16 research outputs found

    Seleksi Dan Kemajuan Genetik Pada Generasi F1 Tanaman Kacang Panjang

    Full text link
    The use of improved varieties is one determinant to obtain high production. Varieties assembly can be done through plant breeding program. One step in plant breeding is the selection. Selection in this study was done by comparing the results of crosses with parental. Of which were selected from crosses can be predicted genetic progress on the next generation. Genetic progress is one of the parameters determining the effectiveness of genetic selection. The experiments were conducted at Integrated Field Laboratory Faculty of Agriculture, University of Lampung Bandar Lampung. The experiments were conducted from November 2011 to April 2012. The main materials used, the F1 seed beans which is a hybrid between the Red and White x Black testa (AxB), testa Black x Red and White (BXA), testa Black x Brown (BxC), testa Brown x Red and White (CXA), Red and White parental seed testa (A), testa Black (B), and testa Brown (C). Treatment arranged in a randomized group design Perfect with 3 replications. Observed variables are: age flowering (HST), the age old harvest pods (HST), number of pods per plant lokul average distance (cm), total seed number, pod shape, and color pods. To form pods and pod color no statistical analysis. The results are: (1) the result of crosses that can be continued on the next generation of F1 from crosses A or B x C x A, and (2) genetic progress for variable flowering 0.7% (low), the age old harvest pods 1.38% (low) number of pods per plant was 52.35% (high) and the number of seeds per plant 43.31% (high)

    Keragaman Dan Heritabilitas Ketahanan Tebu Populasi F1 Terhadap Penyakit Bercak Kuning Di PT Gunung Madu Plantations Lampung

    Full text link
    The objective of this study was to estimate variability and heritability of yellow spot disease characters of 12 sugarcane genotypes. The experiment was conducted on sugarcane field in PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Gunung Sugih Central Lampung, from January to May 2009. The treatments consisted of 12 F1 sugarcane genotypes resulted from the previous crossing of several existed varieties done by PT GMP research and development. The variability was estimated using the method from Anderson and Bancroft (1952) and the heritability was estimated based on the method from Allard (1995). The results showed that the severity of sugarcane yellow spot disease in the PT GMP Lampung showed high variability but low heritability (0.21). Out of 12 tested sugarcane genotypes, G12 has the highest resistance showed by the lowest disease severity

    Seleksi Nomor- Nomor Harapan Kedelai (Glycine Max [L.] Merril) Generasi F5 Hasil Persilangan Wilis X Mlg2521

    Full text link
    Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Namun produktivitas kedelai lokal rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan produktivitas yang rendah diperlukan upaya agar produksi kedelai lokal meningkat yaitu membentuk varietas unggul baru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi nilai keragaman karakter agronomi kedelai generasi F5 hasil persilangan antara Wilis x Mlg2521, untuk mengestimasinilai heritabilitas dan keragaman dalam arti luas karakter agronomi kedelai generasi F5 hasil persilangan Wilis x Mlg2521, dan untuk mengetahui nomor-nomor harapan generasi F5 hasil persilangan Wilis x Mlg2521. Rancangan perlakuan terdiri atas 16 genotipe dan dua tetua. Perlakuan ditata dalam rancangan perlakuan teracak sempurna dengan dua ulangan. Jarak tanam 20 x 50 cm dan setiap genotipe terdapat 20 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besaran nilai keragaman fenotipe yang luas terdapat pada karakter tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 butir, Besaran nilai keragaman genotipe untuk umur berbunga, umur panen, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman memiliki kriteria sempit. Besaran nilai duga heritabilitas yang tinggi terdapat pada umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, dan bobot 100 butir, sedangkan untuk karakter jumlah polong per tanaman dan bobot biji per tanaman memiliki heritabilitas rendah dan terdapat 16 nomor genotipe harapan yaitu 7.199.4-14; 7.24.1.-2; 7.64.1-3; 7.90.2-1; 7.64.1-8; 7.144.2-3; 7.192.1-16; 7.199.4-1; 7.199.4-2; 7.199.4-15; 7.83.5-4; 7.23.3-3; 7.83.53;7.83.5-1; 7.73.3-1; 7.192.1-15 yang diranking berdasarkan bobot biji per tanaman dan bobot 100 butir sebagai dasar pertimbangan

    Penampilan Karakter Agronomi Beberapa Genotipe Harapan Tanaman Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) Generasi F 6 Hasil Persilangan Wilis X Mlg 2521

