Yudhoyono 2,4 persen, Surya Paloh 2,1 persen.(http://news.okezone.com/read/2013/03/17/339/777081/survei-lsi-parpol-capresberbasis-agama-tak-laku. Diunduh pada 21 April 2013).Keberhasilan iklan partai Gerindra yang ditampilkan dalam media massaditunjukkan oleh survey terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Dimanapartai Gerindra masuk dalam empat besar parpol dengan presentase naik hampirdua kali lipat dari pemilu sebelumnya menjadi 7,3 persen dan capres yangdiusungnya dalam hal ini Prabowo menduduki peringkat 3 teratas bursa calonpresiden favorit dengan hanya selisih 1% saja. Dari hasil tersebut,mengindikasikan bahwa dengan adanya iklan yang ditampilkan dalam mediamassa berhasil membentuk opini publik yang positif terhadap prabowo, sehinggadapat meningkatkan elektabilitas partai dan tokoh Prabowo sebagai calon presiden2014.Dengan melihat data dan contoh di atas menunjukkan bahwa mediatelevisi merupakan media yang banyak digunakan oleh pengiklan sebagai alatuntuk mempromosikan produknya. Televisi saat ini merupakan salah satu darimedia massa elektronik yang banyak dipilih oleh pengiklan untuk melakukanpromosi dan menunjang popularitas, dikarenakan sifat dari televisi itu sendiriyang mampu menampilkan gambar audio dan visual yang bergerak, sehinggalebih menarik bila dibandingkan dengan media yang lainnya. Televisi adalahmedia massa yang merakyat dengan kemampuan publikasi maksimal. Melihatbegitu besarnya pengaruh televisi, maka televisi dijadikan sebagai salah satumedia iklan untuk mendongkrak popularitas Prabowo Subianto untuk maju dalampemilihan presiden 2014.Kerangka Teori dan MetodologiDalam kehidupan masyarakat iklan telah mendapatkan tempat dalammenyampaikan pesannya. Iklan menggambarkan tipe atau bentuk pengumumanpublik apa pun yang dimaksudkan untuk mempromosikan penjualan komoditasatau jasa spesifik, atau untuk menyebarkan sebuah pesan sosial atau politik(Danesi, 2010: 362). Berkaitan dengan perilaku politikus dalam iklan di mediayang mempresentasikan diri sedemikian rupa sehingga layak untuk dipercaya dandipilih, merupakan fenomena tersebut adalah perspektif dramaturgis dari ErvingGoffman.Dalam memberikan pemaknaan tentang sebuah naskah, Seseorang tidakmemutuskan dengan sewenang-wenang tentang makna sebuah naskah denganmengikuti sebuah pendekatan konstruksionis sosial, Stanley Fish mengajarkanbahwa pembaca merupakan anggota dari komunitas interpretif, kelompok yangsaling berinteraksi, membentuk realitas dan pemaknaan serta menggunakannyadalam pembacaan atau pemaknaan mereka sendiri (Littlejohn dan Foss, 2009:196-197).Teori integrasi informasi digunakan dalam penelitian ini untukmengetahui, memahami, dan mempelajari sesuatu merupakan suatu sisteminteraksi yang mana informasi memiliki potensi mempengaruhi kepercayaan atausikap individu. Suatu sikap merupakan kumpulan informasi mengenai suatuobjek, orang, situasi atau pengalaman. Setiap Perubahan sikap dipandang sebagaiproses penambahan informasi atau Perubahan penilaian terhadap kebenaraninformasi. Namun, setiap satu informasi biasanya tidak akan langsungmemberikan pengaruh pada sikap karena sikap terdiri atas sejumlah kepercayaanyang dapat menolak informasi baru (Littlejohn,2009:111-112).Adanya interpretasi yang beragam dari khalayak, dapat dipengaruhi daripengalaman dan latar belakang sosial mereka yang berbeda-beda. Mulai daritingkat pendidikan, usia, dan pengalaman mereka masing-masing. Dalam hal iniiklan politik di televisi berkaitan erat dengan khalayak, dalam hal ini khalayakadalah sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh media. Khalayak jugasebagai pencipta makna atas pesan-pesan di produksi dari mediaPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan paradigmainterpretif. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomenadari sudut perspektif informan. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untukmembiarkan pembaca mengetahui apa yang terjadi dalam penelitian yang terkait,seperti apa menurut sudut pandang peserta (subjek penelitian dan kejadian tertentuyang ada dalam penelitian yang terkait).Pendekatan penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatanfenomenologi. Hal yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspeksubjektif dari interpretasi individu. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam duniakonseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga merekamengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari (Moleong, 2007: 17). Penelitiankualitatif dengan fenomenologi, membantu mencari informasi tentang bagaimanapengalaman yang dialami oleh subjek penelitian dalam mengintrepetasikan iklanpolitik calon presiden, yang merujuk pada pengalaman dan pengetahuan tentangsosok calon presiden dalam iklan tersebut.HasilSetelah peneliti memaparkan kesimpulan (summary) dan implikasi hasilpenelitian, langkah terakhir dalam fenomenologi adalah pemaparan hasil(outcomes) penelitian. Hasil penelitian mengenai interpretasi khalayak terhadapsosok Prabowo Subianto dalam iklan politik, menunjukan bahwa mayoritaskhalayak menilai Prabowo merupakan pemimpin yang tegas, memiliki jiwakepemimpinan, serta sosok pemimpin yang akan membawa Perubahan. SehinggaIklan politik Prabowo Subianto telah berhasil menciptakan citra positif PrabowoSubianto.KesimpulanBerdasarkan hasil temuan penelitian di lapangan dan sintesis makna yangtelah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:1. Interpretasi khalayak terhadap Sosok Prabowo Subianto tidak selalu merujukpada apa yang ditampilkan oleh iklan politik. Khalayak mengaitkan Prabowodengan rezim Orde Baru Soeharto, mitos tentang pemimpin militeristik, sertamelihat bibit bobot dan bebet yang dimiliki Prabowo. Kedekatan Prabowodan Soeharto membuat khalayak menilai Prabowo memiliki sifat yang samadan akan menunjukkan kepemimpinan yang sama ketika memimpin. Caraberpikir khalayak masih menganggap bahwa sosok pemimpin yang berasalmiliter memiliki sifat ketegasan dalam memiliki jiwa kepemimpinan. TradisiJawa yang melihat bibit, bobot dan bebet seseorang, tampak juga digunakanoleh khalayak dalam melihat tokoh politik yang maju sebagai calon presiden.Keyakinan khalayak terhadap sosok Prabowo, salah satunya dengan melihatbibit dan bobot yang dimiliki oleh Prabowo yang dirasa berasal dari keluargayang terpandang dan intelektual2. Pemaknaan informan terhadap sosok Prabowo dalam iklan politik mampumenimbulkan kesan dan citra diri tertentu. Iklan politik Prabowo telahberhasil menimbulkan kesan tegas dan citra positif bagi khalayak yangmelihatnya. Iklan politik Prabowo Subianto mampu mempengaruhi khalayakuntuk menciptakan citra positif Prabowo Subianto yang mampu menutupistigma negatif tentang tuduhan pelanggaran HAM.3. Khalayak menggunakan media lain sebagai sarana penambahan informasi.Selain iklan politik di televisi yang diterima khalayak, melalui buku-bukuyang menjadi referensi sikap politik, media sosial, interaksi sosial secaralangsung membuat khalayak mendapat penambahan informasi yang dapatmerubah sikap ataupun justru menguatkan sikap khalayak terhadap tokohpolitik.Daftar PustakaBurton, Graeme. (2008). Yang Tersembunyi Di Balik Media. Yogyakarta:JalasutraCangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik Konsep, Teori, Dan Strategi.Jakarta: Rajawali PressDanesi, Marcel. (2010). Pesan, Tanda, Dan Makna. Yogyakarta: JalasutraEffendy, Heru. (2008). Industri Pertelevisian Indonesia. Jakarta: ErlanggaKuswarno, Engkus. (2009). Fenomenologi. Bandung: Widya PadjajaranLittlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2005. Teori Komunikasi. (Terj.)Jakarta: Salemba HumanikaLittlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi.( Terj.).Jakarta: Salemba HumanikaMoleong, Lexi J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakaryaNimmo, Dan. (2005). Komunikasi Politik Komunikator, Pesan dan Media.Bandung: PT Remaja RosdakaryaPatton, Michael Quinn. (2006). Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: PustakaPelajarSukmadinata, Nana Syaodih. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PTRemaja RosdakaryaWinarni. (2003). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Malang: UMM PressSkripsi:Wibowo,Radityo Ari. (2011). Analisis Resepsi Individu Mengenai Citra DiriPrabowo Subianto Dalam Iklan HKTI, APPSI, Dan Partai Gerindra. Skripsi.Universitas DiponegoroInternet:Ramadhian Fadillah. (2011). Jenderal 08 Tak Kapok Dipecundangi. Dalamhttp://news.detik.com/read/2011/11/14/111757/1766824/159/jenderal-08-takkapok-dipecundangi. Diunduh pada tanggal 21 April 2013Susi Fatimah. (2013). Survei LSI, Parpol & Capres Berbasis Agama Tak Laku.Dalam http://news.okezone.com/read/2013/03/17/339/777081/survei-lsi-parpolcapres-berbasis-agama-tak-laku. Diunduh pada tanggal 21 April 2013LSI. (2009).“SILENT REVOLUTION”: Media dan Kekuatan Parpol MenujuPemilu 2009. Dalam http://www.lsi.or.id/riset/348/silent-revolution-kampanyekompetisi-caleg-dan-kekuatan-partai-menjelang-pemilu. Diunduh pada tanggal 23April 2013Eko Priliawito, Fadila Fikriani Armadita.(2009). Iklan Gerinda Paling DiingatMasyarakat.Dalamhttp://politik.news.viva.co.id/news/read/46559iklan_gerinda_paling_diingat_masyarakat. Diunduh pada tanggal 21 April 201
Sosok Wags (Wives and Girlfriends) Dalam Tabloid Soccer (Analisis Semiotika Kolom Soccer Babes Dan Kolom Love Story Di Tabloid Soccer )
Nama : Dwinda HardityaNIM : D2C009014Judul : SOSOK WAGs (WIVES AND GIRLFRIENDS) DALAM TABLOID SOCCER (Analisis Semiotika Kolom Soccer Babes dan Kolom Love Story di Tabloid Soccer )ABSTRAKSIWAGs merupakan akronim dari wives and girfriends. WAGs pertama kali diperkenalkan oleh para jurnalis Inggris pada perhelatan Piala Dunia 2006 sebagai bentuk kekesalan terhadap para pacar dan istri personel Timnas Inggris yang dianggap mengganggu konsentrasi dan membawa dampak yang negatif. Pada perkembangannya istilah ini digunakan untuk menyebut para pacar dan istri pesepak bola profesional. Tabloid Soccer merupakan salah satu tabloid bertema sepak bola di Indonesia yang secara khusus membahas tentang sosok WAGs dalam kolom Soccer Babes dan Love Story.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sosok WAGs yang direpresentasikan melalui kolom Soccer Babes dan kolom Love Story. Selain itu, penelitian ini juga ingin membedah konstruksi sosok WAGs untuk mencari nilai tersembunyi tentang sosok WAGs Teori yang digunakan adalah teori representasi dari Stuart Hall dan Teori tentang konstruksi perempuan dalam tabloid. Tipe penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotika. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan sintagmatik dan paradigmatik dengan pendekatan analisis narasi dan pemikiran Roland Barthes tentang teknik konotasi pesan fotografis.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tabloid Soccer menampilkan para pacar dan istri pesepak bola profesional tersebut dengan nilai-nilai yang positif, baik melalui narasi maupun tampilan gambar. Dengan menampilkan sosok WAGs dengan peran dan nilai-nilai positif tersebut, nilai-nilai negatif yang dihasilkan oleh pemaknaan WAGs terdahulu akan tertutupi. Soccer, membantu memperkenalkan dan membentuk pemahaman baru kepada pembacanya tentang sosok WAGs, lewat WAGs yang ditampilkan melalui kolom Soccer Babes dan kolom Love Story.Kata kunci : perempuan, tabloid, representasi, stereotip, fenomena sepak bola.Name : Dwinda HardityaNIM : D2C009014Title : WAGs (WIVES AND GIRLFRIENDS) FIGURES IN TABLOID SOCCER (Semiotical Analysis of Soccer Babes Column and Love Story Column in Tabloid Soccer)ABSTRACTWAGs is an acronym for wives and girfriends. WAGs, first introduced by British journalists at the World Cup 2006 in Germany as a form of resentment against the wives and girlfriends who are interfere concentration of England national team personnel and have a negative effect. In the development, this term is used to describe all the wives and girlfriends professional footballer . Soccer is one of the football tabloid in Indonesia that specifically discusses the WAGs figures in Soccer Babes column and Love Story column.The purpose of this research is to identify the WAGs figures, which is represented by Soccer Babes column and Love Story column. In addition, this research also wanted to dissect WAGs construction to find the hidden value. This research used representation theory of Stuart Hall and theories about the construction of women in the tabloids. The type of research is a qualitative descriptive with semiotical approach and documentation technique for collecting data. Data analysis was performed with the syntagmatic and paradigmatic analysis with narrative analysis approach and message connotations photographic technique by Roland Barthes .The results showed, WAGs of professional footballers have positive values, both through with narrative and image display. WAGs with the main role and the positive values will covered negative values, which is generated by the previous WAGs. Soccer helps to introduce and establish a new understanding to the readers about WAGs figures through display and narrative in Soccer Babes column and Love Story column.Keywords : women, tabloid, representation, stereotypes , phenomenon of footballSOSOK WAGs (WIVES AND GIRLFRIENDS) DALAMTABLOID SOCCER(Analisis Semiotika Kolom Soccer Babes dan Kolom Love Storydi Tabloid Soccer)I. PENDAHULUANWAGs (dibaca wog) merupakan akronim dari wives and girfriends, sebuah istilah yang dilekatkan pada pacar dan istri para pesepak bola profesional. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh para jurnalis Inggris pada perhelatan Piala Dunia 2006 di Jerman. Para WAGs personel Inggris tersebuat antara lain sosok Victoria Adams, mantan vokalis Spice girls yang merupakan istri David Beckham, Cheryl Tweedy istri dari bek Inggris Ashley Cole sekaligus anggota grup musik Girls Aloud, Alex Curran, super model Eropa yang sekaligus istri dari Steven Gerrard, dan masih banyak lagi yang kesemuanya merupakan artis, model, public figure papan atas di Inggris maupun Eropa. Para jurnalis Inggris yang dikenal tajam dalam mengkritik, menganggap para WAGs tersebut menjadi kambing hitam atas kegagalan Inggris di Piala Dunia 2006. Para WAGs tersebut dianggap mengganggu konsentrasi para pemain karena harus menemani dan melayani kehidupan sosialita mereka seperti berbelanja di butik dan pergi ke salon.Sejak saat itu, istilah, WAGs sudah menjadi sebuah stereotip negatif bagi para pacar dan istri pesepak bola profesional. Stereotip negatif yang dimaksud adalah para pacar dan istri mereka dianggap sebagai pendompleng status kepopuleran para pesepak bola profesional tersebut, selain itu penghasilan pesepak bola profesional yang tinggi dianggap menjadi daya tarik. Bagi para WAGs, selain gaji para pesepak bola yang tinggi, ketenaran akibat prestasi yang ditorehkan oleh para pesepak bola tersebut secara tidak langsung turutmenaikkan nama WAGs tersebut di mata masyarakat. Mereka yang awalnya berasal dari sosok yang tidak dikenal, belum terlalu terkenal di mata masyarakat, secara tiba-tiba dapat menjadi populer seiring dengan prestasi pacar atau suami mereka di dunia sepak bola, atau sosok yang terkenal dapat meningkatkan popularitas dengan berpacaran dengan pesepak bola profesional yang berprestasi. Media memiliki peran besar dalam memperkenalkan sosok WAGs tersebut lewat berbagai cara. Pertama, cara yang dilakukan adalah dengan mengkategorisasikan para WAGs tersebut. Kedua, melalui kontroversi yang dilakukan oleh pesepak bola terhadap WAGsnya maupun sebaliknya.Tabloid Soccer merupakan salah satu tabloid olahraga yang khusus mengambil tema sepak bola. Tabloid olahraga yang terbit di Indonesia yang membahas secara spesifik mengenai sosok WAGs melalui kolom Soccer babes dan love story. Kedua kolom tersebut termasuk dalam kategori rubrik Soccer Style dalam tabloid ini. Soccer Style merupakan salah satu rubrik dalam Tabloid Soccer yang membahas mengenai sisi lain dunia sepak bola. Soccer mencoba memberikan ruang bagi para perempuan untuk dapat muncul dalam tabloid olahraga yang seringkali didominasi oleh laki-laki. Hal tersebut salah satunya coba diwujudkan dengan cara menampilkan sosok WAGs yang selama ini jarang dibahas secara mendalam oleh media lain. Melalui kedua kolom tersebut, sosok WAGs coba diprofilkan sekaligus diperkenalkan kepada para pembaca tabloid ini. Sebagai sebuah media cetak, Soccer memiliki ideologi sendiri dalam menampilkan sosok WAGs. Soccer memiliki tampilan atau cara tersendiri untukmenghadirkan sosok ini bagi para pembacanya. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Soccer merepresentasikan sosok WAGs dalam kolom Soccer Babes dan Love Story. Penelitian ini menggunakan pendekaan teori representasi dari Stuart Hall, Tabloid dan konstruksi perempuan dari Martin Hamer dan Martin Conboy. