13 research outputs found
Kasih Sayang Sebagai Asas Metologis Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Keberkebutuhan khusus anak, dapat didefinisikan dengan cara membandingkan kondisi Fisik, mental, emosi, dan sosial antar anak yang satu sama dengan anak yang lain dengan mengacu pada keadaan fisik, mental, emosi, dan sosial yang pada umumnya dimiliki anak. Kajian tentang kasih sayang sebagai asas kegiatan penyelenggaraan anak berkebutuhan khusus ini dilakukan dengan menggunakan metode analisa deskriptif-kualitatif. Asas kasih sayang dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan anak berkebutuhan khusus, mengandung maksud bahwa kegiatan penyelenggaraan pendidikan anak berkebutuhan khusus, didasarkan, dilandaskan, mengacu pada nilai-nilai kasih sayang. Kasih sayang direalisasikan dalam kegiatan penyelenggaraan pendidik, dengan cara: menerima sepenuhnya keberadaan dan keadaan anak berkebutuhan khusus, menciptakan suasana pendidikan dan pembelajaran yang sarat dengan nilai-nilai kasih sayang, dan mengajar masyarakat bersikap yang menguntungkan anak berkebutuhan khusu
TINJAUAN UMUM MASALAH PSIKOLOGIS DAN MASALAH SOSIAL INDIVIDU PENYANDANG TUNANETRA
Ketunanetraan atau tunanetra adalah istilah yang digunakan untuk keadaan individu yang mengalami kelainan atau gangguan fungsi indra penglihatan. Berdasarkan derajat/tingkat kelainannya individu yang mengalami kelaianan penglihatan dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu individu yang buta total ( blind). dan individu yang masih mempunyai sisa penglihatan (Low Visioan).Kelaianan penglihatan atau ketunanetraan menimbulkan dampak langsung dan damapak tidak langsung pada penyandangnya. Dampak langsung, berupa keterbatasan yang terjadi pada individu karena mengalami kelainan penglihatan seperti tidak dapat/ kesulitan dalam melihat, dan kesulitan/terbatas dalam bermolitas. Dampak tidak langsung, adalah berupa reaksi penyandang tunanetra sendiri pada kelainan penglihatannya seperti: minder, merasa tidak berdaya, putus asa, dan lain-lain. Disamping berdampak pada kepribadian, kelainan penglihatan juga menimbulkan dampak sosial, dampak sosial kelaianan penglihatan nampak pada sikap dan reaksi lingkungan (keluarga) dan lingkungan luas (masyarakat luas) terhadap individu atau anak yang mengalami kelainan penglihatan. Selain sikap dan reaksi lingkungan, kebijakan-kebijakan politik yang mengenai warga negara yang mengalami kelainan penglihatan, juga diwarnai cara pandang pada penyandang tunanetra
KEPERAGAAN DALAM MENGATASI ANAK LAMBAN MEMAHAMI PELAJARAN
Kapasitas anak dalam belajar di sekolah berbeda-beda atau bervariasi, kemampuan untuk memahami pelajaranpun berbeda antara anak yang satu dengan yang lain. Dapat dipastikan bahwa dalam suatu kelas akan ditemukan anak yang cepat, biasa, dan lambat dalam memahami pelajaran. Sering terjadi, guru memilih dan menerapkan pendekatan, metode dan strategi pembelajaran yang sama pada anak yang cepat, biasa, dan lambat memahami pelajaran, bahkan pencapaian tujuan dan kemajuan belajar hanya didasarkan pada kemampuan dan kemajuan belajar anak yang cepat memahami pelajaran. Akhirnya anak yang lambat dalam memahami pelajaran akan sulit mengimbangi kemampuan belajar anak yang cerdas dan cepat dalam belajar. Anak yang cerdas dan cepat memahami pelajaran saja yang selalu menapat nilai yang tinggi, nilai anak yang lambat memahami pelajaran selalu rendah dan bahkan di beri label bodoh. Bagaimana cara Mengatasi Anak yang lambat memahami dan atau lambat mencapai tujuan pembelajaran ? Salah satu yang dapat dilakukan guru adalah membelajarkan mereka (anak lambat belajar) dengan prinsip dan metode keperagaan, artinya dengan prinsip ini guru dalam mengajar terutama tentang hal-hal yang verbal atau abstrak guru selalu berusaha mengkonkritkan dengan peragaan-peragaan. Dengan demikian anak akan terbantu, dengan kata lain alat peraga akan membantu anak lamban belajar untuk mengatasi kesalahpahaman dan kesalahan dalam menangkap penjelasan lisan/verbal
Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing Untuk Meningkatkan Motorik Kasar Siswa Tunagrahita Ringan Kelas 2 SMPLB Bhakti Luhur Malang
