20 research outputs found

    ANALISIS POTENSI PETERNAK DALAM PENGEMBANGAN SAPI BALI DI KECAMATAN TANIWEL KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

    Get PDF
    Natural resources, sustainable animal feed resources, and human resources are factors that need to be considered in carrying out the development of beef cattle such as Bali cattle. As an economy-oriented production activity, the performance of livestock business with a regional approach is largely determined by the role of breeders as the main factors, both individually and as a group. This study aims were both to know and determine the potential of individual breeders in Bali cattle development in Taniwel District. In the study, three sample villages were selected using purposive sampling method, while the total respondents selected were 30 breeders who were determined by purposive sampling. The variables observed were the basic potential of the breeders which included breeding experience, education (formal and non-formal, literacy skills), communication intensity, the potential of the breeder workforce, the potential for farmer technology mastery, and the potential for providing input to breeders' production. The data were collected then tabulated and analyzed using the average value and standard deviation. The results showed that the basic potential score of breeders was 94.16, the score for the workforce potential of the breeders was 6.17 in the low category, the potential mastery of technology owned by the breeders was in the low category with a score of 4.23, and the score The potential for providing input by breeders is 16 in the low category. It can be concluded that the final score of potential breeders in developing Bali cattle in Taniwel District is in the low category with a score of 409.39

    Arkeologi Kepulauan Tanimbar Bagian Utara: Tinjauan Potensi Di Pulau Fordata Dan Pulau Larat Maluku Indonesia

    Get PDF
    Tanimbar islands is one of the most southern island group in Maluku. This area is a land bridge that connects Kei-Aru Islands and Papua with the Babar-Sermata Islands until Timor. Directly adjacent to Australia, Tanimbar is also an area of the outer boundary of Indonesia. This area is also known for its rich variety of cultural heritage. As reflected in the academics works and diverse collection of Tanimbar material culture in various world museum. Archaeological study have been conducted since 2006 but only covered the southern part of this archipelago. This paper is the result of the archaeological studies in the Northern Part of the Tanimbar Islands with the focus on Fordata and Larat Island. The reconaissance survey have been adopted as the approach in this research. This study found that the island of Larat and Fordata is rich with the archaeological potential and is recommended to be followed with the further research in the future.Kepulauan Tanimbar merupakan salah satu gugus pulau paling selatan yang terletak di Maluku. Wilayah ini merupakan jembatan darat yang menghubungkan antara Kepulauan Kei-Aru dan Papua dengan Kepulauan Babar-Sermata hingga Timor dan Nusa Tenggara. Berbatasan langsung dengan Australia, Kepulauan Tanimbar juga merupakan kawasan tapal batas terluar Nusantara. Wilayah ini juga dikenal dengan ragam pusaka budaya yang kaya. Sebagaimana ditemukan dalam karya akademis dan ragam koleksi benda budaya Tanimbar di berbagai museum dunia. Studi arkeologi telah dilakukan sejak tahun 2006 namun hanya menjangkau wilayah bagian selatan dan tenggara kepulauan ini. Makalah ini merupakan hasil studi arkeologis untuk wilayah Tanimbar Bagian Utara dengan perhatian pada Pulau Fordata dan Pulau Larat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei penjajakan. Hasil penelitian menemukan bahwa Pulau Fordata dan Pulau Larat kaya dengan potensi kepurbakalaan dan layak ditindaklanjuti dengan studi arkeologis yang lebih mendalam

    Ruang Sebagai Wahana Makna: Aspek Simbolik Pola Tata Ruang Dalam Rekayasa Pemukiman Kuna Di Maluku

    Get PDF
    The study of the spatial patterns believed as a key to study the culture of the past communities. A model that used by a community to construct their settlement, is also believed had been created according to their cultural principal. This is why the settlement pattern always been seen as a symbolic media to represent these principal. This article tries to discuss how ancient Mollucas spatial perspective in created their settlement