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai tengah karakter agronomi beberapa genotipe harapan tanaman kedelai generasi F 6 hasil persilangan Wilis x Mlg 2521 dengan tetua Wilis dan tetua Mlg 2521 dan mengetahui nomor – nomor harapan yang unggul dari berbagai genotipe dari generasi F6 hasil persilangan Wilis x Mlg 2521 . Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan setelah panen dilakukan pengamatan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan April 2014. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih kedelai tetua Wilis, tetua Mlg 2521 dan 10 genotipe generasi F 6 hasil persilangan Wilis x Mlg 2521 dengan nomor 7.144.2.3; 7.199.4.2; 7.73.3.12; 7.24.1.2; 7.83.5.4; 7.83.5.3; 7.64.1.3; 7.64.1.8; 7.199.4.14 dan 7.192.1.16. Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna yang terdiri atas dua ulangan dengan jarak tanam 20 x 40 cm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua genotipe yang diuji memiliki nilai tengah yang lebih besar dibandingkan dengan tetua Wilis pada karakter tinggitanaman. Genotipe 7.24.1.2; 7.64.1.8 dan 7.199.4.14 merupakan nomor – nomor harapan yang unggul. Genotipe 7.24.1.2 memiliki potensi produksi setara 2,38 ton/ha serta didukung oleh jumlah cabang produktif, jumlah polong bernas dan jumlah iji per tanaman yang lebih banyak dibandingkan tetua Mlg 2521, genotipe 7.64.1.8 memiliki produksi setara 2,38 ton/ha yang didukung oleh karakter bobot 100 butir biji kering paling tinggi yaitu 9,68 g per100 butir. Genotipe 7.199.4.14 memiliki produksi setara 2,32 ton ha -1 yang didukung oleh karakter jumlah polong bernas dan jumlah biji per tanaman yang lebih besar dibandingkan tetua Mlg 2521

    Pola Segregasi Karakter Agronomi Tanaman Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) Generasi F2 Hasil Persilangan Wilis X B3570

    Full text link
    Pola segregasi suatu karakter merupakan salah satu parameter genetik yang perlu diketahui dalam hubungannya dengan proses seleksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi sebaran frekuensi dan pola segregasi serta jumlah gen yang mengendalikan karakter agronomi tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x B3570. Penelitian ini dilaksanan di Kebun Percobaan Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung dan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan percobaan tanpa ulangan dan data dianalisis dengan menggunakan uji khi-kuadrat untuk kesesuaian distribusi normal dan kesesuaian antara nilai pengamatan dan nilai harapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran frekuensi karakter umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, bobot 100 butir, dan bobot biji per tanaman pada populasi F2 mengikuti kurva sebaran normal sedangkan sebaran frekuensi untuk karakter umur panen, dan jumlah polong per tanaman tidak mengikuti sebaran normal. Jumlah gen yang mengendalikannya yaitu dua gen yang bekerja secara epistasis dominan duplikat dengan nisbah 15:1 untuk karakter umur panen, dan dua gen duplikat yang bekerja secara epistasis dengan efek kumulatif mengikuti nisbah 9:6:1 untuk karakter jumlah polong per tanaman

    Keragaan, Keragaman, dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kacang Panjang (Vigna Unguiculata) Generasi F1 Hasil Persilangan Tiga Genotipe

