2 research outputs found
MEMBANGUN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK BALANCED SCORECARD (Studi Kasus di Pos Express Semarang)
ABSTRAK
Pos Express merupakan unit bisnis strategis dari PT. Pos Indonesia yang beroperasi di bidang jasa
pengiriman express. Jasa yang dibuka di Pos Express adalah jasa pengiriman surat, dokumen, barang dan
parcel. Pos Express termotivasi untuk melakukan perbaikan yang berkelanjutan terhadap pengukuran
kinerja yang telah diterapkan sebelumnya yaitu pengukuran kinerja yang bertitik tolak pada ukuran
keuangan dalam mengukur kinerja bisnisnya. Sebagaimana yang telah kita ketahui pengukuran kinerja
berdasarkan ukuran finansial kurang dapat memberikan informasi yang akurat bagi perusahaan, karena
ukuran finansial hanya menjelaskan berbagai peristiwa masa lalu.
Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Karena pengukuran kinerja
berdasarkan aspek finansial tidak cukup mencerminkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya, maka
dikembangkanlah konsep Balanced Scorecard (BSC). Konsep BSC mengukur kinerja perusahaan
dipandang dari empat perspektif, yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis
internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Pada dasarnya, Balanced Scorecard merupakan
penerjemahan dari strategi dan tujuan yang ingin dicapai suatu perusahaan dalam jangka panjang, yang
kemudia diukur dan dimonitor secara terus-menerus.
Dari hasil perancangan sistem pengukuran kinerja ini akhirnya diperoleh 35 Key Performance
Indicators (KPI) yang dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam kegiatan pengukuran kinerja Pos Express.
Dalam proses perancangan ini juga menggunakan AHP sebagai tools untuk menyusun hierarkhi,
melakukan pembobotan dan konsistensi.
Dari KPI-KPI yang muncul, fokus Pos Express untuk perspektif finansial adalah tingkat
pertumbuhan penjualan dan berkurangnya biaya-biaya produksi dengan bobot 0,372. Untuk perspektif
customer tujuan strategis meningkatnya kepercayaan customer berfokus pada pengenalan masyarakat
terhadap produk dengan bobot 0,481. untuk tujuan strategis meningkatnya kepuasan pelanggan berfokus
pada banyaknya komplain pelanggan dengan bobot 0,625. Untuk persepktif proses bisnis internal
khususnya proses collecting berfokus pada banyakan kesalahan input data dengan bobot 0,875. Untuk
proses processing berfokus pada jumlah kesalahan pencatatan data kiriman dengan bobot 0,528. Untuk
proses transporting berfokus pada banyaknya kiriman yang rusak dengan bobot 0,433. untuk proses
delivery berfokus pada jumlah kiriman yang rusak, jumlah kesalahan tujuan pengiriman dan ketepatan
waktu tempuh kiriman dengan bobot 0,284. Untuk persepktif pembelajaran dan pertumbuhan tujuan
strategis meningkatnya kapabilitas dan komitmen karyawan berfokus pada kepuasan kerja karyawan
dengan bobot 0,528. Untuk tujuan strategis akses ke informasi strategis berfokus pada kemudahan
melakukan tracing kiriman dengan bobot 0,485
MEMBANGUN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK BALANCED SCORECARD (Studi Kasus di Pos Express Semarang)
Pos Express merupakan unit bisnis strategis dari PT. Pos Indonesia yang beroperasi di bidang jasa pengiriman express. Jasa yang dibuka di Pos Express adalah jasa pengiriman surat, dokumen, barang dan parcel. Pos Express termotivasi untuk melakukan perbaikan yang berkelanjutan terhadap pengukuran kinerja yang telah diterapkan sebelumnya yaitu pengukuran kinerja yang bertitik tolak pada ukuran keuangan dalam mengukur kinerja bisnisnya. Sebagaimana yang telah kita ketahui pengukuran kinerja berdasarkan ukuran finansial kurang dapat memberikan informasi yang akurat bagi perusahaan, karena ukuran finansial hanya menjelaskan berbagai peristiwa masa lalu.
Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Karena pengukuran kinerja berdasarkan aspek finansial tidak cukup mencerminkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya, maka dikembangkanlah konsep Balanced Scorecard (BSC). Konsep BSC mengukur kinerja perusahaan dipandang dari empat perspektif, yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Pada dasarnya, Balanced Scorecard merupakan penerjemahan dari strategi dan tujuan yang ingin dicapai suatu perusahaan dalam jangka panjang, yang kemudia diukur dan dimonitor secara terus-menerus.
Dari hasil perancangan sistem pengukuran kinerja ini akhirnya diperoleh 35 Key Performance Indicators (KPI) yang dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam kegiatan pengukuran kinerja Pos Express. Dalam proses perancangan ini juga menggunakan AHP sebagai tools untuk menyusun hierarkhi, melakukan pembobotan dan konsistensi.
Dari KPI-KPI yang muncul, fokus Pos Express untuk perspektif finansial adalah tingkat pertumbuhan penjualan dan berkurangnya biaya-biaya produksi dengan bobot 0,372. Untuk perspektif customer tujuan strategis meningkatnya kepercayaan customer berfokus pada pengenalan masyarakat terhadap produk dengan bobot 0,481. untuk tujuan strategis meningkatnya kepuasan pelanggan berfokus pada banyaknya komplain pelanggan dengan bobot 0,625. Untuk persepktif proses bisnis internal khususnya proses collecting berfokus pada banyakan kesalahan input data dengan bobot 0,875. Untuk proses processing berfokus pada jumlah kesalahan pencatatan data kiriman dengan bobot 0,528. Untuk proses transporting berfokus pada banyaknya kiriman yang rusak dengan bobot 0,433. untuk proses delivery berfokus pada jumlah kiriman yang rusak, jumlah kesalahan tujuan pengiriman dan ketepatan waktu tempuh kiriman dengan bobot 0,284. Untuk persepktif pembelajaran dan pertumbuhan tujuan strategis meningkatnya kapabilitas dan komitmen karyawan berfokus pada kepuasan kerja karyawan dengan bobot 0,528. Untuk tujuan strategis akses ke informasi strategis berfokus pada kemudahan melakukan tracing kiriman dengan bobot 0,485.
Kata Kunci : Balanced Scorecard (BSC), Key Performance Indicators (KPI), Analytical Hierarchy Process (AHP)