    Survei Arkeologis Di Kawasan Halmahera Bagian Tengah

    Full text link
    Halmahera is one main island in the northeast region of Wallacea. Having a uniquely environmental profile, Halmahera also serves as a home for a long cultural historical process of this region. Including for archaeological studies. Numbers of preliminary studies have been conducted to understand the dynamic of region's culture in the past. Unfortunately, the quantity and the depth of these studies have not equivalent to the colossal potential of Halmahera's culture history. This research is a part of the efforts to contribute in completing our knowledge on the dynamics of culture history in Halmahera. Focus of this research is to identify the archaeological potential in the geographic area of Central Halmahera. The opening of the large scale nickel mines in this region which is potentially threaten the preservation of the cultural heritage is the main consideration in chosing the research locus. Prelimenary survey has been adopted as an approach in this research. This study found that the region of Central Halmahera is a high potentially area for archaeological research according to the large coverage of the karst area in this region. Rescue and preservation action of sites in the mining area is absolutely necessary in order to maintaining the existence of all cultural heritage in the region.Halmahera merupakan salah satu daratan utama di timur laut kawasan Wallasea. Tidak hanya memiliki profil lingkungan yang khas, Halmahera juga merupakan rumah bagi proses panjang sejarah budaya kawasan. Termasuk bagi studi arkeologis. Berbagai kajian awal telah dilakukan untuk memahami dinamika budaya masa lalu di wilayah ini. Meski demikian kuantitas dan kedalamannya kiranya belum berbanding lurus dengan potensi raya sejarah budaya Halmahera sebagai sebuah kawasan. Kajian ini merupakan bagian dari upaya dalam berkontribusi melengkapi pengetahuan terkait dinamika sejarah budaya di wilayah Halmahera. Fokus penelitian diarahkan untuk menemukan segenap potensi arkeologis dalam lingkup geografis Halmahera Bagian Tengah. Pembukaan tambang nikel berskala besar di wilayah ini yang mengancam kelestarian warisan budaya menjadi salah satu pertimbangan utama dalam penentuan lokus. Survei penjajakan diadopsi sebagai metode dalam kajian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa wilayah Halmahera Tengah memiliki potensi tinggi secara arkeologis mengacu pada bentang luas kawasan karst yang potensial sebagai hunian masa lalu dan segenap jejak tradisi yang masih melekat dalam keseharian masyarakat. Tindakan penyelamatan dan pelestarian atas situs-situs dalam pertambangan nikel mutlak diperlukan untuk menjaga eksistensi segenap warisan budaya dalam kawasan

    Maluku: Sebuah Citra Dalam Bingkai Sumber Daya Arkeologi

    Get PDF
    Maluku adalah wilayah dengansumber daya budaya yang beragam sebagai implikasi kondisi geografis yang berciri kepulauan. Meski demikian, keragaman sumber daya budaya ini ternyata belum mampu untuk memberikan sumbangan yang berarti pambangunan daerah sebagaimana belum mampu untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat luas. Makalah ini mencoba untuk melihat sumber daya budaya dalam bingkai arkeologi dengan menitikberatkan kajian pada aspek pengelolaannya serta bagaimana sumber daya budaya mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat dan daerah Maluku

    Abad Baru Purbakala: Memilih Arah Menentukan Peran Penelitian Arkeologi Di Maluku