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan semiotika dengan analisis data secara sintagmatik melalui analisis narasi dan teknik konotasi pesan fotografis dari Roland Barthes. Selain analisis sintagmatik, peneliti menggunakan analisis paradigmatik untuk mencari nilai tersembunyi yang terdapat dalam Soccer yang menampilkan sosok WAGs melalui kolom Soccer Babes dan Love Story.II. ISIDari dua belas sosok WAGs yang diwakili oleh sosok Eleanor Abbagnato, Michella Quattrocioche, Carolina Marcialis (Liga Italia), Heather Weir, Ursula Santirso, Georgina Dorsett (Liga Inggris), Pilar Rubio, Jorgelina Cardoso, Carolina Martin (Liga Spanyol), Maria Imizcoz Garcia, Lilli Hollunder, dan Anna Stachurska (Liga Jerman), yang termuat dalam kolom Soccer Babes dan kolom Love Story. Menurut Vladimir Propp, analisis sintagmatik menggunakan unit narasi dasar yang disebutkan oleh Propp sebagai sebuah “fungsi”, fungsi tersebut dapat diperoleh dari berbagai adegan atau bagian yang terdapat dalam film, komik, televisi, dan segala jenis produk media yang mengandung narasi (Berger, 1991: 14). Analisis paradigmatik digunakan untuk mencari nilai-nilai atau ideologi yang tersembunyi dalamteks yang mampu membangkitkan makna tertentu bagi pembaca (Berger, 1991: 18), secara analisis sintagmatik dan analisis paradigmatik maka diperoleh nilai-nilai antara lain :1. Secara sintagmatik, melalui analisis narasi dan analisis fotografis Roland Barthes, Tabloid Soccer menampilkan sosok WAGs sebagai sosok perempuan yang aktif, memiliki pengaruh, ceria, setia independen, memiliki bakat, dan berprestasi. Melalui gambar, sosok WAGs ditampilkan Soccer sebagai sosok perempuan modis, berparas cantik, dan menampilkan nilai sensualitas perempuan dalam batas kewajaran.2. Secara paradigmatik, ada lima nilai yang bisa dipetik dari dua belas sosok WAGs yang diteliti, yaitu WAGs sebagai sosok penentu karir, WAGs sebagai pasangan ideal, WAGs sebagai perempuan mandiri, WAGs sebagai sosok perempuan pecinta fashion, dan WAGs sebagai sebuah stereotip yang dibenci.Pertama, Sosok WAGs sebagai penentu karir. Definisi WAGs sebagai sosok penentu karir adalah Sosok WAGs yang memiliki pengaruh besar terhadap karir pasangannya sebagai pesepak bola profesional, seperti pengaruh WAGs dalam menentukan klub yang dipilih oleh pasangannya dan WAGs membantu meningkatkan Perubahan moral pasangannya dalam karir sepak bola.Kedua, WAGs sebagai sosok pasangan ideal didefinisikan bahwa sosok WAGs membantu memberi dukungan terhadap pasangannya sebagai pesepak bola profesional, dan menjadi sosok yang bisa diandalkan untuk membangun komitmen dalam membina sebuah hubungan.Ketiga, WAGs sebagai perempuan mandiri memiliki definisi sosok WAGs yang secara ekonomi mampu memiliki profesi yang bisa diandalkan untuk hidup, dan tidak bergantung dari penghasilan pasangannya. Hal ini sebagai perwujudan liberalisme secara ekonomi dan eksistensi yang dilakukan oleh WAGs.Keempat, WAGs sebagai sosok pecinta fashion didefinisikan sebagai sosok WAGs yang memiliki selera fashion yang baik, karena latar belakang sosok WAGs yang mayoritas merupakan selebriti sehingga memiliki selera fashion yang cukup baik, selain itu fashion merupakan salah identitas yang membangun karakter sosok WAGs.Kelima, sosok WAGs sebagai sebuah stereotip yang dibenci oleh perempuan didefinisikan sebagai WAGs merupakan sebuah stereotip yang diciptakan media-media di Inggris dan berkonotasi negatif, dari hasil penelitian ditemukan beberapa WAGs yang secara nyata menolak sebutan itu karena mampu mempengaruhi nilai dan peran mereka di mata masyarakat.Dari kelima nilai tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa Tabloid Soccer, membantu memperkenalkan dan membentuk pemahaman baru kepada pembacanya tentang sosok WAGs, lewat WAGs yang ditampilkan melalui kolom Soccer Babes dan kolom Love Story.III. PENUTUPSoccer menampilkan para pacar dan istri pesepak bola profesional tersebut dengan nilai-nilai yang positif, baik melalui narasi maupun tampilan gambar. Dengan menampilkan sosok WAGs dengan peran dan nilai-nilai positif tersebut, nilai-nilai negatif yang dihasilkan oleh pemaknaan WAGs terdahulu akan tertutupi. Dalam hal ini, media berperan membentuk makna baru dengan merepresentasikan nilai-nilai dan bentuk yang berbeda.Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa Soccer tidak sekadar menganggap para WAGs sebagai news candy semata, melainkan ada nilai yang coba disampaikan kepada pembacanya, misalnya nilai kemandirian. Dalam penelitian ini, sosok WAGs telah mengalami pergeseran nilai yang ke arah positif dibanding ketika istilah ini muncul pertama kali pada 2006. Hal ini menunjukan bahwa sosok WAGs saat ini tidak bisa digeneralisir dengan makna terdahulu, perlu adanya pembanding atau informasi mendalam yang menunjukkan sosok WAGs memiliki nilai positif atau negatif.DAFTAR PUSTAKASUMBER BUKU :Barker, Chris. 2004. Dictionary Of Cultural Studies. London : Sage Publications.Barthes, Roland. 1990. Imaji, Musik, dan Teks. Yogyakarta : Jalasutra.Berger, Arthur Asa. 1991. Media Analysis Techniques. London : Sage Publications.Burton, Graeme. 2008. Yang Tersembunyi di Balik Media. Yogyakarta: Jalasutra.Cashmore, Elish. 2002. Key Concepts Sports and Exercise Psychology. London: Routledge.Coakley, Jay. 2001. Sports in Society : Issues & Controversies. New York: Mc Graw Hill.Conboy, Martin. 2006. Tabloid Britain. London : Routledge.Danesi, Marcel. 2010. Memahami Semiotika Media. Yogyakarta : Jalasutra.Denzin, Norman & Yvonna Lincoln. 1994. The SAGE Handbook of Qualitative Research. London: Sage Publications.Eriyanto. 2001. Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : LKIS. Fiske, John. 2004. Cultural and Communication Studies : Sebuah pengantar paling Komprehensif. Yogyakarta : Jalasutra. Hall, Stuart. 1997. Representation : Cultural Representation and Signifying Practises. London : Sage Publications.Hamer, Martin. 2004. Key Concepts In Journalism Studies. London : Sage Publications.Kamus Bahasa Indonesia. (2008). Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kawamura, Yuniya. 2005. Fashionology: an introduction to fashion studies. Oxford: Berg Publisher. Kuper, Simon & Stefan Szymanski. 2009. Soccernomics. New York : Nation Books. Leslie, Larry Z. 2011. Celebrity in 21 Century. California : ABC CLIO LLC. Potter, Deborah. 2006. Handbook of Independent Journalism. United States: Bureau of International Information Programs U.S. Department Of State. Putnam, Hilary. 2001. Representation and Reality. Cambridge : The Mit Press. Rojek, Chris. 2001. Celebrity. London: Reaktion Books. Sugiarto, Atok. 2005. Paparazzi: Memahami Fotografi Kewartawanan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.Scapp, Ron & Brian Seitz. 2010. Fashion Statements. New York: Palgrave Macmilan. Schwarzmantel, John. 2008. Ideology and Politics. London: Sage Publications. Sterling, Cristopher H. 2009. Encyclopedia of Journalism. London : Sage Publications. Tannsjo, Torbjorn & Claudio Tamborini. 2000. Values in Sport. London: E & FN Spon. Tong, Roesmarie Putnam. 2008. Feminist Thought. Yogyakarta : JalaSutra. Turner, Rachel S. 2008. Neo Liberal Ideology: History, Concepts, and Policies. United Kingdom: Edinburgh University Press Ltd. Thornham, Sue. 2010. Teori Feminis Dan Cultural Studies. Yogyakarta: Jalasutra Thornham, Sue. 2007. Women, Feminism, and Media. United Kingdom: Edinburgh University Press Ltd. Urrichio, William. 2008. Media, Representations, and Identities. United Kingdom: Intellect Books.Van loon, Borin, dkk. 2008. Introducing Media Studies. Yogyakarta : Resist Book. Watkins, Susan Alice dkk. 2007. Feminisme untuk Pemula. Yogyakarta : Resist Book. Webb, Jenn. 2009. Understanding Representation. London : Sage Publications. Wood, Julie T. 1994. Gendered Lives: Communication, Gender, and Culture. Stamford: Wadswoerth Publishing.SUMBER MEDIA CETAK : London Evening Standard, 5 July 2006.London Lite, 14 May 2007.Times Magazine, New Yorker, & Sunday Times, July 2006. New Yorker, 3 July 2006. The Football Agents, Buklet Tabloid Bola Edisi 03, Terbit 28 Januari 2013. 20 Highest Paid Footballers, Buklet Tabloid Bola Edisi 17, Terbit 6 Mei 2013. Tabloid Soccer edisi 1 September 2012. Tabloid Soccer edisi 15 Oktober 2012. Tabloid Soccer edisi 15 Desember 2012 Tabloid Soccer edisi 26 Januari 2013 Tabloid Soccer edisi 2 Februari 2013 Tabloid Soccer edisi 16 Februari 2013 Tabloid Soccer edisi 11 Mei 2013 Tabloid Soccer edisi 1 Juni 2013 Tabloid Soccer edisi 22 Juni 2013.SKRIPSI : Ayun, Primada Qurrota. 2011. Representasi Perempuan dalam Rubrik Sosialita Koran Kompas. Skripsi : Universitas Diponegoro. Savitri, Isma. 2009. Representasi Perempuan dalam Tabloid Bola. Skripsi: Universitas Diponegoro. Tambunan, Chrismanto. 2010. Konstruksi Perempuan Pada Iklan Obat Kuat di Media Cetak. Skripsi: Universitas Diponegoro.SUMBER INTERNEThttp://www.biography.com/people/mia-hamm-16472547, diakses 2 juli 2013. www.bola.net/bolatainment/shakira-dinobatkan-sebagai-WAGs-tercantik-di-euro-2012-b33ff4.html, diakses 9 Maret 2013. www. bolamaster.com, diakses 27 Juni 2013. bleachreport.com, diakses 27 Juni 2013.http://www.cbc.ca/sports/soccer/fifawomensworldcup2011/story/2011/05/27/spf-homare-sawa.html, diakses 2 juli 2013. dnaberita.com, diakses 27 Juni 2013. www. detiksport.com, diakses 19 Mei 2013. www.duniasoccer.com, diakses 27 Juni 2013.http://www.fifa.com, diakses 2 Juli 2013. Footbalerswives.com, diakses 27 Juni 2013. google images.com/WAGsEngland2006, 19 Mei 2013. Hufftington.post, diakses 27 Juni 2013. Lavaguardian.com, diakses 27 Juni 2013 www. kapanlagi.com, diakses 27 Juni 2013 Madrid-Barcelona.com , diakses 27 Juni 2013www. namafb.com, diakses 9 Maret 2013. Mirror.co.uk, diakses 27 Juni 2013. Reveal.co.uk, diakses 27 Juni 2013.http://rsssf.com/tableso/ol-women.html, diakses 2 Juli 2013. http://www.thesun.co.uk/themostbeautifulWAGs, diakses 27 Juni 2013 uk.omg.yahoo.co.uk, diakses 27 Juni 2013. www.wowkeren.com, diakses 27 Juni 2013zimbio.com, diakses 27 Juni 2013.www. zonabola.com, diakses 19 Mei 2013
Pengaruh Gaya Komunikasi dan Kualitas Pelayanan Customer Service terhadap Kepuasan Nasabah (Studi pada Nasabah PT. Bank Bni Syariah Cabang Semarang)
PENGARUH GAYA KOMUNIKASI DANKUALITAS PELAYANAN CUSTOMER SERVICETERHADAP KEPUASAN NASABAH(Studi pada Nasabah PT. Bank BNI Syariah Cabang Semarang)ABSTRAKSIPengaruh Gaya Komunikasi dan Kualitas Pelayanan Customer Service Terhadap KepuasanNasabah (Studi Pada Nasabah PT. Bank BNI Syariah Cabang Semarang)Nasabah merupakan jantung kehidupan dari BNI Syariah Cabang Semarang yangharus terus di jaga. Menjamurnya perbankan syariah di Kota Semarang saat ini yang memilikiproduk dan layanan yang nyaris serupa membuat kualitas pelayanan BNI Syariah CabangSemarang yang diharapkan dapat menjadi pembeda. Gaya komunikasi dan kualitas pelayananCustomer Service jika di sinergikan dengan baik maka akan menciptakan kualitas layananprima yang dapat memberikan kepuasan di hati nasabah BNI Syariah Cabang Semarang.Penelitian ini menggunakan penelitian eksplanatoris dengan menggunakan uji anlisis regresiberganda untuk menguji hipotesis penelitian dimana terdapat pengaruh antara gayakomunikasi dan kualitas pelayanan customer service terhadap kepuasan nasabah. Datadiperoleh dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden yaitu nasabahBNI Syariah Cabang Semarang dengan jumlah sampel 96 responden. Gaya komunikasidiukur menggunakan indikator posisi tubuh, kontak mata, ekspresi wajah, dan intonasi suara.Sedangkan kualitas pelayanan diukur menggunakan indikator penampilan, sikap, kerapihantempat kerja, kecepatan pelayanan, ketepatan pelayanan, prosedur pelayanan, dan pelayananyang informatif.Hasil dari penelitian ini, gaya komunikasi dan kualitas pelayanan menunjukkan angkayang tinggi yakni 42,3% dan 67,9%. Sedangkan kepuasan nasabah signifikan dengan kualitaspelayanan dan gaya komunikasi sebesar 55,7%. Hasil analisis regresi linear sederhana denganUji T menunjukkan nilai T hitung 2,559 dengan nilai signifikansi sebesar 0,012 < 0,05, makahal ini berarti bahwa hipotesis menyatakan bahwa gaya komunikasi memiliki pengaruh yangsignifikan terhadap kepuasan nasabah. Sedangkan kualitas pelayanan diperoleh nilai T hitung10,275 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka hal ini berarti bahwa hipotesismenyatakan kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasannasabah. Sehingga Ha terbukti yakni terdapat hubungan antara gaya komunikasi dan kualitaspelayanan customer service terhadap kepuasan nasabah BNI Syariah Cabang Semarang.ABSTRACTThe Effect of Communication Style and Quality Service of Customer Service To TheCustomer Satisfaction (Study on Customer PT. Bank BNI Syariah Branch Semarang)The Customer is the heart of the life of BNI Syariah Branch Semarang that shouldcontinue in the case. The mushrooming of Islamic banking in the city of Semarang today whohave products and services that make a nearly identical service quality BNI Syariah BranchSemarang which is expected to be a differentiator. Communication style and quality customerservice if in united properly it will create a high quality of services that can provide customersatisfaction at the heart of Semarang BNI Syariah Branch. This study uses explanatory studyusing multiple regression anlisys test to test the hypothesis that there is influence betweencommunication style and quality customer service to customer satisfaction. Data obtainedusing questionnaires distributed to respondents, customers BNI Syariah Branch Semarangwith a sample of 96 respondents. Communication style was measured using an indicator bodyposition, eye contact, facial expressions, and tone of voice. While service quality is measuredusing indicators of performance, attitude, work neatness, speed of service, accuracy ofservice, service procedures, and informative service.The results of this study, communication style and quality of service showed a highrate 42.3% and 67.9%. While significant customer satisfaction with quality of service andcommunication styles of 55.7%. Results of simple linear regression analysis with T testshowed T value 2.559 with a significance value of 0.012 <0.05, then it means that thehypothesis stating that the communication style has a significant influence on customersatisfaction. While the quality of service obtained T value 10.275 with a significance value of0.000 <0.05, then it means that the hypothesis stated service quality has a significant impacton customer satisfaction. Ha so evident that there is a relationship between communicationstyle and quality customer service to customer satisfaction BNI Syariah Branch Semarang.BAB IPENDAHULUANI. 1. Latar BelakangKomunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dalam kegiatan perbankan. Setiapbagian dalam perbankan dari frontline sampai back office tidak dapat terhindar dari proseskomunikasi. Bahkan tanpa komunikasi kegiatan perbankan pun tidak akan berjalansebagaimana mestinya. Komunikasi dalam dunia perbankan membantu penyaluran ide dangagasan sehingga segala kepentingan, keinginan dan harapan-harapan Perusahaan dannasabah dapat saling diketahui dan dimengerti. Sehingga dapat dilakukan USAha-USAha untukmemenuhi seluruh kebutuhannya tersebut.Dalam persaingan yang semakin ketat saat ini, pelayanan dalam bisnis jasa perbankanyang biasa-biasa saja saat ini sudah tidak dapat lagi diharapkan untuk mampu bersaing dalamkancah persaingan global. Diperlukan sebuah konsep pelayanan prima yang diterapkan olehperusahaan khususnya Perusahaan jasa perbankan. BNI Syariah Cabang Semarang adalahsalah satu contoh Perusahaan perbankan yang bergerak di bidang jasa keuangan danmenerapkan konsep standar pelayanan prima bagi para nasabahnya. BNI Syariah CabangSemarang memiliki standar layanan baku dan seragam dengan seluruh BNI Syariah cabanglainnya se-Indonesia. Moto pelayanannya adalah GREAT (Greetings, Relationship, Emphaty,Atitude, Trust) yang tercetak pada bros PIN yang ditempel pada baju seragam kantor setiappetugas di Unit Pelayanan Nasabah. BNI Syariah Cabang Semarang sadar betul jika saat initidak dapat lagi menjalankan bisnisnya dengan berorientasi pada profit semata.Dari waktu ke waktu customer service BNI Syariah Cabang Semarang harus mampumemperbaiki dan menjaga kualitas pelayanannya, karena tanpa memberikan kualitaspelayanan yang prima pada nasabah, mustahil rasa puas yang diharapkan nasabah dapattercapai dan hal tersebut akan sangat menghambat BNI Syariah Cabang Semarang untukdapat hidup dan berkembang. Untuk menjaga dan meningkatkan kepuasan nasabahnya, BNISyariah Cabang Semarang perlu menjaga kepercayaan dimata nasabah. Kepercayaan inidapat dibangun melalui kualitas pelayanan yang prima oleh seluruh jajaran karyawannyatermasuk customer service, komunikasi yang dikemas dengan gaya komunikasi yang tepatsesuai sikon, inovasi produk, dan terjaminnya keamanan transaksi perbankan. Tanpakesemuanya itu, pencapaian kepuasan nasabah yang sedang dan akan dibangun tidak akantercapai.I. 2. Perumusan MasalahBNI Syariah Cabang Semarang idealnya tidak memiliki kendala yang berarti di bidangstandar layanan. Yang mana kesemuanya banyak mendapat masukan dari BNI selaku bank induk.Sehingga idealnya nilai minimal bagi petugas customer service adalah 90 atau A.Realita yang terjadi kualitas pelayanan yang dilakukan oleh customer servicekhususnya dari hasil penilaian internal mistery shopper tahun 2012 sangat mengecewakan,disisi layanan customer service BNI Syariah Cabang Semarang memperoleh nilai D denganskor 67.Padahal bank induk BNI telah memberikan konsep standar layanan yang samaterhadap BNI Syariah. Hendaknya petugas customer service BNI Syariah Semarang memilikikemampuan komunikasi yang mumpuni, gaya komunikasi yang luwes disertai denganpemahaman informasi yang luas sehingga mampu menyampaikan informasi secara akuratdan mudah dipahami serta memberikan kualitas pelayanan yang memuaskan terhadap semuanasabahnya. Pemberian pelatihan standar layanan terhadap customer service, kegiatan roleplay(simulasi layanan nasabah yang sesuai standar layanan) setiap dua minggu sekali danaktivitas sharing session seminggu sekali idealnya telah memberikan pemahaman yang lebihdari cukup untuk diterapkan dengan baik oleh seluruh pegawai di Unit Pelayanan Nasabahkhususnya customer service BNI Syariah Cabang Semarang.Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi masalah adalah apakah ada pengaruhantara gaya komunikasi dan kualitas pelayanan customer service terhadap kepuasan nasabahPT. Bank BNI Syariah ?I. 3. Tujuan dan Kegunaan PenelitianI.3.1. Tujuan PenelitianAdapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanyapengaruh antara gaya komunikasi dan kualitas pelayanan customer service terhadap kepuasannasabah PT. Bank BNI Syariah.I.3.2. Kegunaan PenelitianKegunaan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:1. Kegunaan TeoritisPenelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuandi lembaga pendidikan Universitas Diponegoro khususnya di jurusan IlmuKomunikasi FISIP mengenai teori tentang gaya komunikasi (communication style)dan kualitas pelayanan (service quality).2. Kegunaan PraktisPenelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan, sebagai dasarpertimbangan dalam USAha perbaikan BNI Syariah pada umumnya dan diharapkandapat memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, sehinggadiharapkan jumlah nasabah dapat terus meningkat setiap harinya.I. 4. Metode PenelitianI.4.1. Tipe penelitianTipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe explanatory.I.4.2. Populasi dan Teknik Pengambilan SampelI.4.2.1. PopulasiPopulasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa dalam penelitian ini yaitunasabah laki-laki maupun perempuan usia diatas 15 tahun yang telah memiliki tabungan danmenjadi nasabah BNI Syariah Semarang minimal selama 6 bulan.I.4.2.2.SampelUntuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya, penelitimenggunakan penetapan sampel berdasarkan rumus Slovin:n = N1 + Ne2n = 23871 + 2387 (10%) ²n = 23871 + 23,87n = 238724,87n = 95,97 = 96 Responden.I.4.2.3. Teknik Pengambilan SampelPengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probabilitysampling / non random sampling dengan teknik accidental sampling. Yakni teknik penentuansampel berdasarkan siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti yang dapatdipergunakan sebagai sampel, jika dipandang orang yang ditemui itu cocok sebagai sumberdata (Ruslan, 2004:156).Adapun prosedurnya adalah kuesioner yang berjumlah 96 buah di distribusikan ke 3orang petugas customer service BNI Syariah Cabang Semarang, lalu customer servicememberikan kuesioner untuk diisi kepada nasabah yang datang ke meja customer service,yakni nasabah yang sesuai dengan kriteria responden dalam penelitian ini (minimal usia 15tahun,memiliki tabungan dan sudah 6 bulan menjadi nasabah BNI Syariah CabangSemarang).I.4.3. Jenis dan Sumber DataSumber data yang digunakan dalam penelitian digolongkan menjadi 2 sumber:1. Data PrimerData primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari kuesioner yang diisioleh responden di lapangan. Yaitu nasabah laki-laki maupun perempuan usia diatas 15tahun yang telah memiliki tabungan dan menjadi nasabah BNI Syariah Semarangminimal selama 6 bulan.2. Data SekunderData sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari literatur dan referensi lainnyayang relevan dengan penelitian. Seperti buku register harian pembukaan tabungannasabah, buku register harian komplain nasabah, Buku Pedoman Perusahaan (BPP)dan Buku Pedoman Standar Layanan Nasabah BNI Syariah.I.4.4. Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui kuesioner yangdibagikan kepada responden untuk diisi.I.4.5. Instrumen PenelitianAlat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi daftarpertanyaan yang disusun secara sistematis dan berisi alternatif jawaban yang terstruktur yangharus diisi oleh responden.I.4.6. Teknik Analisis DataData mengenai pengaruh gaya komunikasi dan kualitas pelayanan customer serviceterhadap kepuasan nasabah PT. Bank BNI Syariah Cabang Semarang, yang telah diperolehdari sejumlah responden, kemudian disusun secara sistematis, faktual, dan akurat berdasarkandata di lapangan.Kemudian untuk menguji hipotesis penelitian ini, peneliti menggunakan analisaregresi linear sederhana dan analisa regresi berganda dengan bantuan program SPSS 16.Teknik ini digunakan untuk mencari koefisien korelasi antara nominal dan ordinalnya.I.4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas1.4.7.1.Uji ValiditasUji Validitas dilakukan untuk mengukur sah / validnya suatu kuesioner. Suatukuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkansesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas ini membandingkan nilaimasing-masing item pertanyaan dengan nilai total. Apabila besarnya nilai total koefisien itempertanyaan masing-masing variabel melebihi nilai signifikansi maka pertanyaan tersebuttidak valid. Nilai signifikasi harus lebih kecil dari 0,05 maka item pertanyaan baru dikatakanvalid atau dapat dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung (nilai korelatif/ nilai productmoment) dengan r tabelnya. Apabila nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel dan nilai rpositif dan signifikan, maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2005:34).I.4.7.2. Uji ReliabilitasUji Reliabilitas merupakan uji kehandalan yang bertujuan untuk mengetahui sebarapajauh alat ukur tersebut dapat dipercaya. Kehandalan berkaitan dengan seberapa jauh suatualat ukur konsisten apabila pengukuran dilakukan secara berulang dengan sampel yangberbeda-beda. Uji Reliabilitas dilakukan dengan menggunakn Cronbach alpha (). Suatukonstruk/variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai (alpha () > 0,60 (Ghozali,2005:35).DAFTAR PUSTAKAAndito. 1998. Belajar Teori Behavioristik. Bandung : Pustaka Hidayah.Barata, Atep Adya. 2004. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: PT. Elex MediaKomputindo.Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra AdityaBakti.Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT RemajaRosdakarya.Fatmawati, Endang. 2007. Gaya Komunikasi Pustakawan Terhadap Pengguna: PengaruhTerhadap Kualitas Layanan Di Perpustakaan Fakultas Ekonomi UniversitasDiponegoro Unit S1 Reguler. Skripsi. Semarang: Fakultas Sastra UniversitasDiponegoro Semarang.Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS edisi 3.Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Griffin , Jill. 2005. Customer Loyalty Menumbuhkan dan Mempertahankan KesetiaanPelanggan. Jakarta: Erlangga.Kasmir. 2006. Etika Customer Service. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Kang, Juhee. 2012. Effective Communication Styles for The Customer-Oriented ServiceEmployee: Introducing dedicational behaviors in luxury restaurant patrons. UnitedStates: International Journal of Hospitality Management.Liliweri, Alo.2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana Prenada mediagroup.Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya.Nasution. 2004. Manajemen Jasa Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia.Prasetyo, Riza Fajar. 2012. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap KepuasanNasabah pada Bank BRI Unit Sampangan. Q-MAN Vol.2 No.4. Desember.Rahmayanty, Nina. 2010. Manajemen Pelayanan Prima, Mencegah Pembelotan danMembangun Customer Loyalty. Yogyakarta: Graha Ilmu.Rangkuti, Freddy.2002. Measuring Customer Satisfaction: Gaining Customer RelationshipStrategy. Jakarta: Pustaka Utama.Ratminto dan Atik Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.Ruslan, Rosady.2004, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Rineka Cipta.Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Penerbit Andi.Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Representasi Kekuasaan Kulit Putih Amerika terhadap Kaum Afrika Amerika dalam Film A TIME To Kill
1ABSTRAKSINama : Michael LaurentiusNIM : D2C007056Judul : Representasi Kekuasaan Kulit Putih Amerika Terhadap Kaum Afrika AmerikaDalam Film A Time to KillAdapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penulisan ilmiah ini adalahuntuk mengetahui adanya representasi kekuasaan dan mengetahui visualisasi rasismemelalui pembagian kelas yang ada di film ini. Pemaknaan kedamaian positif yang ingindisampaikan melalui film A Time to Kill seakan seperti selaput yang menutupi superioritaskulit putih Amerika terhadap masyarakat kulit hitam.Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotika.Pengertian dasar semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Untuk mengkaji makna tandayang terkandung pada film, penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik yangmengacu pada teori C.S. Peirce dengan identifikasi relasi segitiga antara tanda, penggunadan realitas eksternal sebagai suatu keharusan model untuk mengkaji makna. Representasidan semiotika memiliki suatu hubungan dalam pembahasan kebudayaan. Kedua hal inimerupakan sistem yang muncul dalam setiap pembahasan terkait dengan budaya atauculture. Perlu diketahui bahwa budaya terbentuk dari proses pembagian atau pertukarandari banyak makna. Kekuatan dalam representasi (power in representation) menunjukkanbagaimana kekuasaan dapat memberi tanda atau nilai tertentu, menetapkan danmengklasifikasi. Kekuasaan tidak hanya harus dimengerti dalam terminologi eksploitasiekonomi dan paksaan fisik, tapi juga harus dipahami lebih luas dalam sudut pandangkultural dan terminologi simbolik.Oleh karena itu perlu dipahami secara kritis akan cara kerja representasi kekuasaandan rasisme dalam film meskipun film tersebut bertujuan positif dengan menampilkan sisikemanusiaan. Bisa jadi terdapat ketidaksamaan kekuatan (power) yang mencolok antara2kelompok yang satu dengan yang lain, ada pihak yang lemah dan ada pihak yang lebih kuatserta mendominasi banyak hal hingga pada akhirnya terciptalah sebuah konsep pandanganumum tentang adanya perbedaan kekuatan atau kekuasaan.3ABSTRACTIONName : Michael LaurentiusStudent Number : D2C007056Title : Representation of American White Power Against The AfricanAmerican in A Time to Kill MovieThe research objectives to be achieved in scientific writing is to know therepresentation of power and knows racism visualization through class divisions that exist inthis film. Meaning of a positive peace which is to be conveyed through “A Time to Kill”movie as if such membranes covering the white American superiority against the blackcommunity.Method of approach used in this study is semiotics. Basic understanding ofsemiotics is the study of signs. To assess the meaning of the sign is contained in the film, thisstudy uses a semiotic analysis method refers to the CS Peirce theory with the identificationof triangular relations between signs, users and external reality as a necessity model toexamine meaning. Representation and semiotics have a relationship in the discussion ofculture. Both of these are systems that arise in any discussion related to the culture. Keep inmind that the culture formed by the division or exchange of a lot of meaning. Power inrepresentation shows how power can mark or a specific value, specify and classify. Powermust be understood not only in terms of economic exploitation and physical coercion, butalso must be understood in the broader perspective of cultural and symbolic terms.Therefore, it will be critically important to understand how the representation ofpower and racism in the movie even though the movie aims to show the positive side ofhumanity. It could be that there is inequality strength (power) striking between the groupswith each other, there are those who are weak and there are those who are stronger anddominate many things and eventually created a concept of the common view of thedifference in strength or power.4REPRESENTASI KEKUASAAN KULIT PUTIH AMERIKA TERHADAP KAUMAFRIKA AMERIKA DALAM FILM A TIME TO KILL1.1 Latar BelakangLatar waktu pada film tepatnya diatur memasuki tahun 1982. Dimana padawaktu ini sang penulis John Grisham sebelum menjadi novelis yang sebelumnyamerupakan seorang pengacara pernah menangani kasus serupa. Novel pertamanya, ATime to Kill, terinspirasi dari kesaksian seorang perempuan berusia 10 tahun yangdibelanya yang menjadi korban perkosaan dan penganiayaan. Grisham begituterobsesi dengan perkara tersebut. Grisham menuturkan,”Apa yang akan terjadi jikaayah si gadis cilik itu membunuh para pemerkosanya. Saya akan menuliskannyakembali.”(http://sosok.kompasiana.com/2013/05/05/grisham-pengacara-yang-sukses-jadi-novelis-557505.html)Peneliti melihat novel populer ini sangat kontroversial dan sangat beranidengan judul yang sama dengan filmnya. John Grisham berani memutar ceritaberdasarkan pengalamannya dengan memposisikan seorang kulit hitam membunuhdua orang kulit putih karena dendam demi kehormatan dan keadilan. Ada maknayang ingin disampaikan John Grisham melalui novel ini berdasarkan judulnya, yaitumomentum seorang individu (kulit hitam) yang merasa sudah seharusnya membunuhorang kulit putih karena telah menghancurkan masa depan putrinya yang ia sayangi ,tidak akan ada waktu yang tepat bila kita menunggu karena waktu yang tepatditentukan oleh kita sendiri. Pemeran kulit hitam seakan diceritakan oleh JohnGrisham akhirnya sebagai pengambil keputusan, “sudah waktunya saya bertindak dansudah waktunya saya harus membunuh bila kehormatan dan keadilan tidak bisadiselamatkan” (A Time to Kill).Namun dibalik tujuan menggambarkan sebuah kerjasama antar ras terdapatbias yang terjadi dalam film ini yang bukan terkait makna kerjasama antar rasmelainkan ada makna tanda lain yang lebih dominan mengangkat citra kulit putih dansecara visual membentuk sikap rasis yang semuanya itu digambarkan secarakompleks melalui permainan dan kontrol kekuasaan yang didominasi oleh kulit putih.Oleh karena itulah, penulis sangat tertarik untuk mengangkat masalah ini sebagaibahan pembuatan penulisan ilmiah dengan memberi judul “Representasi KekuasaanKulit Putih Amerika Terhadap Kaum Afrika Amerika dalam Film A Time to Kill”.5Film A Time to Kill juga memunculkan salah satu terminologi sosiologisberupa pembentukan kaum mayoritas dan minoritas. Dalam kehidupanbermasyarakat, hampir dimana ada kelompok mayoritas, baik di bidang agama,ekonomi, moral, politik, dan sebagainya. Minoritas lebih mudah ditindas dan lebihsering mengalami penderitaan karena tekanan oleh pihak mayoritas. Hubungan antarakaum mayoritas-minoritas sering menimbulkan konflik sosial yang ditandai olehsikap subyektif berupa prasangka dan tingkah laku yang tidak bersahabat(Schwingenschlögl, 2007). Secara umum, kelompok yang dominan cenderungmempertahankan posisinya yang ada sekarang dan menahan proses Perubahan sosialyang mungkin akan mengacaukan status tersebut. Ketakutan akan kehilangankekuasaan mendorong mereka untuk melakukan penindasan dan menyia-nyiakanpotensi produktif dari kaum minoritas (Griffiths, 2006).1.2 Rumusan MasalahSecara visual umum film A Time To Kill menggambarkan perjuangan seorangkulit hitam, dimana dia harus membunuh dengan cara main hakim sendiri yaitumenembak dengan membabi buta kedua pelaku pemerkosa putrinya. Eksekusi dengandasar dendam ini dilakukan di aula pengadilan di muka umum saat dimana parapelaku pemerkosa tersebut akan diadili. Tindakan tersebut dilakukan oleh kulit hitamyang mengeksekusi dua orang kulit putih yang mana berdasarkan visualisasi latarbelakang waktu film ini digambarkan masih dalam era rasisme Amerika.Penggambaran film ini memperlihatkan bagaimana kasus ini diproses secara hukumdan di dalamnya secara jelas memperlihatkan dominasi tokoh kulit putih dalammenyelesaikan kasus pembunuhan interasial ini. Pengacara kulit putih dan timnyayang bersedia membela dan datang sebagai “pahlawan”, pengacara yang cerdas, danpantang menyerah. Berbeda dengan tokoh utama kulit hitam yang digambarkansebagai buruh, main hakim sendiri, emosional, dan pasrah terhadap kasus yangsedang dijalaninya kepada pengacaranya.Dalam merumuskan masalah ini, penulis akan mengemukakan beberapapermasalahan yang berkaitan dengan penjelasan di atas, yaitu sebagai berikut :1. Bagaimana representasi kekuasaan kulit putih dalam film A Time to Kill terjadi ?2. Bagaimana visualisasi rasisme dipraktikkan dalam peran dan tokoh film A Time toKill ?61.3 Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui adanya representasi kekuasaan kulit putih di Amerika dalamfilm A Time to Kill.2. Untuk mengetahui visualisasi rasisme dan pembagian kelas di Amerika yang adadalam film A Time to Kill.1.4 Maanfaat Penelitian1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan danmenggambarkan bagaimana proses terjadinya konstruksi sosial di dalam mediakhususnya dalam film A Time to Kill. Dalam film ini terdapat konstruksi sosialyang divisualisasikan antara kelompok mayoritas dengan minoritas yang jugadikaitkan dengan sebuah permainan kekuasaan serta rasisme disertai pemisahankelas yang secara tidak langsung dilakukan pihak mayoritas di Balik tujuan untukmembantu minoritas.2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikankesadaran kepada masyarakat agar dapat memahami bagaimana kekuasaan itudapat dimainkan di dalam kehidupan khususnya melalui media dengan berbagaibentuk baik itu dilakukan secara negatif ataupun di Balik perilaku kekuasaan yangpositif. Masyarakat pun harus paham akan bagaimana kekuasaan baik dalam mediaataupun tidak melalui media dapat menciptakan suatu pembedaan dalammasyarakat itu sendiri bisa dalam hal paham, keyakinan atau agama, ras dan lainsebagainya. Khalayak luas pun harus dapat memahami secara kritis dan bijakterhadap pembedaan yang menciptakan perbedaan tersebut.1.5 KERANGKA TEORI1.5.1 State of The ArtPenelitian terkait representasi rasisme dalam penelitian melalui film sudahdilakukan oleh peneliti sebelumnya. Peneliti sebelumnya menjelaskan danmenggambarkan lebih mendalam terkait representasi rasisme dan kelas yangdiceritakan dalam film. Fenomena sosial seperti rasisme memang sering munculdan diangkat dalam media massa khususnya melalui film.7Penelitian sebelumnya hanya fokus pada representasi rasisme dan belumbanyak mengaitkan faktor representasi kekuasaan yangmembentuk pencitraanrasisme dan stereotyping suatu kelas dalam film. Ada hal menarik untuk ditelitilebih lanjut yaitu adanya bentuk representasi kekuasaan tersembunyi yangdilakukan oleh pihak dominan (di dalam film) sehingga menciptakan suatustereotyping kelas dan semuanya itu dicitrakan dalam beberapa film yangumumnya melibatkan tokoh-tokoh yang berbeda latar belakang budaya, agama,warna kulit, dan lain sebagainya.1.5.2 Fungsi Media (Film) Dalam Semiotika KomunikasiFungsi film yang bersifat audio visual atau bahkan dengan tambahan teksakan memudahkan makna dari tanda (sign) muncul ke permukaan sehinggapenonton dapat memahami semiotika komuikasi yang bisa jadi terlalu rumit dansulit dipahami maknanya. Penonton film yang mendengar dan melihat, memilikipemahaman tanda yang lebih cepat dimaknakan dibandingkan seorang pendengaraudio saja (contoh: radio) atau seorang yang hanya melihat secara visual tanpa teks(contoh: gambar poster).1.5.3 Representasi dan SemiotikaRepresentasi dan semiotika memiliki suatu hubungan dalam pembahasankebudayaan. Kedua hal ini merupakan sistem yang muncul dalam setiappembahasan terkait dengan budaya atau culture. Perlu diketahui bahwa budayaterbentuk dari proses pembagian atau pertukaran dari banyak makna (sharedmeanings) (Hall, 1997:1). Dalam pendekatan semiotika, sebuah representasidimengerti sebagai basis jalur kata-kata yang berfungsi sebagai tanda yangterdapat di dalam bahasa (Hall, 1997:42). Representasi dalam semiotika lebihmemikirkan pada representasi sebagai sebuah sumber produksi pengetahuan sosialatau social knowledge. Pengetahuan sosial ini merupakan sistem yang lebihterbuka, serta terhubung lebih banyak dan mendalam di setiap praktek-prakteksosial.Kekuasaan tidak hanya harus dimengerti dalam terminologi eksploitasiekonomi dan paksaan fisik, tapi juga harus dipahami lebih luas dalam sudutpandang kultural dan terminologi simbolik, termasuk juga kekuasaan untukmerepresentasikan seseorang atau sesuatu dengan cara tertentu, hingga dapatdikatakan terdapat „rezim reperesentasi‟ di dalamnya (Hall, 1997:259). Hal initermasuk dalam penggunaan simbol kekuasaan (symbolic power) melalui praktek8praktek representasional. Stereotyping adalah elemen kunci dalam penggunaan„simbol kekejaman‟.1.5.4 Diskursus Dalam MediaSinema atau film dapat dikatakan merupakan salah satu institusi