    Full text link
    Untuk meningkatkan produksi kacang panjang, perlu penggunaan varietas unggul. Perakitan varietas unggul dapat diperoleh melalui persilangan dua tetua yang memiliki perbedaan. Hasil persilangan antargenotipe kacang panjang dapat dilihat melalui keragaan yang ditampilkan pada generasi keturunan (F1). Pada hasil persilangan antartetua yang berbeda dapat diharapkan terdapat keragaman antara hasil persilangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keragaan karakter agronomi, keragaman dan nilai duga heritabilitas arti luas kacang panjang generasi F1 hasil persilangan tiga genotipe. Benih yang digunakan adalah benih F1 kacang panjang yang merupakan hasil persilangan antara testa merah putih x testa hitam (AxB), testa hitam x testa merah putih (BxA), testa hitam x testa coklat (BxC), testa coklat x testa merah putih (CxA), benih tetua testa merah putih, testa hitam, testa coklat. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dan data dianalisis dengan menggunakan, analisis ragam,dan dilanjutkan uji LSI (Least Significant Increase) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman fenotipe karakter agronomi kacang panjang hasil persilangan tiga genotipe adalah luas untuk semua variabel. Untuk keragaman genotipe karakter agronomi kacang panjang hasil persilangan tiga genotipe adalah luas untuk variabel umur berbunga, umur panen polong kering, jumlah polong tanaman, rata-rata jumlah polong tanaman, rata-rata panjang lokul, jumlah benih total, bobot benih tanaman, tetapi untuk variabel umur panen polong segar, jumlah tangkai bunga, rata-rata panjang polong tanaman, rata-rata jumlah lokul tanaman dan bobot 100 benih adalah sempit. Besaran nilai heritabilitas arti luas karakter agronomi kacang panjang generasi F1 hasil persilangan tiga genotipe. untuk variabel umur berbunga dan rata-rata panjang lokul adalah tinggi, variabel umur panen polong kering, jumlah polong tanaman, rata-rata jumlah polong tanaman, dan jumlah benih total adalah sedang, variabel umur panen polong segar, jumlah tangkai bunga, rata-rata panjang polong tanaman, rata-rata jumlah lokul tanaman, bobot benih tanaman, dan bobot 100 benih adalah rendah

    Daya Waris dan Harapan Kemajuan Seleksi Karakter Agronomi Kedelai Generasi F2 Hasil Persilangan antara Yellow Bean dan Taichung

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai duga daya waris (heritabilitas) dalam arti luas dan kemajuan seleksi pada populasi F2 hasil persilangan kedelai antara Yellow Bean dan Taichung. Daya waris dan kemajuan seleksi merupakan parameter genetik dalam proses seleksi. Penelitian ini telah dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung dari November 2011 sampai dengan Februari 2012 dan dilanjutkan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman. Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan tanpa ulangan. Parameter genetik yang diduga adalah heritabilitas dalam arti luas dan kemajuan seleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi F2 mempunyai nilai duga heritabilitas dalam arti luas yang tinggi terdapat pada karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman dan bobot biji per tanaman, sedangkan pada karakter jumlah cabang produktif dan bobot 100 butir populasi F2 mempunyai nilai duga heritabilitas dalam arti luas yang sedang. Nilai duga heritabilitas dalam arti luas yang tinggi menunjukkan bahwa suatu karakter lebih dikendalikan oleh faktor genetik daripada faktor lingkungan. Nilai duga kemajuan seleksi yang termasuk kategori rendah pada penelitian ini adalah umur berbunga, umur panen, jumlah cabang produktif, dan bobot 100 butir per tanaman, sedangkan nilai kemajuan seleksi yang tinggi terdapat pada karakter tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Nilai duga kemajuan genetik yang termasuk kategori rendah pada penelitian ini adalah umur panen, nilai kemajuan genetik yang termasuk kategori sedang terdapat pada umur berbunga dan bobot 100 butir, sedangkan nilai kemajuan genetik yang tinggi terdapat pada karakter tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Tingginya nilai kemajuan genetik dalam suatu karakter mengindikasikan bahwa penampilan karakter tersebut didukung oleh faktor genetik, sehingga dapat melengkapi kemajuan seleksi

    Variabilitas Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) Generasi F5 Hasil Persilangan WILIS X B3570

    Full text link
    The purpose of this study was to determine the amount of genetic diversity and phenotype, heritability in a broad sense as well as the numbers of soybean expectations F5 generation from crosses Wilis × B3570 which has a middle value the better of both parents. The experimental design used randomized group design by three replications. Genotypes were tested as much as 25 genotypes. he results showed that the amount of genetic diversity of soybean agronomic characters F5 generation from crosses Wilis x B3570 found in almost all the characters except the characters age observed flowering and harvesting age. The genotype diversity found in all agronomic characters were observed. The magnitude of the high heritability values found in the character of a weight of 100 grains. Heritability values were on plant height, number of productive branches, and the total number of pods. Character weight of seeds per plant, flowering age, and time of harvest had the lowest heritability. Numbers expectation obtained by the genotypes number 163-1-4, 130-2-11, 130-2-11, 163-1-15, 102-3-2, 163-1-1, 140-1-15 , 163-1-6, 181-5-4, 140-1-2 are rated according to the weight of the weight of seeds per plant that would refer to the high productio
    corecore