    Get PDF
    A year has passed since the celebration of 100th years of Indonesian archaeology. On June 14th 2013, this golden moment was commemorated by institutions and individuals. The nostalgic euphoria has been transformed into the festive spirit of various events. Ranging from seminars to exhibitions. From small gatherings to the colosal stages. There is a pride that rised from the establishment of this 100th anniversary. This article tries to discuss the current situation in the Indonesian archaeology by dissect the anatomy of archaeological research in the Moluccas Archipleago. The ideas disscussed will cover the review of archaeological research in the Moluccas historically; followed by observing the recent activities to understand the impacts of archaeological research for the region and its communities; and finally initiate the discussion on choosing the direction and the role of archaeological research for the academic and social purpose in the near future.Tak terasa hampir setahun telah dilewati sejak perayaan satu abad purbakala Nusantara. Tepat tanggal 14 Juni 2013 silam, momentum emas ini diperingati segenap insan arkeologi Indonesia. Gempita nostalgia dikemas menjadi semangat perayaan dalam berbagai kegiatan. Mulai dari seminar sampai pameran. Sekedar sukuran hingga pentas kolosal. Ada kebanggaan yang membuncah dari angka mapan usia ke-100. Kini pesta telah USAi. Segalanya kembali senyap. Rasanya tepat untuk mulai merenung. Tentang makna menjadi lembaga dengan umur yang bahkan lebih sepuh dari negara. Memikirkan kembali kiprah pun capaian. Menemukenali kekurangan dan kendala. Adakah arkeologi akan terus mengalir dengan wawasan klasik business as usual? Ataukah memilih bercermin pada jernih kondisi kekinian dan bergegas membenahi diri? Makalah ini mencoba mengamati kondisi terkini arkeologi nasional dengan membedah anatomi penelitian arkeologi di Kepulauan Maluku dalam kerangka kronologis. Alur gagasan yang dibahas mencakup tinjauan atas rekam historis penelitian yang membentuk wajah arkeologi Maluku; dilanjutkan dengan mengamati aktivitas masa kini guna melihat aktualisasi studi arkeologi bagi kemajuan wilayah dan masyarakat; serta membuka ruang diskusi tentang memilih arah dan menentukan peran penelitian arkeologi bagi tujuan akademis dan sosial di masa mendatang

    Pemujaan Leluhur di Kepulauan Maluku Tenggara: Jejak Budaya Materi dan Perannya Bagi Studi Arkeologi Kawasan

    Full text link
    Pemujaan leluhur adalah salah satu aspek penting dalam konstruksi sosial masyarakat masa lalu di Kepulauan Maluku Tenggara. Model kepercayaan tradisional ini berlangsung setidaknya hingga pergantian abad ke-20 menyusul introduksi agama modern di wilayah ini. Praktek pemujaan leluhur juga dimanifestasi secara materi dalam ragam produk budaya masa lalu di Kepulauan Maluku Tenggara. Tulisan ini mencoba untuk meninjau kembali aktivitas pemujaan leluhur masa lalu dalam kawasan dan secara khusus berusaha mengamati bentuk-bentuk representasi material atas aktivitas khas ini. Diskusi atas peran tema spesifik ini dalam studi arkeologi akan dihadirkan untuk melengkapi opsi tema penelitian yang sejalan dengan karakter Kepulauan Maluku Tenggara. Observasi lapangan dan studi pustaka dipilih sebagai pendekatan dalam kajian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa pemujaan leluhur dipraktekkan secara luas pada masa lalu di Kepulauan Maluku Tenggara. Wahana pemujaan umumnya ditampilkan dalam bentuk patung dengan ciri beragam antarsatu komunitas dengan komunitas lainnya serta berasosiasi dengan rencana ruang tradisional. Akhirnya, pengetahuan spesifik terkait religi masa lalu ini dapat menjadi wahana untuk memperkaya kedalaman kajian arkeologi dan sejarah budaya dalam kawasan

    Motivasi Peternak Sapi Terhadap Usaha Ternak Sapi Potong Di Pulau Moa Kabupaten Maluku Barat Daya

    Get PDF
    The research aimed to investigate the motivation of cattle herders in Moa District, Southwest Maluku Regency. Three villages, namely Tounwawan, Klis, and Werwaru, and thirty respondents were selected using the purposive sampling method based on population and cattle ownership. The results showed that the overall economic motive was the strongest (99.6%) compared to social motive (98.58%) and entertainment motive (95.06%). Motivation levels ranging from middle (80,6% of respondents) to high (19,4% of respondents). The regression test R square = 0.099 with regression equation Y= 3.629 + 0.003 XI + 0.018X2 -0.016X3 + 0.002X4 + 0.006X5. It was concluded that the cattle herders were pushed dominantly by economic motives than social and entertainment motives. Age, education, dependency, experience, and cattle ownership have no significant effect on the motivation of the cattle herders
    corecore