mediatekstual yang berperan menampilkan berbagai bentuk nilai sosial atau tanda dalambentuk imaji audio dan visual hingga dapat memproduksi efek realitas tertentu dimasyarakat. Diskursus dalam media erat kaitannya dengan kekuasaan yang munculdalam percakapan.1.5.5 Stereotype dan KekuasaanStereotype adalah citra mental yang melekat pada sebuah grup ataukelompok. Pengertian lain dari stereotype adalah penilaian terhadap seseoranghanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapatdikategorikan. Stereotype merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secaraintuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks danmembantu dalam pengambilan keputusan secara cepat.Bias dalam film A Time to Kill terlihat mengarah pada penggunaankekuasaan kaum dominan yaitu orang kulit putih Amerika. Ada suatu gambaranpendiktean oleh sebuah kekuasaanyang dianggap lebih pintar dan bijak dalammenyelesaikan masalah rasisme serta dapat menjadi solusi terbaik. Kekuasaanbijak tersebut seakan direpresentasikan melalui tokoh-tokoh orang kulit putih.Dalam psikologi sosial interpersonal dan intergroup terdapat penjelasan dariSusan Fiske yang dibantu oleh kolega-koleganya (berdasarkan pengaruh teoriDacher Keltner) telah mengembangkan teori power as control (PAC) melaluiberbagai penelitian lab, survey, dan bidang neuroscientific (Dowding, 1996:504).Dalam hal ini PAC dapat diteliti berdasarkan gambaran kondisi dan situasi yangmemungkinkan suatu kekuasaan atau power muncul, dan melalui beberapadiskusi terkait bagaimana kekuasaan itu digunakan apakah untuk tujuan yang baikatau untuk menyakiti.91.5.6 Konsep Marxisme Dalam Media (film) Melalui Kode Konsepsi KelasBentuk metodologi Marxis dan kritiknya terhadap formasi sosialmenciptakan sebuah kelas. Berikut ini merupakan penjelasan serta contoh kasuspemetaan kelas yang divisualisasikan dalam sebuah film populer yang bersumberdari buku Marxism and Media Studies.1.5.6.1 Memetakan kelas (mapping class)Pembelajaran sekarang mengenai kelas sosial telah difokuskan padakelas menengah white-collar/kerah putih yang tidak manual dan kelas pekerjablue-collar manual. Kelas-kelas tersebut sering dibagi lagi dalam berbagaitingkatan dalam bentuk kategori-kategori pekerjaan. Klasifikasi khususnyaadalah sebagai berikut:Kelas menengah : profesional yang lebih tinggi, manajerial dan administrative,Ahli/profesional yang lebih rendah, manajerial danadministratifKelas pekerja : kemampuan manual (Skilled Manual) Kemampuan semimanual(semi-skilled manual) Tidak memiliki kemampuan manual (unskilledmanual) (Haralambos 1985:48)1.6 Metodologi Penelitian1.6.1 Tipe PenelitianPenelitian tentang bias kekuasaan kaum kulit Amerika dalam film A Timeto Kill merupakan studi yang menggunakan pendekatan interpretif (subjektif)kritis dengan desain penelitian deksriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif bertujuanuntuk mempersilahkan pembaca mengetahui apa yang terjadi dalam penelitiantersebut dan bagaimana subjek memandang atau bahkan menilai kejadian tertentu.Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong,2004:3) mengemukakan metode kualitatifsebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kataatau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapatdiamati.101.6.2 Subjek PenelitianSubjek penelitian yang digunakan dalam penelitian berikut adalah film ATime to Kill yang rilis di Amerika tahun 1996. Film ini diangkat dari novel dengandengan judul serupa karya John Grisham yang secara garis besar menceritakankrisis dan konflik rasial antara kulit putih Amerika dengan kaum kulit hitam AfrikaAmerika.1.6.3 Metode RisetMetode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalahsemiotika. Pengertian dasar semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studitentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya,hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya olehmereka yang menggunakannya. Menurut Preminger (2001), ilmu ini menganggapbahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tandatanda(Kriyantono, 2006:265). Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan,konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita; tandamengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri; dan bergantung pada pengenalanoleh penggunannya sehingga bisa disebut tanda (Fiske, 2011:61)Fokus penelitiannya adalah bagaimana bias kekuasaan direpresentasikandalam film A Time to Kill. Untuk mengkaji makna tanda-tanda yang terkandungpada film, penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik yang mengacupada teori Roland Barthes dengan model semiotika berupa signifier(penanda/teks), signified (petanda/konteks), sign (tanda).Stereotype negatif yang dilekatkan pada tokoh kulit hitam di film ini seakansudah menjadi mitos sejarah yang terus terpelihara dan dibenarkan sebagai budakdengan gambaran tanda atau sign kehidupan yang “kumuh”, “kurang terdidik”,“kasar / barbar” dan “sumber masalah”. Sedangkan tokoh-tokoh kulit putih (peranpengacara dalam film ini) secara dominan digambarkan secara lebih positif, “punyakuasa”, “berpenampilan rapih”, “lebih terdidik”, dan “seorang yang dapat mengontrolsituasi”, layaknya gambaran tuan tanah yang berusaha mengatasi aksi protes budakkulit hitam di masa sejarah rasisme.Denotasi yang muncul dari cuplikan gambar berupa seorang kulit hitamdengan penampilan lusuh menembakkan senjata, kemudian berada di penjara.11Ditambah lagi dalam gambar pemeran kulit hitam tersebut sempat berkata keras dankasar di persidangan yang ditujukan pada para pemerkosa yang sudah ia tembaksampai mati, “Yes, they deserve to die, and I hope they burn in Hell” (ya, merekapantas mati, dan saya berharap merek terbakar di neraka). Peran kulit putih adagambar selanjutnya digambarkan rapih, bersih, dan terpelajar (sebagai pengacara).Konotasi positif muncul pada peran kulit putih yang “jas dan berdasi” denganpekerjaan sebagai pengacara sehingga dimaknakan “punya kuasa atau berkuasa”untuk bertindak.1.6.4 Jenis DataSumber data penelitian ini adalah data teks, dimana data kualitatifberasal dari teks-teks tertentu. Penggunaan data ini disesuaikan denganpendekatan sistem tanda di dalam proses penelitian khususnya analisis semiotik.Berdasarkan buku Riset Komunikasi (Kriyantono, 2006:38), dalam kajiankomunikasi segala macam tanda adalah teks yang di dalamnya terdapat simbolsimbolyang sengaja dipilih, di mana pemilihan, penyusunannya, danpenyampaiannya tidak bebas dari maksud tertentu, karena itu akan memunculkanmakna tertentu. Sistem analisis yang dikembangkan yaitu sistem konotasi dandenotasi. Kata konotasi berasal dari bahasa latin “Connotare” menjadi tanda danmengarah kepada makna- makna kultural yang terpisah atau berbeda dengankata dari bentuk-bentuk komunikasi. Kata konotasi melibatkan simbol –simbol,historis dan hal – hal yang berhubungan dengan emosional. Denotasi dankonotasi menguraikan hubungan antara signifier dan referentnya. Denotasimenggunakan makna dari tanda sebagai definisi secara literal atau nyata.Konotasi mengarah pada kondisi sosial budaya dan emosional personal.1.6.5 Sumber DataData yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu :a. Data Primer, data ini diperoleh langsung dari objek penelitian yaitu dari filmA Time To Kill, yaitu akting, dialog, dan alur cerita.b. Data Sekunder, yang diperoleh dari sumber lain yaitu studi kepustakaandalam bentuk buku atau melalui situs internet, baik teori maupun informasiyang berkaitan dengan film A Time to Kill.121.6.6 Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data yang dilakukan adalahdengan studi dokumenter(documentary study).Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan datadengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,baik dokumentertulis,gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudiandianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasilkajian yang sistematis, padu dan utuh. Dalam penelitian ini film A Time to Killadalah objek utama penelitian yang nantinya akan dibantu dengan data-datapustaka atau dokumen lainnya terkait tujuan pembongkaran tanda-tandarepresentasi kekuasaan dan stereotype yang bersifat rasis.1.6.7 Teknik Analisis DataKode televisi sebuah acara atau film yang ditayangkan sudah dikodekan olehkode-kode sosial dalam beberapa tingkatan (Fiske, 2001:7-13) mulai dari;Tingkat satu:Reality, Tingkat dua : Representation, Tingkat tiga :Ideology (Ideologi)Realitas:Pengaturan Kamera (Camera Work), Pencahayaan (Lightning), Editing, Music,Casting, Setting and Costume, Tata Rias (Make Up), Action, Percakapan(Dialogue), Ideological Codes.1.6.8 Unit AnalisisUnit analisis dalam penelitian ini adalah teks visual dan audio yang ada dalambeberapa adegan dari film yang mencangkup gambar, narasi / copywriting, musik,warna, serta konteks cerita A Time to Kill.KesimpulanSetelah dilakukan penelitian dan kajian pustaka tentang film A Time to Killmemang dapat disimpulkan adanya nilai kemanusiaan yang kental melalui visualisasicerita. Tapi peneliti tidak melihat hanya dari nilai kemanusiaan yang menjadi intisaridari film ini, hal lainnya yang dapat digali lebih dalam untuk mengetahui Kenyataanyang terlihat semu. Berdasarkan Perumusan masalah maka peneliti dapat mengambil13beberapa kesimpulan bah
Memahami Fenomena Komunikasi Hiperpersonal Menggunakan Anonymous Username dalam Portal Berita Online
MEMAHAMI FENOMENA KOMUNIKASI HIPERPERSONAL MENGGUNAKANANONYMOUS USERNAME DALAM PORTAL BERITA ONLINEAbstrakPortal berita online memberikan keleluasaan kepada pengaksesnya untuk mengunduhaplikasi situs berita dan berkomentar dalam kolom komentar yang disediakan hanya denganmembuat akun. Namun, banyak yang membuat akun dengan identitas lain atau tidak denganidentitas aslinya atau anonim. Hal itu dipermudah dengan tidak adanya verifikasi ketat ketikaakan membuat akun. Selain itu diduga adanya komunikasi hiperpersonal dalam portal beritaonline yaitu masyarakat lebih tertarik berkomunikasi dengan perantaraan internet daripadaberkomunikasi secara langsung. Banyak alasan yang mendasari mengapa mereka melakukan haltersebut ditambah dengan menggunakan akun anonim. Penelitian ini bertujuan untukmengungkap alasan yang mendasari mengapa mempraktikkan komunikasi hiperpersonalmenggunakan akun anonim. Penelitian ini menggunakan landasan Computer MediatedCommunication Theory (CMC), Deindividuation Theory dan Dependency Theory.Hasil penelitian ini menemukan fakta bahwa Portal berita online, selain sebuah situsberita online juga merupakan media komunikasi maya, memungkinkan penggunanya dapatmenulis identitas yang diinginkan sebagai upaya membentuk suatu image tertentu. Akun anonymtersebut dibuat supaya diri mereka tidak mudah dikenali oleh orang lain ketika mengirimkankomentar. Ada pula yang merasa identitas tidak terlalu penting dalam kolom komentar karenadirinya tidak ingin terganggu oleh orang yang terganggu dengan komentar yang dikirimnya.Komunikasi hiperpersonal yang terjadi dikarenakan adanya sebuah kesepahaman yang terbentukwalaupun tidak mengenal latarbelakang masing-masing. Ada pula yang mempunyai keterbatasandalam berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan nyata sehingga beralih ke portal beritaonline untuk membahas isu-isu yang terjadi.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi-implikasi dalam aspek akademisdan praktis. Implikasi akademis penelitian ini berupa kontribusi dalam memperkaya ilmupengetahuan mengenai interaksi dengan menggunakan media baru di mana terdapat fenomenamelakukan komunikasi hiperpersonal dengan akun anonim. Sementara itu, implikasi praktismemberikan rekomendasi bagi pengakses portal berita online dalam berperilaku sehingga dapattercipta komunikasi yang sehat.Kata Kunci: Media Online, Anonim, Komunikasi Hiperpersonal.UNDERSTANDING HYPERPERSONAL COMMUNICATION PHENOMENON USINGANONYMOUS USERNAME IN ONLINE NEWS PORTALAbstractOnline news portal provides flexibility for users to download the application news sitesapplication and submit a comment in the comments field which will if only users made theaccount. However, many user creates account using fake or anonymous identity. The access tobe anonymous user get easier by the absence of the detail verification when creating an account.Besides that, it is believed that using hyperpersonal communication is because people these dayare more interested to communicate using Internet than direct communication. Many underlyingreason that make them do so and also using the anonymous account. This research is aimsuncover the reason why using hyperpersonal communication using anonymous username. Thisresearch uses Computer Mediated Communication Theory (CMC), Deindividuation Theory andDependency Theory.The research's outcomes found that online news portal, in addition to an online news siteis also a virtual communication media, allowing users to write the desired identity as an effort toestablish a certain image. The anonymous accounts were made so that they themselves are noteasily recognized by others when submitting a comment. There is also a feeling of identity doesnot really matter in the comments field because he did not want to bothered by people who aretroubled by the comments sent. Hyperpersonal communication that occurs due to a form ofunderstanding that even do not know the background of each. There also has limitations incommunicating with other people in real life so the switch to online news portal to address issuesthat occur.The research is expected to provide the implications of the academic and practicalaspects. Academic implications of this research is a contribution in enriching the knowledge ofthe interaction by using new media where there is a phenomenon Hyperpersonal communicatewith an anonymous account. Meanwhile, the practical implications of providingrecommendations to the access of online news portals to behave so as to create a goodcommunication.Key words : Online Media, Anonym, Hyperpersonal CommunicationMEMAHAMI FENOMENA KOMUNIKASI HIPERPERSONAL MENGGUNAKANANONYMOUS USERNAME DALAM PORTAL BERITA ONLINEKolom sign in or log in atau register or log in sudah tidak asing lagi ketika mengaksessosial media. Fungsinya adalah mendaftarkan identitas untuk memperoleh username. Apakahsulit? Tidak, tinggal mengisi kolom-kolom sesuai dengan data diri. Sayangnya, dewasa ini makinbanyak identitas non riil atau asal-asalan yang dibuat untuk berinteraksi antar pengunjung atauuser lain dalam media sosial tersebut. Hal ini dikarenakan tidak adanya tuntutan untuk membuatidentitas username yang sesuai dengan identitas asli dan kebebasan untuk membuat sebanyakmungkin username.Mendaftar dengan verifikasi yang longgar memicu adanya identitas palsu yangmemberikan kebebasan dalam menggunakan sosial media. Kelonggaran identitas tersebut tidakterlepas dari salah satu karakteristik media baru yang disampaikan Feldman (dalam Flew2005:101) yaitu manipulable (mudah dimanipulasi). Masyarakat diberi kebebasan untukmemanipulasi, merubah data dan informasi secara bebas tanpa adanya batasan atau aturan.Belum pernah ada kasus hukum yang melibatkan users dalam sebuah portal media online karenakomentar yang melanggar etika.Masyarakat seperti diberi kesempatan untuk tidak perlu bertanggung jawab terhadapkomentar atau pendapat dengan pilihan kata yang tidak patut. Hal itu dikarenakan masyarakataman karena identitas mereka tidak riil atau berlindung dibalik username palsu. Manusia telahlupa pada kehidupan nyata dan terjebak dalam virtual reality di mana mereka lebih nyamanuntuk hidup di dalamnya. Internet digunakan sebagai pelarian untuk mendapatkan rasa nyamandan mengatasi rasa kesepian sehingga dapat mengembalikan harga diri sebagai makhluk sosial—tidak dapat hidup tanpa berinteraksi dengan orang lain.Orang yang hidup dengan menggunakan internet acap kali terjebak dalam situasi isolasisosial di mana dia lebih terbuka pada media tersebut. Orang-orang tersebut menggunakaninternet sebagai teknologi sosial atas solusi dalam mengatasi kesepian, ketidakberdayaan, dankehilangan harga diri (Maria Bakardjieva, 2005:123). Sedangkan Walther memberi nama“komunikasi hiperpersonal” untuk menggambarkan komunikasi dengan perantara komputer yangsecara sosial lebih menarik daripada komunikasi langsung. Dia memberikan tiga faktor yangcenderung menjadikan partner komunikasi via komputer lebih menarik: (a) e-mail dan jeniskomunikasi komputer lainnya memungkinkan presentasi diri yang sangat efektif, dengan lebihsedikit penampilan atau perilaku yang tidak diinginkan dibandingkan komunikasi langsung; (b)orang yang terlibat dalam komunikasi via komputer kadang kala mengalami proses atributif yangberlebihan yang di dalamnya dengan membangun kesan stereotip tentang partner mereka; dan (c)ikatan intensifikasi bisa terjadi dalam pesan-pesan positif dari seseorang partner sehingga akanmembangkitkan pesan-pesan positif dari rekan satunya (dalam Severin dan Tankard, 2005:462).Dalam dunia nyata identitas merupakan karakteristik esensial yang menjadi basis pengenalandari sesuatu hal, ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang; jati diri. Menurut Chris Barker,identitas itu bukanlah sesuatu yang terberi (given), tetapi merupakan sesuatu yang dibuat(created). Sama halnya dengan virtual reality, identitas harus dibuat namun tidak mengharuskanakan kebenarannya.Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan mengungkap alasan yang mendasari mengapa mempraktikkankomunikasi hiperpersonal menggunakan anonymous username.TeoriComputer Mediated Communication Theory and the problem of identityComputer Mediated Communication Theory digunakan untuk menjelaskan komunikasiyang terjadi dengan menggunakan media baru yang dinamakan internet. Teori ini digunakanuntuk menjelaskan komunikasi yang dalam hal ini memberi tanggapan atau komentar antarpemilik username pada portal berita online, di mana komunikasi tersebut terjadi dalam ruangvirtual yang dikenal sebagai virtual reality.Deindividuation TheoryTeori Deindividuation juga menegaskan bahwa masuknya individu secara mendalamdalam sebuah kerumunan atau kelompok mengakibatkan hilangnya identitas diri. Akibatnya,seseorang yang merasa kehilangan identitas pribadi lebih cenderung mendorong orang untukbertindak agresif atau menyimpang dari perilaku sosial supaya dapat diterima ketika merekaberada di pengaturan grup daripada ketika mereka sendirian. Dalam kaitannya dengan teorideindividuation, kondisi anonim dalam kelompok menyebabkan kurangnya kesadaran seseorangsiapa mereka sebagai individu.Dependency TheoryTeori ketergantungan media itu sendiri berpendapat bahwa pengaruh media ditentukan olehketerkaitan antara media, penonton, dan masyarakat. Keinginan individu untuk informasi darimedia adalah variabel utama dalam menjelaskan mengapa pesan media memiliki efek kognitif,afektif, atau variabel. Ketergantungan media tinggi, ketika individu mendapatkan kepuasan tetapibergantung pada informasi dari sistem media.Metode PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif-deskriptif. Penelitiankualitatif mencari jawaban atas pertanyaan dengan menguji berbagai latar sosial dan individuyang menjalaninya. Moleong (2007:6) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitianyang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitianmisalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan cara deskripsidalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan denganmemanfaatkan metode alamiah.Mengungkap alasan atau motivasi yang mendasari mengapa mempraktikkan komunikasihiperpersonal menggunakan username anonym pada portal berita online membutuhkanpendekatan secara langsung di lapangan sehingga diperoleh pengetahuan baru berdasarkanpandangan para informan.Menurut Husserl (dalam Kuswarno 2009:40) fenomenologi bertugas untuk menjelaskanthings in themselves, mengetahui apa yang masuk sebelum kesadaran dan memahami makna danesensinya dalam intuisi dan refleksi diri. Proses ini memerlukan penggabungan apa yang tampakdan apa yang ada dalam gambaran orang yang mengalaminya. Jadi gabungan antara yang nyatadengan yang ideal.Salah satu komponennya yang menjadi analisis dalam penelitian ini adalah kesengajaan.Kesengajaan untuk membuat anonymous username untuk berkomunikasi dalam portal beritaonline. Kesengajaan selalu berhubungan dengan kesadaran, dengan demikian kesengajaanmerupakan proses internal dalam diri manusia. Faktor yang berpengaruh terhadap kesengajaanantara lain kesenangan (minat), penilaian awal dan harapan terhadap objek. Kesengajaan untukmembuat anonymous username dibangun oleh konsep pokok yaitu identitas menjadikan sebuahentitas yang masuk dalam kesadaran sama seharusnya identitas mempertahankan karakteristikdasar dari sebuah entitas. Dalam fenomenologi, identitas terdapat pada ilusi untukmempertahankan hal-hal pokok dari objek sehingga masih bisa dikenali. Dalam sisi portal beritaonline, individu merusak identitas ketika mengembalikan ilusi kepada kesadaran, inilah yangdisebut Husserl sebagai sebuah kesengajaan.PembahasanPerilaku Mengakses Internet dalam Kehidupan Sehari-hariInternet sebagai media komunikasi paling mutakhir bisa dipahami sebagai bagian darikomunikasi massa yang tujuannya memberikan informasi seluas-luasnya kepada khalayak.Tetapi, karena adanya beberapa perbedaan karakteristik yang cukup signifikan sebagaiakibat perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat (Hadi, 2005:20). Portal beritaonline sebagai bagian dari internet telah menjadi bagian dari kebutuhan hiduppenggunanya. Dengan mengakses media sosial ini, pengakses portal berita online dapatmemanfaatkan internet sebagai ”sebuah alat” untuk memenuhi kebutuhan akan informasidan komunikasi manusia yang semakin tinggi. Ditambah lagi, dukungan piranti dalammengakses internet yang semakin praktis memungkinkan manusia dapat lebih mudahdalam mengakses internet dengan menggunakan handphone. Dari keterangan yangdiperoleh dari para informan, aktivitas yang cukup padat tidak menghalangi mereka untuktetap menyempatkan waktu mengakses portal berita online, walaupun sekadar mengecekataupun mencari informasi yang sedang up to date. Dari hasil penelitian, diperolehpemanfaatan lain dari portal berita online dan kolom komentar. Informan dari penelitianmengakui bahwa pemanfaatan portal berita online dan kolom komentar juga dapatdigunakan untuk menambah wawasan atas sebuah isu yang berkembang baik dibacanyasecara langsung atau diperolehnya dari komentar pengakses lain. Ditambah, para informantidak menemukan kelebihan yang dirasakannya menggunakan portal berita online darimedia konvensial. Para informan menganggap media konvensional sudah tidak praktis danekonomis, sehingga perlahan meninggalkan media konvensional untuk beralih ke mediaonline. Tidak semua portal yang ada di Indonesia diakses oleh para informan penelitian ini,paling sering dikunjungi adalah Detik.com, Kompas.com, Tempo.co dan Bola.net karenamenurut informan portal ini menjanjikan kecepatan informasi dalam mengakses berita yangterbaru. Selain itu, tampilan yang lebih sederhana dan lebih terfokus pada beritamenjadikan alasan menarik menjadikan akun portal berita pantas dipilih untuk diikuti. Darihasil penelitian, ditemukan bahwa informan menggunakan portal berita online sebagaimedia baru yang memiliki banyak kegunaan, seperti yang dikatakan McQuail (2000:128-129) yang menjabarkan konsep media baru yang dimiliki oleh portal berita online yaituTingkat Interaktivitas, Tingkat Social Presence, Tingkat Autonomy dan TingkatPlayfullness.Penggunaan Akun Anonymous dalam Portal Berita OnlinePara informan seperti terpengaruh oleh orang lain dan merasakan bahwa tidak adaketentuan yang ketat dalam pembuatan akun. Slouka dalam Ashar Hadi (2005:165)menjelaskan bahwa penggandaan identitas di Internet tak lebih dari sekedar komoditas.Artinya, identitas tidak bersifat esensial, melainkan dibentuk untuk kepentingankepentingan.Para informan juga mempunyai kepentingan menggunakan anonymous,mereka tidak ingin ditelusuri identitasnya karena tidak ingin berurusan dengan orang lainkarena komentarnya. Goffman (dalam Littlejohn dan Foss [eds], 2008:87) mengatakantentang bagaimana cara komunikator mempresentasikan dirinya (self-presentation).Kehidupan sehari-hari dapat dilihat seperti sebuah pertunjukan, di mana terdapat rasapenasaran apa yang akan ditampilkan oleh sang aktor dan yang akan membentuk suatukesan kepada khalayaknya. Seperti layaknya sebuah pertunjukan, terdapat dua bagian dimana aktor tersebut berperan, yaitu front stage dan back stage. Bagian front stage adalahtempat di mana pertunjukan tersebut berlangsung dan diatur sedemikian rupa. Bagianback stage adalah tempat di mana terdapat kesan yang berlawanan dari kesan yangdibangun saat pertunjukan (Goffman dalam Lemert dan Branaman [eds], 1997:Ixv).Akun anonymous yang dimiliki oleh para informan memainkan peran sebagaiaktor pada front stage. Dalam front stage, terdapat beberapa faktor penentu yaitu latar(setting), ciri khas (personal front), dan penampilan dan sikap (appearance and manner)(Goffman, 1956:13-16). Sebagai aktor pada front stage, akun anonymous diharuskanmenyembunyikan beberapa hal, seperti misalnya kesalahan (errors) yang secara tidaksengaja muncul saat persiapan pertunjukan atau saat pertunjukan tersebut berlangsung(Goffman, 1956:27). Hal itu dilakukan oleh para informan dengan membaca ulangkomentar yang hendak mereka kirimkan dan menambah wawasan mereka telebih dahulusebelum memberikan komentar. Goffman sendiri yang mengatakan bahwa untukmemperoleh peran, maka seorang aktor tidak diperkenankan untuk membiarkan dirinyamengalami ejekan, hinaan, dan berbagai bentuk perendahan diri (1956:29). Sependapatdengan Goffman, para informan menghindari hal-hal negatif yang bisa saja terjadidengan menyembunyikan identitas asli mereka. Seperti yang dikatakan oleh Goffman(1956:28), untuk menghasilkan sebuah pertunjukan yang bagus, standar ideal yangdimiliki seorang aktor dapat diperoleh dengan mengorbankan privasi dirinya ataubeberapa hal yang berhubungan dengan dirinya dan orang lain di sekitarnya. Privasibukan saja seputar identitas namun juga berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan olehaktor pada back stage. Para informan tidak memberikan tambahan informasi mengenaidiri mereka sebenarnya dalam bentuk apapun dalam akun anonymous. Bagaimana punjuga, meski terdapat tekanan dari suatu bagian untuk dapat diidentifikasi sebagai frontdan back dari sebuah pertunjukan yang di mana saling berhubungan satu sama lain, tetapakan ada beberapa bagian yang fungsinya dapat saling bertukar, kapan menjadi front dankapan menjadi back, dan juga sebaliknya (Goffman, 1956:77). Hal ini menurut parainforman bergantung pada rubrik berita yang mereka baca, mereka bisa menjadi dirisendiri ketika mengomentari hal yang mereka suka, bola misalnya. Berbeda ketikamengomentari news dan isu politik yang mereka belum tentu paham.Perilaku Komunikasi Hiperpersonal dalam Portal Berita OnlineTerdapat perbedaan pandangan pengakses portal berita online dalam menyikapikomunikasi dengan menggunakan media virtual ini. Pandangan pertama, bahwa portalberita online memberikan Kenyamanan kepada penggunanya sebagai media komunikasiyang mudah. Portal berita online memberikan situasi yang berbeda di mana penggunanyadapat menentukan momen yang tepat dalam membuat komentar sehingga orang dapatmemberikan respon yang sesuai dengan harapan. Maka dari itu, pengakses portal beritaonline berusaha menyesuaikan dengan orang lain sehingga dapat tertarik untuk meresponkomentar yang dibuatnya. Harapan (expectation) yang dimaksud dalam bahasan iniadalah seperti yang dijelaskan oleh West dan Turner (2008:159) yang dapat diartikansebagai pemikiran dan perilaku yang diantisipasi dan disetujui dalam percakapan oranglain. Oleh karenanya, termasuk di dalam harapan ini adalah perilaku verbal dan nonverbalseseorang. Akan tetapi, harapan dalam komunikasi pengakses portal berita onlineberkaitan dengan isi berita dan perilaku yang diwakilkan oleh tulisan yang dibuat olehpenggunannya di portal berita online. Untuk memaknai harapan yang bersifat non-verbalcukup berbeda dengan dunia nyata karena para pelaku komunikasi tidak bertemu secaralangsung. Burgoon dan Hale menyatakan ada dua jenis harapan : prainteraksional daninteraksional.Harapan pra-interaksional (pre-interactional expectation) mencakupjenis pengetahuan dan keahlian interaksional yang dimiliki oleh komunikatorsebelum memulai percakapan. Jika dikaitkan dengan hasil penelitian mengenaiperilaku pengakses portal berita online, para pengakses portal berita online tidakselalu mengetahui apa yang dibutuhkan untuk memasuki dan mempertahankansebuah percakapan. Percakapan yang terjadi tidak selalu sesuai yang diharapkankarena belum tentu suatu permulaan pembicaraan dapat menarik orang lain untukturut berkomentar atau mengomentari komentar yang dibuat oleh para informan.Pengetahuan akan komunikan dan keahlian kecakapan interaksional komunikatorsangat besar pengaruhnya.Harapan interaksional (interactional expectation) merujuk padakemampuan seseorang untuk menjalankan interaksi itu sendiri. Kebanyakan orangmengharapkan orang lain untuk menjaga jarak sewajarnya dalam sebuahpercakapan. Menurut Burgoon dan Hale kemampuan seseorang dalammenjalankan interaksi ini sering kali mempertimbangkan isyarat non-verbal danketergantungannya pada latar belakang budaya dari komunikator. Dengandemikian, harapan akan terpenuhi oleh budaya tempat komunikator tinggal.KesimpulanPerangkat elektronik seperti perangkat komputer atau laptop serta gadget seperti smartphone danandroid memudahkan para pengakses portal berita online untuk selalu terhubung dengan internetdan mengakses situs berita. Walaupun tidak praktis dibandingkan dengan gadget, intensitasmengakses internet menggunakan komputer tidak kalah dengan pengguna gadget canggih.Media konvensional meliputi koran dan majalah sudah tidak efisien dibandingkan dengan situsberita online dalam menyajikan sebuah news dan perkembangan isu-isu yang sedang hangatdiperbincangkan. Situs berita online dianggap lebih efisien dan hemat dan memiliki efek dominoyang mampu membawa pembaca untuk mengetahui berita secara mendalam dan dalam berbagaisisi yang berbeda. Ditambah dengan kemudahan interaktif yang disediakan dalam bentuk kolomkomentar.Pembuatan akun anonymous yang dilakukan merupakan dianggap tidak menyalahi peraturankarena tidak ada peraturan yang berlaku tegas dalam pembuatan identitas dalam portal beritaonline. Nama yang dipakai ada yang tidak jauh dari identitas asli namun ada yang sangat jauhdari identitas asli. Hal ini dimanfaatkan para pengakses portal untuk bisa berkomentar tanpadikenali langsung oleh orang lain. Mereka tidak ingin terganggu ruang privasinya karenakomentar yang dikirimkan.Komunikasi dalam portal berita online sangat rentan terhadap mis-understanding dalammemaknai pesan. Kecakapan pengakses portal berita online dalam menyampaikan pesan kepadapengakses lain dianggap penting dalam berkomunikasi sehingga pesan yang disampaikan dapatdimaknai secara benar dan tidak menyinggung orang lain.Kekurangan dalam berkomunikasi langsung dan kekurangan dalam diri sendiri menjadi salahsatu alasan pengakses portal berita online untuk secara nyaman berkomuni
Representasi Black Campaign dalam Spanduk Kampanye Pilkada Jakarta 2012
Representasi Black Campaign Dalam Spanduk Kampanye Pilkada Jakarta2012SkripsiDisusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikanPendidikan Strata 1Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas DiponegoroPenyusunNama : Sony Kusuma AnugerahNim : D2C008103JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2013Nama : Sony Kusuma AnugerahNIM : D2C008103Judul : Representasi Black Campaign Dalam Spanduk Kampanye Pilkada Jakarta 2012AbstrakKampanye merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan, saat menjelang suatupemilihan umum. Berbagai cara dilakukan dalam kampanye untuk menarik simpati masyarakat.Banyak cara berkampaye yang dilakukan tim sukses dari partai atau calon untuk bisamemperoleh dukungan dari masyrakat, bahkan kampanye hitam. Kampanye hitam dianggapmampu membentuk opini publik untuk menciptakan citra buruk pihak lawan politik. Sepertiyang terjadi pada Pilkada Jakarta 2012 kemarin, banyaknya temuan pelanggaran terutama dalamkaitan kampanye hitam. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bentuk kampanye hitamyang terjadi pada Pilkada Jakarta 2012 melalui konstruksi makna pada salah satu mediaberkampanye, yaitu spanduk.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisissemiotika untuk menganalisis objek penelitian. Teknik analisis yang dilakukan denganmenggunakan teori semiotika Roland Barthes. Teks atau kata dalam spanduk diuraikan dalamdua tahap untuk mencari makna-makna yang terkandung didalamnya. Tahap pertamapembahasan kata melalui makna denotasi, dan tahap kedua pembahasan kata melalui maknakonotasi yang selanjutnya akan didapat mitos yang berkembang dimasyarakat.Kata-kata pada teks dalam spanduk penelitian ini, merupakan sesuatu yang ambigu.Dibutuhkan kedalaman makna yang dilanjutkan dengan mengkonstruksikan makna, sehinggaakan didapat suatu cerita atau fenomena yang terjadi didalamnya. Black campaign merupakansalah satu bentuk kegiatan propaganda politik, yang berkonotasi negatif dalam penilaian publik.Black campaign bertujuan untuk membentuk opini publik untuk citra yang buruk terhadap lawanpolitiknya.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam spanduk kampanye Pilkada Jakarta ini,Black campaign digunakan sebagai kampanye yang menyerang sisi pribadi, kebijakan-kebijakanpolitik, dan dilakukan oleh pelaku yang anonim.Kata kunci: Representasi, Black Campaign, Kampanye.Name : Sony Kusuma AnugerahNIM : D2C008103Title : Black Campaign Representation Inside The Banner Campaign From Elections ofRegional Heads Jakarta 2012AbstractThe campaign is one of the routine activities performed, the eve of a general election.Various methods are used in a campaign to draw public sympathy. Many ways to conducted asuccessful team of the party or candidate to earn the support of the community, even blackcampaign. Black campaign is considered capable of forming public opinion to create a badimage of the political opposition. As happened in Jakarta 2012 elections yesterday, the numberof findings of violations, especially in relation to black campaign. This research aims to describethe shape of a black campaign that occurred in Jakarta Election 2012 through the construction ofmeaning in one of the media campaign, the banner.This research used a qualitative approach using semiotic analysis to analyze the researchobject. Engineering analysis performed using Roland Barthes' semiotic theory. Text or words inthe banner outlined in two stages to find the meanings contained therein. The first stage of thediscussion of the meaning of words through denotation, and the second stage through thediscussion of connotations which would then be obtained myths that developed in thecommunity.The words on the banner text in this research, is something that is ambiguous. It takes adepth of meaning that continue to construct meaning, to get up a story or phenomena that occurtherein. Black campaign is one form of political propaganda activities, which is a negativeconnotation in the public assessment. Black campaign aims to shape public opinion to a badimage against his political opponents.Results of this research indicate that in the Jakarta election campaign banners, Blackcampaign is used as a campaign attacking the personal, political policies, and conducted by theanonymous perpetrator.Key Word: Representation, Black Campaign, Campaign.PENDAHULUANIndonesia telah menjadi salah satu negara yang menganut demokrasi sebagai sistempemerintahannya. Salah satu instrumen terbesar dari sistem demokrasi di Indonesia adalahadanya proses pemilu. Pada tahun 2005, Indonesia mengalami kemajuan proses demokrasikarena rakyat Indonesia mendapatkan haknya untuk memilih langsung calon pemimpin wilayahatau daerahnya melalui PILKADA, yang pada awalnya Kepala Daerah dicalonkan oleh DPRDdan dipilih atau diputuskan oleh Presiden.Kegiatan Pilkada tentu saja tidak lepas dari kegiatan berkampanye. Charles U Larson(dalam Ruslan, 2008:25-26) membagi jenis kampanye menjadi tiga jenis, yaitu kegiatan menjualproduk, gagasan Perubahan sosial, dan kandidat. Kampanye kandidat merupakan kampanye yangberorientasi bagi calon untuk kepentingan kampanye politik. Hal ini tentu saja berkaitan untukmendapatkan dukungan dari pemilih atau pemegang hak suara. Namun pada Kenyataannyasekarang ini banyak kegiatan kampanye yang dilakukan untuk menyerang lawan politiknya(attacking campaign).Kampanye menyerang terdapat dua jenis kampanye, yaitu black campain dan negativecampaign. Black Campaign merupakan model kampanye dengan cara membuat suatu isu ataugosip yang ditujukan kepada pihak lawan, tanpa didukung fakta atau bukti yang jelas (fitnah).Sedangkan Negative Campaign merupakan model kampanye yang lebih menonjolkan dari segikekurangan lawan politik, dan dari apa yang telah disampaikan mempunyai bukti atau fakta yangjelas.Black campaign terlihat seperti dibawah ini yang terdapat pada spanduk kampanyePilkada untuk menjatuhkan salah satu pasangan Cagub dan Cawagub Jokowi-Ahok.Gambar 1.1 Spanduk Pilkada 2012Gambar 1.2 Spanduk Pilkada 2012Pada dasarnya, black campaign merupakan kampanye yang terselubung. Pelaku blackcampaign biasanya juga tidak memperlihatkan identitas seseorang ataupun kelompok politik. Isidari black campaign pun tidak irasional dan tidak dapat dibahas secara terbuka, sehinggakebanyakan khalayak akan menerima isi kampanye ini secara “bulat”, tanpa memproses dari isikampanye hitam ini. Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk meneliti Bagaimanabentuk black campaign melalui konstruksi makna dalam spanduk kampanye Pilkada Jakarta2012?.ISIPenelitian ini menggunakan perspektif interpretif yaitu untuk mencari sebuahpemahaman bagaimana kita membentuk dunia pemaknaan melalui interaksi dan bagaimana kitaberperilaku terhadap dunia yang kita bentuk itu. (Ardianto & Q-Anees,2007:124-150Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai makna suatu tanda dengan menggunakananalisis semiotika yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika Roland Barthes.Barthes menggunakan istilah konotasi (makna ganda) dan denotasi (makna tunggal) yangmenunjukan tingkatan-tingkatan makna. Maka denotasi adalah tingkat pertama yang bersifatobjektif yang dapat diberikan.Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan,namun juga mengandung makna kedua bagi tanda denotatif yang melandasi kebenarannya.Barthes menyebut denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yangdigunakan barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Tanda konotatif menggambarkaninteraksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilainilai dari kebudayaannya (Sobur, 2009:128). Signifikasi tahap kedua yang berhubungan denganisi tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan ataumemahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.Secara denotatif kalimat “Endonesa Tercina” (spanduk 1) merupakan kalimat penegasan,untuk cinta Indonesia namun dengan cara penyampaian yang sedikit kasar atau dengan caramenyindir. Endonesa Tercina berarti bangsa yang tecinta. Spanduk ini sebenarnya bermaksuduntuk membangkitkan kecintaan terhadap bangsa Indonesia namun dengan penyampaian yangberupa sindirianSedangkan spanduk 2 Secara denotatif kalimat “Haram...!!! Orang Kafir MenjadiPemimpin Orang Islam” mempunyai arti berupa himbauan ataupun penegasan larangan bagiyang membacanya. Kata-kata yang dipakai dalam teks ini merupakan kata-kata yang tegas,karena pada akhir kata pertama yaitu “haram” diakhiri dengan tanda seru “!”.Kalimat pada teks spanduk 2 ini merupakan kalimat dengan pesan persuasif. Pesanpersuasif adalah pesan yang berisikan bujukan, yakni mengingatkan kepada khalayak bahwatelah terdapat hukum yang mengatur orang (agama Islam) untuk memilih pemimpinnya.Sedangkan untuk makna konotasi representasi black campaign dalam spanduk EndonesaTercina! (spanduk 1) ini ditujukan kepada calon wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atauyang lebih dikenal dengan panggilan Ahok. Spanduk ini bertujuan untuk mempersuasipembacanya agar tidak memilih pasangan Jokowi – Ahok. Ahok yang merupakan orangketurunan Cina, pada dasarnya akan berpihak, menguntungkan, dan lebih mendahulukankaumnya. Latar belakang Ahok yang sebagai pengusaha, juga akan memuluskan pengusahapengusahanon-pribumi untuk mencari keuntungan di kota Jakarta.Sedangkan spanduk 2 ini bertujuan untuk mempersuasi pembacanya agar tidak memilihJokowi sebagai pemimpin (Gubernur) pada Pilkada Jakarta 2012. Spanduk ini mengatakanbahwa Jokowi merupaka sosok orang kafir, hal ini dikarenakan Jokowi merupakan anak dariperkawinan yang berbeda agama yaitu bapak dari Jokowi beragama Islam dan Ibu dari Jokowiberagama Nasrani. Perkawinan berbeda agama terutama bagi seorang muslim sangat terlarangdiajaran agama Islam.PENUTUPBlack campaign menjadi suatu cerminan politik di Indonesia pada saat ini, dimanakampanye dilakukan tidak didasari sesuai dengan undang-undang dan etika yang berlaku.Kampanye merupakan suatu kegiatan dari calon, tim sukses partai atau kelompok-kelompokyang mendukung untuk meyakinkan masyarakat agar mau memilihnya untuk menjabat, denganmenawarkan atau menjanjikan apa yang akan dilakukan dalam program kerjanya. Kampanyeyang positif tidak boleh dilakukan dengan cara menghina seseorang, ras, suku, agama, golongancalon atau peserta pemilu serta menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupunmasyarakat.Kenyataan pada saat ini, black campaign bisa menjadi bumerang bagi pihak pengirim isukarena masyarakat akan bersimpati terhadap korban kampanye ini. Gambaran ini tercermindengan terpilihnya pasangan Jokowi-Ahok untuk menjabat sebagai Gubernur dan WakilGubernur dengan banyaknya terpaan black campaign pada diri mereka.KESIMPULANBlack campaign pada spanduk ini, digambarkan sebagai kampanye yang menyerang sisipribadi, dan cenderung tidak ada hubungannya dengan kampanye serta mengesampingkan etikaundang-undang dalam berkampanye, seperti pada pasal 78 ayat 2 dan 3.Black campaign dianggap sebagai salah satu strategi yang jitu untuk menjatuhkan pihaklawan, serta tidak membutuhkan dana yang besar sehingga black campaign sangat mudah untukdilakukan. Orientasi semata-mata hanya untuk kekuasaan, sehingga berbagai cara dilakukan agartujuannya yaitu terpilih dalam pemilu tercapai.DAFTAR PUSTAKAArdianto, Elvinaro, dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung:Simbiosa Rekatama MediaBudiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka UtamaBudiman, Kris. 2011. Semiotika Visual – Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas. Yogyakarta :JalasutraEmzir. 2010. Analisis Data : Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. RajaGrafindoPersadaFiske, John. 1992. Introduction to Communiation Studies. Bandung : Citra Aditya BaktiFiske, John. 2011. Cultural and Communication Studies. Yogyakarta : JalasutraMulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT RemajaRosadakaryaNasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : TarsitoRuslan, Rosady. 2008. Kiat dan Strategi Public Relations. Jakarta : PT. RajaGrafindoPersadaSobur, Alex. 2003. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, AnalisisSemiotik dan Analisis Framing. Bandung : PT. Remaja RosadakaryaSobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja RosdakaryaSunardi, St. 2004. Semiotika Negativa. Yogyakarta : Penerbit Buku Baik YogyakartaVan Zoest, Aart. 1991. Fiksi dan Nonfiksi Dalam Kajian Semiotik. Jakarta : IntermasaWibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi-Aplikasi Praktis BagiPenelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta : Mitra Wacana MediaLain-lain :Laely Wulandari, S.H., M.Hum. Makalah “Black campaign sebagai tindak pidana politik”Internet :http://megapolitan.kompas.com/read/2012/05/09/12403053/Ini.Jenis.Kampanye.yang.Menyerang.Lawan. (diakses 13 oktober 2012, 16:00)http://id.wikipedia.org/http://abisyakir.wordpress.com/2012/09/17/prediksi-jokowi-menang-di-pilkada-DKI-putaran-2/ (diakses 12 februari 2013, 22:08)http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=2319 (diakses 19 februari 2013, 00:51)http://www.merdeka.com/Jakarta/tata-pkl-ahok-lirik-pengusaha-pribumi.html (diakses 1 mei2013, 01:00)http://finance.detik.com/read/2013/02/27/144925/2181170/4/ahok-tak-ada-lagi-pengusahadapat-proyek-cuma-karena-kedekatan (diakses 1 mei 2013, 01:10)http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/03/19/mjwfr1-ahokkeberatan-dengan-ump-Perusahaan-silakan-minggir (diakses 1 mei 2013, 01:13)http://www.wartamerdeka.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2472:waktu-ahok-bupati-belitung-timur-banyak-hajikan-guru-ngaji&catid=77:DKI-Jakarta&Itemid=420(diakses 1 mei 2013, 01:23)http://www.republika.co.id/berita/menuju-Jakarta-1/news/12/08/08/m8g2ta-fitnah-ibujokowi-rhoma-terancam-dipidanakan (diakses 23 april 2013, 18:35)http://ahok.org/berita/news/ini-komentar-ibunda-jokowi-soal-isu-sara/ (diakses 27 april 2013,00.25
Hubungan antara Terpaan Iklan Produk Pelangsing di Televisi dan Interaksi Teman Sebaya dengan Persepsi Remaja Tentang Perempuan Ideal
PENDAHULUAN Citra ideal kecantikan perempuan telah bergeser yang semula berdiri diatas stigma beauty inside dan inner beauty, namun saat ini pencitraan ini bergeser menjadi beauty outside. Idealnya perempuan hanya dilihat dari aspek ragawi saja, sedangkan aspek-aspek lainnya cenderung diabaikan. Seakan-akan sudah ketetapan masyarakat soal kriteria-kriteria untuk menjadi perempuan yang ideal. Perempuan kini diindentikan untuk terus mempercantik dirinya. Kecantikan seorang wanita dilihat dari tubuh yang ramping menjulang tinggi, kaki mulus, hidung mancung, dan kulit putih bersih. Hal ini semakin menyeret perempuan untuk memaknai kecantikan lebih dari sekedar kecantikan dalam (inner beauty), seakan-akan sudah ketetapan masyarakat soal kriteria-kriteria untuk menjadi perempuan yang ideal. Timbul dari opini masyarakat akan keharusan perempuan untuk tampil cantik dan anggapan bahwa perempuan ideal dentik dengan tubuh langsing, memicu lahirnya kepercayaan baru bahwa jika perempuan tidak cantik dan bertubuh ideal, maka tidak ada bagian dari tubuh yang bisa dibanggakan. Dengan adanya wacana seperti ini, media mencoba menyebarluaskan pemikiran mengenai keindahan tubuh. Kondisi ini kemudian menjadi pasar yang sempurna bagi industri kecantikan, khususnya produk pelangsing tubuh.Produsen produk pelangsing menggunakan motif yang terdapat dalam diri perempuan, khususnya remaja untuk mengiklankan produknya seperti dikatakan oleh Jalaluddin Rakhmat bahwa pesan-pesan kita dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain maka kita harus menyentuh motif yang menggerakkan atau mendorong perilaku orang lain. Oleh karena itu, iklan suatu produk misalnya, iklan produk kecantikan selalu menampilkan model cantik, menarik, dan populer sehingga bisa menambah kepercayaan akan produk, yang pada akhirnya mampu “memaksa” khalayak sasaran untuk membeli produk yang diiklankan tersebut apalagi didukung oleh pemakaian gaya bahasa yang menjanjikan sehingga akan menambah ketertarikan para pemirsa televisi. (Rakhmat, 1999 : 298).Dengan maraknya iklan produk pelangsing di televisi membuat banyak perempuan semakin ingin menjadi ideal dengan memiliki bentuk tubuh yang menarik. Menarik disini diartikan sebagai bentuk tubuh yang langsing seperti yang tergambar dalam iklan. Banyak orang rela melakukan apa saja demi mendapatkan tubuh langsing. Ketika media televisi menayangkan produk diatas, maka akan memberi efek pada khalayak. Efek yang disebabkan oleh media massa bisa berupa kognitif, afektif, dan behavioral. Gerbner (1978) melaporkan penelitian berkenaan dengan persepsi penonton televisi tentang realitas sosial. Ia menemukan2bahwa penonton televisi kelas berat cenderung memandang lebih banyak orang yang berbuat jahat, lebih merasa berjalan sendirian berbahaya, dan lebih berfikir bahwa orang lebih memikirkan dirinya sendiri. Jelas citra tentang dunia dipengaruhi oleh apa yang dilihatnya dalam televisi. Bila kita berlangganan koran Pos Kota, besar kemungkinan kita menduga bahwa dunia ini dipenuhi oleh pemerkosaan, penganiayaan, dan pencurian. (Rakhmat, 1999 : 225).Persepsi tidak hanya dibentuk oleh media massa, tetapi ada faktor lain diantaranya adalah interaksi dengan teman sebaya. Seseorang yang terkena terpaan iklan terus menerus tidak serta merta menentukan pilihan pada suatu produk tanpa pengaruh dari orang lain, dalam hal ini teman sebaya. Teman sebaya merupakan faktor yang penting dalam kehidupan remaja. Remaja umumnya lebih dekat dengan teman sebaya daripada dengan orangtuanya. Remaja dalam berinteraksi dengan teman sebaya membentuk kelompok dengan perilaku yang hampir sama. Oleh karena itu remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, dan penampilan, lebih besar daripada pengaruh keluarga.Remaja sebagai individu yang saling mempengaruhi satu sama lain, juga mengobservasi perilaku teman sebaya dan mempraktekkan perilaku tersebut. Ketika remaja berinteraksi dengan teman sebayanya, dalam interaksi tersebut sedikit banyak membicarakan tentang perempuan yang ideal, maka setiap individu akan berinteraksi. Interaksi antar individu dapat mempengaruhi penilaian seseorang akan suatu hal karena adanya standart dan nilai yang mempengaruhi penilaian. Tingkat penafsiran remaja terhadap perempuan ideal seperti yang digambarkan melalui iklan, akan menimbulkan persepsi antara individu yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain.Menurut dalil perepsi yang diungkapkan oleh Krech dan Cructhfield, sifat-sifat perceptual dan kognitif dari subkultur pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan kelompok, akan dipengaruhi oleh keanggotaannya dalam kelompok. Begitu pula dengan persepsi individu cenderung menyamakan dengan persepsi kelompok, dengan efek asimilasi atau kontras. (Rakhmat, 1999 : 59). Begitu pula dengan remaja ketika membicarakan tentang perempuan ideal, maka kecenderungan yang ada yang timbul adalah pendapat yang diungkapkan akan sama dengan kelompok teman sebayanya.3Penelitian ini hanya untuk menguji hipotesis dimana diasumsikan sementara bahwa terdapat hubungan antara terpaan iklan produk pelangsing di televisi dan interaksi teman sebaya dengan persepsi remaja tentang perempuan ideal. Pembatasan penelitian kali ini hanya dilakukan terhadap masyarakat yang gemar menyaksikan acara televisi karena penonton televisi dengan tingkat frekuensi yang tinggi, secara tidak langsung mereka terterpa iklan produk pelangsing dan berusia 16-24 tahun. Diharapkan pada pembahasan kita dapat mengetahui hubungan antara terpaan iklan produk pelangsing di televisi dan interaksi teman sebaya dengan persepsi remaja tentang perempuan ideal.BATANG TUBUH Penelitian ini menjabarkan efek media yang terjadi pada individu, dan kohesivitas dalam kelompok dimana apabila konsumen terkena terpaan iklan dan berinteraksi dengan teman sebaya, maka akan tercipta perasaan dan sikap tertentu terhadap pandangan diri yakni pada tingkat persepsi.Dalam budaya kita selama ini, perempuan bertubuh ideal adalah mereka yang bertubuh langsing dimana akan mendapatkan respek daripada perempuan bertubuh gemuk. Perempuan dengan tubuh gemuk akan tersingkir dan itu akan menyebabkan perempuan merasa harus tetap berusaha langsing. Kecantikan inilah yang akhirnya menjadi sangat penting bagi beberapa orang, dimana kecantikan yang dimaksud hanya sebatas kecantikan fisik. Pandangan masyarakat mengenai perempuan cantik (dengan badan langsing atau sintal, dan berkulit mulus) yang sekarang berkembang sebenarnya merupakan mitos atau keyakinan yang beredar luas menyangkut suatu hal yang belum tentu kebenarannya. Keyakinan mengenai wujud perempuan cantik sebenarnya lebih merupakan hasil konstruksi sosial yang diciptakan oleh masyarakat sendiri.Penekanan masyarakat pada penampilan fisik perempuan sebagai salah satu sumber utama kualitas diri sebetulnya didasari oleh control pada perempuan yang terletak pada kemampuan memenuhi tuntutan mitos kecantikan. Jika mereka tidak memenuhi tuntutan tubuh ideal, dan jika mereka tidak berusaha untuk menjadikan dirinya cantik dan langsing, mereka tetap akan dipandang kurang postif karena dianggap “gagal” menyesuaikan peran atau telah menentang peran yang telah ditetapkan bagi mereka. Maka kegemukan dapat berakibat pada konsekuensi negative, seperi penolakan sosial dan self-esteem yang rendah. (Melliana, 2006 : 78).4Anggapan sosial yang positif yang selalu dihubungkan dengan kelangsingan, tidak terlepas dari gambar-gambar yang disodorkan media massa dengan memperkuat bukti bahwa tipe bentuk tubuh langsing sangat mendominasi. Sesungguhnya, media massa merupakan salah satu faktor yang menyebarluaskan dampak dari pemikiran mengenai fitur keindahan tubuh dengan gencar. Begitu gencarnya provokasi sehingga para remaja dan perempuan dewasa bahkan ibu-ibu tengah baya akhirnya mengukur dirinya dengan bentuk ideal seorang perempuan adalah perempuan yang diciptakan oleh majalah, TV, dan iklan-iklan lainnya. Akibatnya para perempuan yang merasakan kesenjangan antara gambaran image tubuh ideal dengan gambaran tubuh senyatanya cenderung mengalami emosi negative.Jalaludin Rakhmat menjelaskan bahwa media massa (dalam hal ini iklan televisi) memperlihatkan realitas nyata secara selektif yang mampu membentuk idealisme suatu citra tertentu menjadi bentuk citra yang baku. Ketidaktepatan bentuk ideal suatu pandangan tertentu mampu menimbulkan stereotipe tertentu. Stereotipe adalah gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi, atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise, dan seringkali timpang atau tidak benar. Gambaran ini merupakan semua wujud dari gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian yang terekspresi dari perempuan, seperti yang tergambar dalam iklan dan ditimbulkan oleh pikiran, pendengaran, penglihatan, perabaan, atau pengecapan tentang perempuan. (Rakhmat, 2004 : 79)Saat ini terdapat beberapa produk pelangsing yang marak beredar di masyarakat. Produk-produk tersebut ada yang beriklan melalui iklan di televisi, media online, radio, dan lainnya. Persaingan yang terjadi antara satu merek dengan yang lainnya membuat para pesaing menampilkan strategi iklan yang berbeda-beda. Perbedaan strategi iklan tersebut dibuat agar masing-masing produk pelangsing memiliki ciri khas untuk mempermudah khalayak mengingat merek yang berujung pada peningkatan penjualan. Iklan yang baik, menggunakan rumus yang dikenal dengan AIDCA (Kasali, 1995 : 83-85). Iklan produk-produk pelangsing menggunakan strategi periklanan dengan prinsip AIDCA, seperti yang telah dijelaskan diatas. Pada tahap attention (perhatian) dan interest (minat/ketertarikan) dilakukan dengan cara menggunakan perempuan yang dianggap ideal, sehingga mendapat perhatian dan minat khalayak. Tahap selanjutnya desire (keinginan) dan convicntion (rasa percaya), dimana dilakukan dengan cara menambah slogan iklan yang membangun citra produk. Citra produk yang ditampilkan oleh iklan produk pelangsing adalah menjadi perempuan ideal harus menggunakan produk tersebut. Ketika iklan produk pelangsing ditayangkan di televisi secara berulang-ulang, kemudian menerpa khalayak5dimana informasi yang disampaikan dalam iklan tersebut berisi tentang gambaran perempuan ideal, maka citra remaja tentang perempuan ideal akan dipengaruhi oleh iklan produk pelangsing, sehingga akan berlanjut pada pembentukan persepsi. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi hanya sampai pada tahap Convicntion sesuai dengan judul penelitian ini.Makin lama seseorang mempelajari tentang media, makin jelas efek penenggelaman media yang makin kuat. Efek-efek yang timbul, tidak timbul sebagai akibat dari satu rangsang saja, tetapi bersifat kumulatif. Pembahasan-pembahasan tentang pesan media yang dilakukan seseorang, makin memperluas persebaran media, dan tidak lama kemudian tidak ada perbedaan antara pesan yang diterima, dan disampaikannya. Efek-efek media sebagian tidak disadarai, orang tidak dapat memberikan penjelasan apa yang terjadi. Mereka mencampuradukkan persepsi langsung mereka dengan persepsi yang disaring melalui kacamata media menjadi keseluruhan yang utuh, yang tampak berasal dari pemikiran dan persepsi mereka sendiri (Litlejohn, 1996 : 343).Media televisi menayangkan iklan produk pelangsing yang berisi tentang perempuan ideal, media juga secara langsung dan tidak langsung mengirim symbol-simbol terhadap masyarakat. Simbol yang dikirim oleh iklan produk pelangsing adalah symbol tentang perempuan ideal. Meskipun khalayak mempunyai suatu persepsi sendiri tentang perempuan ideal, namun karena media lebih sering memunculkan symbol tentang perempuan ideal dengan cara menayangkan iklan produk pelangsing secara berulang di televisi, maka peran iklan televisi lebih ditentukan dalam membentuk persepsi individu yakni remaja tentang symbol perempuan ideal.Tentu saja tidak semua pecandu berat televisi terkultivasi secara sama. Sebagai contoh, pengaruh ini akan berlangsung bukan saja seberapa banyak seseorang menonton televise, melainkan pendidikan, penghasilan, jenis kelamin penerima, lingkungan dan lainnya. Sebagai contoh pemirsa dengan penghasilan rendah melihat kejahatan sebagai masalah yang serius sedangkan pemirsa dengan berpenghasilan tinggi tidaklah demikian. Begitu pula perempuan dengan pecandu berat melihat kejahatan sebagai masalah yang lebih seirus daripada pria dengan pecandu berat (Winarni, 2004 : 91). Oleh karena itu televisi bukanlah satu-satunya sarana yang membentuk dan mempengaruhi persepsi khalayak, namun ada faktor lain yang mempengaruhi persepsi khalayak, seperti lingkungan terdekat, dalam hal ini interaksi dengan teman sebaya.Individu tidak dapat hidup tanpa kerjasama dengan orang lain. Manusia akan membentuk kelompok-kelompok dalam hal ini adalah kelompok teman sebaya (peer group).6Seperti diketahui bersama bahwa pada hakikatnya manusia itu disamping sebagai makhluk individu, juga makhluk sosial. Tentu manusia dituntut adanya saling berhubungan dengan manusia dalam kehidupannya. Dalam kelompok teman sebaya (peer group), individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti usia, kebutuhan, dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu.Terbentuknya kelompok teman sebaya (peer group) timbul karena adanya latar belakang antara lain perkembangan sosialisasi, kebutuhan untuk menerima penghargaan, perlunya perhatian orang lain, dan ingin menemukan dunianya. Perkembangan proses sosialisasi, dimana pada usia tertentu individu mengalami proses saling interaksi satu sama lain dan merasa diterima dalam kelompok, akan muncul dengan apa yang disebut dengan konformitas. Konformitas muncul ketika individu meniru sikap dan tingkah laku orang lain karena adanya tekanan yang nyata ataupun yang dibayangkan oleh mereka. (Santrock, 2003 : 221).Derajat ketertarikan atau yang disebut kohesivitas kelompok, merupakan salah satu factor pembentuk konformitas kelompok. Kohesivitas kelompok adalah semua faktor yang menjadi latar belakang dimana anggota kelompok merasa memiliki ketertarikan dengan kelompok tersebut dan membuatnya tetap berada di dalam kelompok tersebut. Ketika ada kohesivitas di dalam suatu kelompok, anggota kelompok akan menerima lebih banyak pengetahuan, dengan kata lain, anggota kelompok akan memungkinkan untuk saling bertukar informasi tentang segala sesuatu. Adanya kohesivitas dalam kelompok, membuat pandangan-pandangan yang dimiliki oleh kelompok kemudian diyakini sebagai persepsi kelompok. Persepsi sebagai proses dimana seseorang menjadi sadar tentang adanya informasi yang akan memberikan pedoman baginya untuk membedakan, mengidentifikasi, dan memaknai sehingga dari pemaknaan tersebut akan mendapat referensi baru untuk menilai suatu hal secara komprehensif.Menurut Krech dan Krutchfield yang dikutip dalam buku Jallaludin Rakmat, merumuskan dalil-dalil persepsi sebagai berikut :1. Persepsi bersifat selektif secara fungsional.Obyek-obyek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek yang memenuhi tujuan individu tang melakukan persepsi. Contohnya : pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya.2. Media perceptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti.7Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimul yang kita terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasinya yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita terima.3. Sifat-sifat perceptual dan kognitif dari subkultur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan.Menurut dalil ini, jika individu sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi keanggotaan kelompoknya dengan efek asimilasi dan kontras.4. Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi bagian dari struktur yang sama.Artinya, seseorang akan mempersepsikan sesuatu dengan membandingkan kedekatan suatu objek dengan objek lain dan mengambil suatu generalisasi. Contoh : orang menitikberatkan pada kekayaan akan membagi masyarakat menjadi kelompok kaya dan miskin. Orang yang menitikberatkan pada pendidikan, membagi masyarakat menjadi dua kelompok terdidik dan tidak terdidik. (Rakhmat, 1999 : 56)Individu melakukan interaksi di dalam kelompok teman sebaya, maka peer group memberikan dampak pada individu itu sendiri, yakni pada tingkat persepsi. Pengaruh kelompok sosial khususnya kelompok teman sebaya terhadap persepsi individu telah diteliti oleh Solomon E. Asch dengan melakukan percobaan. Percobaan dilakukan dengan cara menentukan panjang garis. Hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa mula-mula perbedaan pendapat antara mayoritas dan minoritas tidak menimbulkan pengaruh apa-apa. Tetapi setelah percobaan di ulang-ulang, nampaklah adanya keraguan pada minoritas terhadap persepsinya sendiri, dan ada kecenderungan individu menyesuaikan dengan jawabannya dengan jawaban mayoritas (Santosa, 1992 : 72)Melihat pada uraian diatas, remaja dalam berintekasi dengan teman sebaya membentuk kelompok dengan perilaku yang hampir sama. Oleh karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan lebih besar daripada keluarga. Demikian pula remaja dalam mempersepsikan perempuan ideal, maka remaja yang lain akan terpengaruh untuk memiliki pandangan yang serupa. Jadi, ketika remaja berinteraksi dengan kelompok teman sebaya (peer group), dimana dalam interaksi tersebut membicarakan mengenai perempuan ideal, maka pendapat remaja ada kecenderungan sesuai dengan kelompok teman sebayanya. Dengan interaksi dengan8kelompok teman sebayanya tersebut yang berlangsung terus-menerus, maka akan mempengaruhi persepsi remaja tentang perempuan ideal.Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja usia 16-24 tahun yang pernah melihat atau mengamati iklan produk pelangsing di televisi. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah accidental sampling yang berjumlah 50 orang. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis koefisien korelasi rank Kendall dengan menggunakan perhitungan dengan program SPSS.Temuan lapangan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara terpaan iklan produk pelangsing di televisi terhadap persepsi remaja tentang perempuan ideal. Adanya hubungan antara terpaan iklan produk pelangsing di televisi dengan persepsi remaja tentang perempuan ideal juga dijelaskan oleh Jalaludin Rakhmat bahwa media massa (dalam hal ini iklan televisi) memperlihatkan realitas nyata secara selektif yang mampu membentuk idealisme suatu citra tertentu menjadi bentuk citra yang baku. Ketidaktepatan bentuk ideal suatu pandangan tertentu mampu menimbulkan stereotipe tertentu. Stereotipe adalah gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi, atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise, dan seringkali timpang atau tidak benar. Gambaran ini merupakan semua wujud dari gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian yang terekspresi dari perempuan, seperti yang tergambar dalam iklan dan ditimbulkan oleh pikiran, pendengaran, penglihatan, perabaan, atau pengecapan tentang perempuan.Sesuai dengan efek yang ditimbulkan media, dapat dilihat dari Perubahan yang terjadi pada diri khalayak sebagai publik yang terpengaruh. Efek media yang ditimbulkan seperti dari iklan televisi adalah efek kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif yaitu kemampuan seseorang menyerap dan memahami apa yang ditayangkan kemudian melahirkan pengetahuan bagi khalayak. Efek afektif yaitu khalayak dihadapkan pada trend actual yang ditayangkan televisi. Efek konatif adalah proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi dan khususnya iklan produk kecantikan seperti pelangsing, kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (terjadi proses peniruan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari).Selain itu, hasil olah data menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara interaksi teman sebaya dengan persepsi remaja tentang perempuan ideal. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori kohesivitas atau derajat ketertarikan kelompok. Adanya kohesivitas dalam kelompok, membuat pandangan-pandangan yang dimiliki oleh kelompok kemudian9diyakini sebagai persepsi kelompok. Persepsi sebagai proses dimana seseorang menjadi sadar tentang adanya informasi yang akan memberikan pedoman baginya untuk membedakan, mengidentifikasi, dan memaknai sehingga dari pemaknaan tersebut akan mendapat referensi baru untuk menilai suatu hal secara komprehensif.Interaksi sosial yang dialami seseorang akan membentuk sikap sosial. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain, serta terjadi hubungan timbal Balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Dalam proporsinya, suatu sikap yang didominasi oleh komponen afektif (emosional) yang kuat dan kompleks akan lebih sukar untuk berubah walaupun dimasukkan informasi baru yang berlawanan mengenai objek sikapnya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, antara lain : pengalaman pribadi, pengaruh kebudayaan, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional, dan pengaruh faktor emosional. (Azwar, 2011 : 30)Temuan lapangan yang telah dijelaskan sebelumnya juga menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian bahwa hipotesis yang menyatakan “terdapat hubungan antara terpaan iklan produk pelangsing di televisi (X1) dan interaksi dengan teman sebaya (X2) dengan persepsi remaja tentang perempuan ideal (Y)” tidak dapat diterima
Kajian Ekonomi Politik Sinetron Religi
Kajian Ekonomi Politik Sinetron ReligiRika Futri Adelia (D2C009076)AbstrakPenduduk Indonesia yang beragama Islam merupakan pangsa pasar baru bagi produk budaya sinetron religi yang saat ini sedang digemari oleh berbagai rumah produksi. Dari segi produksi, keberadaan para pekerja media menjadi unsur penting terciptanya sinetron religi. Selain itu, ada juga data rating milik Nielsen Indonesia yang digunakan sebagai acuan produksi sinetron religi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih jauh bagaimana proses produksi sinetron religi. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana para industrialis memperlakukan para pekerja media yang terlibat dalam proses produksi sinetron religi. Penelitian ini menggunakan landasan culture industry (Adorno, 1991), commodifications (Vincent Mosco, 2009),dan konsep nilai-lebih (karya Karl Marx dalam Magnis-Suseno, 2003). Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang dikaitkan dengan analisis ekonomi politik media. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan indepth interview kepada lima informan yang memiliki jabatan yang berbeda, yakni produser pelaksana, penulis naskah, sutradara, pemain,dan editor final.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kepentingan bisnis yang ingin dicapai oleh rumah produksi ketika memproduksi sebuah sinetron religi yaitu berupa hasrat untuk terus bersaing dengan Perusahaan hiburan lain dan memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Meskipun ada pesan dan nilai-nilai agama yang ingin disampaikan kepada masyarakat namun hal tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan kepentingan komersil yang ingin dicapai. Selain itu sinetron religi yang dipadu padan dengan unsur tema lain, seperti drama, komedi dan yang lainnya, akan menjadi sebuah bisnis yang cukup menjanjikan. Terjadi pula eksploitasi terhadap para pekerja media yang terlibat langsung dalam rangkaian proses produksi sinetron religi pada tahap creation. Penilaian terhadap proses kerja para pekerja media maupun kesuksesan sinetron religi sendiri bergantung pada data rating yang dikeluarkan Nielsen Indonesia. Keberadaan rating sebagai bentuk komodifikasi imanen yang mempengaruhi keputusan para pemasang iklan untuk menempatkan iklannya dalam slot jeda iklan yang ada.Kata kunci: ekonomi politik media, komodifikasi tenaga kerja, sinetron religi Indonesia.Political Economy Studies of Religious Soap OperaRika Futri Adelia (D2C009076)AbstractIndonesian Muslim population is a new market for cultural products religious soap opera that is currently favored by many production houses. In terms of production, the existence of media workers become an important element of religious soap opera creation. In addition, there is also a Nielsen ratings data belonging Indonesia allegedly used as a reference for religious soap opera production. The purpose of this study was to find out more about how the religious sinetron production process. In addition, to find out how the media industrialists treat workers involved in the production process of religious soap opera. This study uses basis culture industry (Adorno, 1991), commodifications (Vincent Mosco, 2009),and the concept of surplus value (by Karl Marx in Magnis-Suseno, 2003). This type of research is associated with a qualitative descriptive analysis of the political economy of media. Data was collected using in-depth interview to five informants who have a different position, the executive producer, script writer, director, artist/actor and final editor.These results indicate the existence of business interests to be achieved by the production when producing a soap opera in the form of religious desire to continue to compete with other entertainment companies and make a profit as much as possible. Although there is a message and religious values has to say to the public, but it is smaller when compared with commercial interests to be achieved. Beside it, religious soap opera elements combined match with other themes, such as drama, comedy and others, will become a promising business. There is also the exploitation of media workers who are directly involved in the production process at the stage of creation of religious soap opera. Assessment of the labor process and the success of media workers themselves religious soap operas rely on Nielsen ratings data owned by Indonesia. Rating as the existence of a form immanent commodification decisions affecting the advertisers to place ads in a commercial break existing slot
Representasi Nasionalisme Dalam Film Soegija 100% Indonesia