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing Untuk Meningkatkan Motorik Kasar Siswa Tunagrahita Ringan Kelas 2 SMPLB Bhakti Luhur Malang. Peneliti menggunakan desain One group pretest – posttest design. Hasil penelitian adalah hasil uji hipotesis (Uji t) yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran role playing untuk meningkatkan motorik kasar anak kelas 2 SMPLB Bhakti Luhur Malang. Kesimpulan ini diperoleh karena hasil nilai signifikan sebesar 0,00 < taraf signifikansi (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode role playing sangat efektif dalam membantu menguji kemampuan motorik kasar siswa berkebutuhan khusus (tunagrahita ringan). Orientasi kemampuan siswa yang dimaksud adalah siswa bisa menyeimbangkan gerakan yang melibatkan fisik yang saling bersinergi dengan cara berpikir sisw
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BRAILLE PADA SISWA TUNANETRA DI KELAS DI TAMAN KANAK-KANAK SLB A YPAB SURABAYA
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran braille untuk siswa tunanetra pada kelas taman kanak-kanak pada ditinjau dari aspek pelaksanaan, metode pembelajaran yang digunakan, dan hambatan yang dialami. Dalam penelitian ini subjek penelitian terdiri dari: guru kelas; siswa tunanetra Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Teknik Pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menelaah seluruh data yang diperoleh kemudian mereduksi yakni dengan pemilihan, penyederhanaan, dan pemusatan perhatian pada hal yang menguatkan data yang diperoleh di lapangan. Kemudian dilakukan penyajian dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk uraian/kalimat yang mudah dimengerti. Langkah terakhir adalah dengan melakukan verifikasi, penyajian data dan pengambilan kesimpulan. Dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa: (1) pelaksanaan pembelajaran braille di kelas taman kanak-kanak selalu diawali dengan latihan pengembangan motoric halus dan latihan dria taktual. Latihan pengembangan motorik dan latihan dria taktual ini bertujuan untuk melatih kesiapan anak dalam membaca dan menulis braille, (2) metode pembelajaran yang digunakan oleh guru ketika mengajarkan membaca dan menulis permulaan menggunakan berbagai macam metode, diantaranya metode ceramah, metrode drill, metode demonstrasi dan metode tanya jawab. Dalam memilih metode pembelajaran, guru seringkali menggunakan metode yang bervariasi, dengan menggunakan ketepatan penggunaan metode pembelajaran dengan karakteristik siswa tunanetra, (3) Hambatan yang biasa ditemui dalam pembelajaran membaca dan menulis braille permulaan ini adalah banyaknya materi yang harus disampaikan sedangkan alokasi waktu pembelajaran braille yang kurang, dan media pembelajaran braille yang tersedia kurang lengkap serta kurang bervariasi
MODIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA JENJANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada guru di pendidikan anak usia dini dalam memodifikasi media pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus pada jenjang pendidikan anak usia dini. Medote pelaksanaan yaitu a). perencanaan, b). pelaksanaan dan c). evaluasi. Berdasarkan hasil pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dapat disimpulkan bahwa pelatihan tentang modifikasi media pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus pada jenjang pendidikan anak usia dini memberikan dampak yang baik bagi guru. Keberhasilan peningkatan pengetahuan peserta ditunjukan dengan nilai rata- rata hasil pre-test 61,75 meningkat menjadi 85,25 pada nilai rata- rata post-test
MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada guru di pendidikan anak usia dini dalam melaksanakan manajemen pendidikan inklusi pada pendidikan anak usia dini. Medote pelaksanaan yaitu a). perencanaan, b). pelaksanaan dan c). evaluasi. Berdasarkan hasil pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dapat disimpulkan bahwa pelatihan tentang manajemen pendidikan inklusi pada pendidikan anak usia dini memberikan dampak yang baik bagi guru di pendidikan anak usia dini dalam menyelenggarakan pendidikan inklusi. Keberhasilan peningkatan pengetahuan peserta ditunjukan dengan nilai rata-rata hasil pre-test 62,25 meningkat menjadi 84,47 pada nilai rata-rata post-test
KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Children with special needs (ABK) are children who grow and develop with various differences with children in general. The term of children with special needs does not refer to the designation for children with disabilities, but refers to the special services that children with special needs need. There are various types of categories within the scope of the term of children with special needs. In the context of special education in Indonesia, children with special needs are categorized in terms of children with visual impairment, deaf children, children with intelectual disability, children with motoric disabilities, children with social emotional disorder, and children with intelligent and special talents. Each child with special needs has different characteristics from one to another. Moreover, each child with special needs also needs special services tailored to their abilities and characteristics. It is necessary to carry out identification and assessment activities to identify their characteristics and needs. It is considered important to get the right service according to the characteristics, needs and abilities. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak-anak yang tumbuh dan berkembang dengan berbagai perbedaan dengan anak-anak pada umumnya. Istilah anak-anak dengan kebutuhan khusus tidak mengacu pada sebutan untuk anak-anak penyandang cacat, tetapi mengacu pada layanan khusus yang dibutuhkan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Ada berbagai jenis kategori dalam lingkup jangka waktu anak-anak dengan kebutuhan khusus. Dalam konteks pendidikan khusus di Indonesia, anak-anak dengan kebutuhan khusus dikategorikan dalam hal anak-anak tunanetra, anak-anak tuna rungu, anak-anak dengan kecacatan intelektual, anak-anak penyandang cacat motorik, anak-anak dengan gangguan emosi sosial, dan anak-anak dengan bakat cerdas dan khusus. Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik berbeda dari satu ke yang lain. Selain itu, setiap anak dengan kebutuhan khusus juga membutuhkan layanan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik mereka. Penting untuk melaksanakan kegiatan identifikasi dan penilaian untuk mengidentifikasi karakteristik dan kebutuhan mereka. Hal ini dianggap penting untuk mendapatkan layanan yang tepat sesuai dengan karakteristik, kebutuhan dan kemampuannya. Kata kunci: Karakteristik, Kebutuhan, Anak Berkebutuhan Khusus
DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHAPAD PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJAS ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dampak pandemi covid-19 terhadap pelaksanaan pembelajaran penjas adaptif di sekolah luar biasa. Penelitian menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data berupa ungkapan seseorang yang mengarah pada suatu keadaan tertentu. Hasil dari penelitian bahwa guru pendidikan jasmani adaptif dalam melaksanakan pembelajaran kepada anak berkebutuhan khusus mengalami hambatan pada pelaksanaan praktik program pendidikan jasmani adaptif, dan arana prasarana yang kurang memada
OPTIMALISASI MEDIA DAN TEKNOLOGI ASISTIF DALAM KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DI SEKOLAH INKLUSI
The implementation of community service to provide knowledge and implementation of media and assistive technology in the Merdeka Belajar curriculum in inclusive schools. The implementation method is a). planning, b). implementation and c). evaluation. The results obtained based on the results of the training implementation can be concluded that the training carried out can provide knowledge and reinforcement for teachers in using learning media and assistive technology in the independent learning curriculum. The success of increasing participants' knowledge is shown by the average value of the pre-test results from 63.41 increasing to 82.25 in the post-test average value.Pelaksanaan pengabdian kepada msyarakat untuk memberikan pengetahuan dan implementasi tentang media dan teknologi asistif dalam kurikulum merdeka belajar di sekolah inklusi. Medote pelaksanaan yaitu a). perencanaan, b). pelaksanaan dan c). evaluasi. Hasil yang diperoleh berdasarkan hasil pelaksanaan pelatihan dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang dilakukan dapat memberikan pengetahuan dan penguatan bagi guru dalam menggunakan media pembelajaran dan teknologi asistif pada kurikulum merdeka belajar. Keberhasilan peningkatan pengetahuan peserta ditunjukan dengan nilai rata-rata hasil pre-test 63,41 meningkat menjadi 82,25 pada nilai rata-rata post-test