NATIONALISM REPRESENTATION OF SOEGIJA 100% INDONESIA MOVIEAbstractRepresentation is the act of bringing back or represent the process as well as productfrom the meaning of a sign, whether in the form of person, event or object. Representation inthe movie was built by human, as social actor who define meaning. It has similarity withstory of the movie. Story of the movie is the construction of the author and the audience whoproduce that meaning.In the Soegija 100% Indonesia movie, nationalism was illustrated by the strugle of itsmain character Soegija, the first Catholic prelate in Indonesia. He fights for independency ofIndonesia through diplomacy with Western countries. He has compassion to social life,prosperity, and sanity of people around him.The purpose of this research is exposing nationalism's form in Soegija 100%Indonesia movie. It uses Representation theory from Stuart Hall. Researcher analyzesmeaning that emerge by John Fiske's semiotics analysis, that put social codes in three levels,reality, representation and ideological level.The result shows that natioalism of Soegija was manifest in the form ofcompassionate capitalism, religious nationalism, filia and agape love. Compassionatecapitalism was showed by Soegija's attitude. Although he is a religion leader, he can controlhis human desire with a logicality that nation's importance have to be considered as the mostimportant. Reigious nationalism of Soegija was showed in his struggling through religion forindepency of Indonesia. Filia and agape love which showed by Soegija emerge as his feelingthat he and others are in the same boat, struggle for independency of their country.Key words : representation, movie, nationalism, semioticsREPRESENTASI NASIONALISME DALAM FILM SOEGIJA 100% INDONESIAAbstraksiRepesentasi merupakan tindakan menghadirkan kembali atau merepresentasikanproses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda, baik berupa orang, peristiwa ataupunobjek. Representasi dalam film dibangun oleh manusia sebagai aktor sosial yang membangunmakna, begitu pula dengan cerita di dalam film merupakan konstruksi pembuatnya danpenonton yang memproduksi makna tersebut.Nasionalisme dalam film layar lebar banyak diangkat oleh para sineas dengan lebihkreatif dan dikemas berbeda dengan film-film tema nasionalisme yang dibuat setelah masamasakemerdekaan. Pada film Soegija 100% Indonesia, nasionalisme digambarkan denganperjuangan tokoh utamanya Soegija seorang Uskup Katholik pertama di Indonesia. Diamemperjuangkan kemerdekaan bukan dengan mengangkat senjata maupun hal-hal berbaukekerasan, tetapi melalui jalan diplomasi dengan negara-negara Barat untuk membantuproses kemerdekaan Indonesia. Rasa kemanusiaannya sangat besar terhadap kehidupansosial, kesejahteraan dan kesehatan masyarakat sekitarnya selama masa penjajahan tanpamempedulikan latarbelakang dari orang yang dibantunya .Penelitian ini bertujuan untuk untuk membongkar bentuk-bentuk nasionalisme yangterdapat dalam film Soegija 100% Indonesia. Teori yang digunakan adalah teori Representasiyang dikemukakan oleh Stuart Hall. Peneliti menganalisis makna yang muncul melaluianalisis semiotika John Fiske yang memasukkan kode-kode sosial ke dalam tiga level yaknirealitas, representasi dan level ideologi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nasionalisme tokoh Soegija diwujudkan dalambentuk compassionate capitalism, nasionalisme religius, dan termasuk dalam cinta filia sertaagape. Compassionate capitalism (kapitalisme berwajah lemah lembut) ditampilkan padasikap Soegija dimana dia ditempatkan sebagai pemimpin suatu agama, tetapi dia mampumengontrol hasrat manusiawinya dengan penalaran bahwa kepentingan bangsa harusdiutamakan. Nasionalisme religius Soegija ditampilkan dalam bentuk perjuangannya melaluijalur agama untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Cinta filia dan agape yangditampilkan Soegija muncul sebagai wujud rasa senasib sepenanggungannya sebagai pribumiyang membuat dirinya berjuang untuk kemerdekaan negaranya.Key words : representasi, film, nasionalisme, semiotikaBAB IPENDAHULUANLatar BelakangMunculnya film Soegija 100% Indonesia yang mengusung tema nasionalisme melaluijalan perjuangan yang berbeda yaitu perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia lewat jaluragama. Hal ini membuat masyarakat Indonesia menganggap bahwa kemunculan film tersebutmerupakan bentuk Kristenisasi padahal di dalam film ini tidak menampilkan ajaran ataudoktrin-doktrin agama terkait. Jika menilik ke belakang, film-film di Indonesia banyakmenuai kontroversi terutama film yang mengusung tema keagamaan. Film ini sendiriditekankan oleh pembuatnya bukan sebagai film agama melainkan film yang menampilkansisi-sisi nasionalisme seorang Uskup (pemimpin agama Katholik) pada jaman penjajahanJepang dan Belanda menuju kemerdekaan Indonesia.Perumusan MasalahBagaimana representasi nasionalisme ditampilkan dalam Film Soegija 100%Indonesia?Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untukmembongkar Representasi Nasionalisme dalam Film Soegija 100% IndonesiaSignifikasi TeoritisPenelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah kajian komunikasi masaterutama dalam konteks film. Lebih khusus lagi penelitian menggunakan semiotika inidiharapkan mampu memberikan penjelasan mengenai ideologi apa yang terjadi dalam proseskreatif sebuah film.Signifikasi PraktisSecara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada masyarakat luasbahwa film ini tidak menyiarkan keagamaan melainkan penghargaan terhadapmultikulturalisme serta rasa nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa dan negaranya.Kerangka Pemikiran TeoritisParadigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Kajianpokok dalam paradigma konstruktivis menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan dimasyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakanperorangan yang timbul dari alasan-alasan subjektif.a. Media MassaMedia merupakan lokasi (atau forum) yang semakin berperan untukmenampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat baik yang bertaraf nasionalmaupun Internasional. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagiindividu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial tetapi juga bagimasyarakat dan kelompok secara kolektif, media juga turut menyuguhkan nilai-nilaidan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan (McQuail,2005:8).Menurut Melvin DeFleur dalam Deddy Mulyana (2008:129-131) mengatakanbahwa pada dasarnya media massa (termasuk film) lewat sajiannya yang selektif dantekanannya pada tema-tema tertentu, menciptakan kesan-kesan pada khalayaknyabahwa norma-norma budaya bersama mengenai topik-topik yang ditonjolkandidefinisikan dengan suatu cara tertentu artinya media massa termasuk film berkuasamendefinisikan norma-norma budaya untuk khalayaknyab. FilmFilm merupakan salah satu media komunikasi karena film memiliki pesantertentu yang disampaikan baik tersirat atau pun tersurat di dalamnya. Dalam duniaseni, film merupakan media yang paling efektif dalam proses pembelajaranmasyarakat.Oey Hong Lee dalam Sobur (2003: 126) mengemukakan bahwa film sebagaialat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai massapertumbuhannya pada akhir abad ke-19 dengan perkataan lain pada waktu unsurunsuryang merintangi perkembangan surat kabar sudah dibuat lenyapFilm tidak menangkap Kenyataan realitas apa adanya, tetapi manusia sebagai aktorsosial yang membangun makna. Cerita di dalam film adalah konstruksi pembuatnya(yang memilih realitas-realitas tertentu untuk dimasukkan ke dalam karyanya), danpenonton pun memproduksi makna.Menurut Seno Gumira Adijarma dalam Buku Membaca Film Garin, diamenjelaskan bahwa film adalah reproduksi dari Kenyataan seperti apa adanya. Ketikafilm ditemukan orang berbondong-bondong memasuki ruang gelap hanya untukmelihat bagaimana Kenyataan ditampilkan kembali sama persisnya seperti jika terlihatdengan matanya sendiri. Dengan kata lain, sinematografi memang menjadi ekstensifotografi.c. Representasi dalam FilmRepresentasi sendiri adalah tindakan menghadirkan kembali ataumerepresentasikan proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda, baik berupaorang, peristiwa atau pun objek. Representasi ini belum tentu bersifat nyata, tetapidapat juga menunjukkan dunia khayalan, fantasi, dan ide-ide abstrak (Hall, 1997: 28).Stuart Hall (1997: 24) melalui teori representasinya mengambil dimensipraktek-praktek pemaknaan yang diproduksi dalam pikiran pikiran melalui bahasa.Tiga teori pada representasi: reflective, intentional, constructive approaches.Dalam pendekatan reflektiv, makna ditujukan untuk menglabuhi objek yangdimaksudkan, abik itu orang, ide atau pun suatu kejadian di dunia yang nyata danfungsi bahasa sebagai cermin untuk merefleksikan maksud sebenarnya sepertikeadaan yang sebenarnya di dunia. Sedangkan pendekatan intensional merupakanpendekatan yang berkaitan erat dengan pembicara atau penulis yang menekankanpada diri sendiri mengenai pemaknaan yang unik di dunia ini melalui bahasa. Katakatayang dihasilkan memiliki makna sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis(Hall, 1997: 24-25).d. Tanda dan Makna dalam SemiotikaDalam semiotika, penerima atau pembaca dipandang memainkan peran yanglebih aktif. Istilah “pembaca” untuk “penerima” dipilih karena hal tersebut secara taklangsung menunjukkan deajat aktivitas yang lebih besar dan juga pembaca merupakansesuatu yang dipelajari untuk melakukannya, karena itu pembacaan tersebutditentukan oleh pengalaman kultural pembacanya. Pembaca membantu menciptakanmakna teks dengan membawa pengalaman, sikap dan emosinya terhadap teks tersebut(Fiske, 2007: 61).Ideologi dipegang sebagai ide-ide, makna-makna dan praktek ketika merekamengakui sebagai kebenaran universal, ideologiadalah peta dari makna yangmendorong kekuatan dari kelas sosial tertentu. Disini, ideologi tidak terpisah dariaktivitas praktek dari kehidupan namun menyediakan bagi masyarakat mengenai tatacara berperilaku dan kebiasaan moral pada kehidupan sehari-hari (Burton, 2005:62-63).Metode PenelitianTipe PenelitianPenelitian tentang representasi nasionalisme dalam film Soegija 100% Indonesiamenggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan menggunakan analisis semiotika untukmenganalisis obyek yang diteliti. Penelitian ini mengacu pada semiotika televisi John Fiske.Semiotika televisi John Fiske memasukkan kode-kode sosial ke dalam tiga level yaitu levelrealitas (reality), representasi (representasi) dan level ideologi (ideology) (Fiske, 1987:5).Pada level reality kode-kode sosialnya antara lain adalah appearance (penampilan),dress (kostum/pakaian), make-up (riasan), environment (lingkungan), behavior (tingkahlaku), speech (gaya bicara), gesture (bahasa), expression (ekspresi), sound (suara)dan lainlain(Fiske, 1987: 4).Hal-hal dalam level reality telah diencode secara elektronik oleh kode-kode teknis(technical code), sedangkan dalam level ke-2, yaitu level representation di dalamnya terdapatbeberapa aspek, seperti camera (kamera), lighting (pencahayaan), editing (pengeditan), music(musik), dan sound (suara) dan aspek-aspek lain dalam level representation adalahpenarasian, konflik, dialog, karakter dan pemeranan (Fiske, 2001: 5).Analisis paradigmatik kode-kode ideologis konsep nasionalisme dalam film Soegija 100%Indonesia meliputi :a. Prinsip-Prinsip Nasionalisme dalam Film Soegija 100% IndonesiaTerdapat begitu banyak jenis cinta karena ada demikian banyak cara yang kitatempuh untuk mencerminkan dan menginterpretasikan berbagai dorongan, motivasi danrelasi interpersonal (Beall dan Stenberg dalam Friedman, 2008:144). Menurut MichaelAflag dari Syria, “Nasionalisme adalah cinta”. Kedourie mengatakan bahwa nasionalismemerupakan cinta abstrak yang telah menyulut tindakan-tindakan teror terhebat (Smith,2003:38). Menurut Douglas Weeks nasionalisme merupakan formalisasi dari kesadarannasional yang membentuk bangsa dalam arti politik yaitu negara nasional (CliffordGeertz dalam Pigay, 2000:55)Rollo may mendeskripsikan berbagai tipe cinta. Tipe-tipe cinta ini terdiri dari :seks (peredaan ketegangan, nafsu); eros (cinta prokreatif-pengalaman yang enak); filia(cinta persaudaraan); agape(pengabdian pada kesejahteraan orang lain, cinta yang tidakhanya memikirkan diri sendiri); cinta otentik, yang menggabungkan tipe-tipe cintalainnya (Friedman, 2008: 145).Berdasarkan pendapat tersebut maka nasionalisme yang ditunjukkan oleh Soegijatermasuk jenis filia (cinta persudaraan) dan agape (pengabdian pada kesejahteraan oranglain, cinta yang tidak hanya memikirkan diri sendiri). Hal ini dikarenakan nasionalismetidak lepas dari rasa persaudaraan, rasa senasib sepenanggungan (filia) danmengutamakan kepentingan bangsa (agape).b. Compassionate Capitalism Rich de VosCompassionate capitalism dikenal dengan kapitalisme berwajah lemah lembut danbelas kasih dengan kepedulian social. Pernyataan ini dikenalkan oleh Rich de Vos daripemikiran Adam Smith. Pengertian compassionate capitalism sendiri adalah meskipunmanusia diatur oleh hasrat-hasrat (dan energi libido) mereka, namun mereka memilikikemampuan penalaran dan juga belas kasih. Ia mampu mengontrol hasrat tersebut denganpenalarannya sendiri dengan kekuatan moralnya sendiri. (Piliang, 2010: 118)c. Nasionalisme ReligiusNasionalisme religius sendiri adalah paham mengenai kebangsaan yangmeletakkan nilai-nilai keagamaan sebagai sendi dasar dalam kehidupan bernegara. Padafilm Soegija 100% Indonesia, pengamalan dari Nasionalisme religius ditunjukkan olehtokoh Soegija bukan berarti bahwa dia mengunggulkan kebaikan-kebaikan dari agamayang dipimpinnya ataupun memiliki misi khusus penyebaran agamanya yang diselipkandalam misi kemanusiaan selama masa perjuangan kemerdekaan,Nasionalisme religius dari tokoh Soegija tercermin melalui salah satu bentukperjuangannya melalui jalur agama untuk memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsaIndonesia. Dapat kita lihat pada gerakan diplomasi yang Soegija lakukan dengan pihakRoma, Vatikan. Roma Vatikan merupakan pusat dari agama Katholik dunia.Implikasi SosialFilm ini menyajikan tentang gambaran keadaan Indonesia saat masa penjajahanJepang dan Belanda, khususnya perjuangan seorang Uskup pribumi pertama Albertus Soegijadalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Banyak hal positif yang dapat ditarik darifilm tersebut untuk kemajuan kehidupan sosial diantaranyaa. Sikap Soegija yang memiliki kepedulian yang besar terhadap masyarakat disekitarnyasecara umum dengan tidak membedakan latar belakang agama,suku maupunperbedaan apapun yang ada pada tiap individub. Melalui film ini kita semakin memahami bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsayang kaya akan perbedaan baik suku, agama, ras dan kebudayaan.Perbedaan rakyatIndonesia ditampilkan pada film ini secara jelas melalui bahasa, logat, warna kulit,ciri-ciri tubuh dan juga agama.c. Dalam film ini digambarkan secara jelas bahwa perang akan membawa penderitaanserta kesedihan pada semua pihak. Penderitaan dan kesedihan muncul pada pihakyang menjajah maupun pihak yang dijajahImplikasi TeoritisPenelitian mengenai representasi nasionalisme dalam film ini diharapkan dapatmemberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu komunikasi media massa khususnyaperfilman. Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya pengetahuan mengenai bentukbaru dari film-film yang mengusung tema nasionalisme. Terkait dengan teknik analisis yangdigunakan, yaituberdasarkan teori “The Codes Of Television” merupakan teori yang cocokuntuk digunakan dalam menganalisa moving object seperti filmImplikasi PraktisSecara praktis, film yang mengusung tema nasionalisme dan multikulturalisme inidiharapkan menjadi inspirasi bagi sineas lain untuk mengembangkan karyanya dalammembuat film tentang nasionalisme yang dikemas lebih kreatif lagi untuk dapat diterima olehgenerasi muda selanjutnya sehingga pesan-pesan cinta tanah air serta penghargaan terhadapmultikulturalisme dapat disisipkan di dalamnya dengan lebih kuatDAFTAR PUSTAKASumber Buku:Burton, Graeme. (2008). Yang Tersembunyi di Balik Media. Yogyakarta: JalasutraCheach, Philip dkk.(2002). Membaca Film Garin. Yogyakarta: PustakaPelajarChandler, Daniel. (2002). Semiotics, the Basics. New York : RooutledgeDanesi, Marcel. (2010). PesanTandadanMakna. Yogyakarta: JalasutraDenzin, K Norman.(2009). Qualitative Research. Yogyakarta: PustakaPelajarEffendy, Onong Uchjana. (1989). Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar MajuFiske, John. (1987). Television Culture. London and New York : RoutledgeFiske, John. (2007). Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: JalasutraFriedman, Howard. S dan Miriam W. Schustack. (2008). Kepribadian, Teori Klasik dan RisetModern Jilid 2. Penerjemah Sumitro. Jakarta, ErlanggaHall, Stuart. (1997). Representation : Cultural Signifying and Practices, London: SagePublicationKohn, Hans. (1984). NasionalismedanArtiSejarahnya, Jakarta: ErlanggaKristanto, JB. (2004). Nonton Film Nonton Indonesia. Jakarta : Penerbit Buku KompasMcQuail, Denis. (2005) .TeoriKomunikasi Massa, Erlangga: JakartaMoleong, J Lexy. (2010). MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: RemajaRosdakaryaMulyana,Deddy. (2008). Komunikasi Massa Kontroversi, TeoridanAplikasi. Bandung:WidyaPadjajaranNaratama. (2004). Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta : GrasindoNasution, M. Arif. (2005). NasionalismedanIsu-IsuLokal, Medan: USU PressNoviani, Ratna.(2002). JalantengahMemahamiIklan, Yogyakarta: PustakaPelajarPigay, Decki Natalis. (2000). Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Politik di Papua.Jakarta : PT. Sinar HarapanPiliang, Amir Yasraf. (2011). Dunia Yang Dilipat, Bandung : MatahariPratista, Himawan. (2008). Memahami Film. Yogyakarta : Homerian PustakaPurnamawati, Sri. (2009). Teknik Pembuatan Film. Surabaya : Iranti Mitra UtamaSen, Khrisna. (2009). Kuasa dalam Sinema : Negara, Masyarakat dan Sinema Orde Baru.Yogyakarta : OmbakSobur, Alex. (2003). SemiotikaKomunikasi, Bandung: RemajaRosdakaryaSumarno, Marselli. (1996). Dasar-DasarApresiasi Film, Jakarta: GrasindoSmith, D Anthony.(2003). NasionalismeTeoriIdeologiSejarah. Jakarta: ErlanggaUtami, Ayu. (2012). Soegija 100% Indonesia, Jakarta: PT. GramediaVivian, John. (2008). TeoriKomunikasiMassa.Kencana, Media: JakartaWidagdo, M Bayu dan Winastwan Gora. (2007). Bikin Film Indie ItuMudah, Yogyakarta:Andi Offset.Sumber Lain :Wardani, Krisna. (2010). Representasi Distorsi Islam dalam Film “My Name is Khan”.Skripsi. Universitas DiponegoroMega, Mahar (2009). Mitos Yesus dalam film The Da Vinci Code. Skripsi. UniversitasDiponegoroGaspar, Matej (2010).Representasi Nasionalisme dalam Film Merah Putih.Skripsi.Universitas DiponegoroSumber Internet :Bandung LautanApi. (2013).http://www.Indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/movie.php/uid_c2ddiakses pada15 Januari 2013Hadi Murti. (2012). Soegija Bukan Film Dakwah. http://filmindonesia.or.id/article/murtihadi-sj-soegija-bukan-film-dakwah diaksespada 15 Oktober 2012KeretaApiTerakhir. (2013)http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-k017-81-049431_ diaksespada 15 JanuariLima Unsur Komunikasi. (2011). http://organisasi.org/analisis-pengertian-komunikasi-dan-5-lima-unsur-komunikasi-menurut-harold-lasswelldiaksespada 20 November 2012Long March DarahdanDoa.(2013). Dalam http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-l023-50-918455Diunduh pada 15 Januari 2013SehelaiMerahPutih. (2013). Dalam http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-s017-60-211376Diunduhpada15 Januari 2013Soegija Mau Diboikot Karena Berbau Kristenisasi. (2012).http://Indonesia.faithfreedom.org/forum/film-soegija-mau-diboikot-karena-berbaukristenisasi-t48732/diakses pada 15 Oktober 2012Soegija Presentasi Kolosal Non Religius. (2012).http://www.fimela.com/read/2012/06/12/soegija-presentasi-kolosal-non-religiusdiaksespada 15 Oktober 2012Soegija Sebuah Film Perenungan. (2012).http://oase.kompas.com/read/2012/05/26/21323439/.Soegija.Sebuah.Film.untuk.Perenungan.diaksespada 15 Oktober 2012Soegija Film Kontroversial 2012. (2012). http://www.beritaremaja.com/2012/05/soegijafilm-kontroversial-2012.html diaksespada 17 Oktober 2012Soerabaia 45. (2013). http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-s011-90-726785Diunduh pada15 Januari 2013Tanda Wewenang Uskup. (2013). Dalamhttp://yesaya.indocell.net/id763.htm/TandaWewenangUskupdiakses pada 5 April2013Tanggapan Garin Nugroho Tentang Boikot Soegija. (2012).http://www.tabloidbintang.com/film-tv-musik/kabar/54358-ada-ajakan-boikotqsoegijaq-apa-tanggapan-garin-nugroho-.htmldiakses 17 Oktober 201210 Film Indonesia terlaris. (2011). http://www.tabloidbintang.com/film-tvmusik/kabar/19294 diakses pada 18 Desember 201210 Film Indonesia terlaris. (2012). http://hot.detik.com/topten/read/111445/2121204/1468diakses pada 18 Desember 201
- …