33 research outputs found

    Pembuatan Biodiesel dari Minyak Babi

    Get PDF
    Dewasa ini sedang dikembangkan pembuatan biodiesel sebagai bahan kabar aletrnatif guna mengantisipasi menipisnya cadangan minyak bumi. Salah satu bahan baku untuk memproduksi biodiesel yaitu lemak babi. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh konsentrasi katalis basa dan suhu reaksi serta jenis asam yang akan menghasilkan yield biodiesel tertinggi. Terhadap lemak babi mula-mula dilakukan proses rendering untuk menghasilkan minyak babi, dan juga untuk menghilangkan pengotor dan air yang terkandung di dalam minyak babi. Kemudian terhadap lemak babi dilakukan proses acid-pretreatment yaitu proses reaksi dengan katalis asam sebelum digunakan katalis basa dalam reaksi transesterifikasi dengan tujuan untuk menurunkan kadar Free Fatty Acid (FFA) sampai pada batas yang diijinkan maksimal 0,5 %b/b. Salah satu komponen yang terdapat pada lemak babi adalah trigliserida yang merupakan suatu ester. Trigliserida ini sendiri jika direaksikan dengan alkohol akan menghasilkan suatu ester dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi transesterifikasi dan ester yang dihasilkan merupakan sebuah mono ester. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah katalis basa yang diperlukan dalam reaksi transesterifikasi adalah 2 %b/b, dengan yield biodiesel tertinggi yang bisa dicapai sebesar 84,45 %. Suhu yang digunakan dalam reaksi transesterifikasi untuk menghasilkan yield tertinggi biodiesel adalah 80OC

    Pemanfaatan Sabut Kelapa Sebagai Bahan Baku Pembuatan Kertas Komposit Alternatif

    Get PDF
    Sabut kelapa adalah bagian penting dari buah kelapa dengan porsi 35% dari seluruh berat buah kelapa. Serat sabut kelapa memiliki kandungan selulose cukup tinggi sehingga serat tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pulp, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam pembuatan bahan kertas komposit yang terdiri dari campuran pulp serat sabut kelapa dan pulp pembentuk HVS. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu hidrolisis dan konsentrasi NaOH terhadap kadar alfa seluluse, dan mempelajari karakteristik kertas komposit. Pertama, pulp yang dibuat dari serat sabut kelapa dengan variasi waktu hidrolisis dan kosnentrasi NaOH. Selanjutnya pulp dari serat sabut kelapa yang memiliki tingkat alfa selulose tertinggi dicampur dengan pulp dari limbah kertas digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kertas komposit. Kemudian kertas komposit yang terbentuk diuji karakteristiknya meliputi: kuat tarik, kemampuan menyerap tinta, kemampuan ditulisi, dan keawetan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pulp dengan kualitas yang diinginkan yaitu pulp dengan kandungan alfa selulose 94,24% dicapai dengan kondisi operasi: waktu hidrolisis 4 jam dan konsentrasi NaOH 6%. Selain itu, kertas dengan kualitas yang relatif baik dicapai dengan komposisi campuran pulp serat sabut kelapa:pulp dari limbah kertas HVS = 20:80. Kertas tersebut memiliki kuat tarik = 65,28x106N/m2 dan kertas tersebut bisa ditulisi

    Koagulasi Protein dari Ekstrak Biji Kecipir dengan Metode Pemanasan

    Get PDF
    Dalam rangka penyediakan tambahan gizi bagi kehidupan manusia diperlukan produk makanan yang mengandung protein. Daging merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung protein kadar tinggi. Daging dapat berasal dari hewan (hewani) maupun biji-bijian (nabati). Biji kecipir dapat digunakan sebagai bahan pembuatan daging nabati. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkoagulasi protein dari biji kecipir sebagai bahan pembuatan daging nabati. Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh waktu, suhu, dan tekanan pada koagulasi protein biji kecipir dan mencari kondisi proses yang relatif baik. Penelitian dilakukan dengan mengekstraksi serbuk biji kecipir seberat 30 gram dengan menggunakan 300 ml akuades di dalam tangki yang dilengkapi pengaduk. Slurry dalam tangki diaduk dengan kecepatan 150 rpm selama 60 jam pada suhu 60oC dan ekstraksi dilakukan sebanyak 4 tahap. Filtrat hasil ekstraksi diambil 100 ml untuk dilakukan proses koagulasi. Variabel yang diteliti adalah suhu (50–70oC), waktu (1–3 jam), dan tekanan (vakum dan 1 atm). Jumlah protein dalam padatan protein dianalisis memakai makro kjeldahl. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pada kisaran 50-60oC yield protein semakin meningkat, tetapi pada suhu 70oC dan tekanan 1 atm yield protein berkurang. Selain itu, semakin lama waktu yang digunakan untuk koagulasi dan semakin rendah tekanan yang digunakan, maka yield protein yang didapat semakin besar

    BIOSINTESA SENYAWA FENOLIK ANTIOKSIDAN DARI LIMBAH KULIT PISANGKEPOK (Musa acuminata balbisiana C.) SECARA FERMENTASI SUBMERGED MENGGUNAKAN RHIZOPUS ORYZAE

    Get PDF
    BIOSYNTHESIS OF PHENOLIC ANTIOXIDANT COMPOUNDS FROM KEPOK BANANA PEEL WASTE (Musa acuminata balbisiana C.) USING SUBMERGED FERMENTATION  BY RHIZOPUS ORYZAE. Phenolic antioxidant compounds can be formed through a process of biosynthesis with the help of microorganism. Kepok banana peel waste contains nutrients that support the growth of Rhizopus oryzae producing phenolic antioxidant compounds through its secondary metabolism. The objective of this research was to study the effects of fermentation time, concentration of Kepok banana peel extracts, and concentration of (NH4)2SO4 on Total Phenolic Content (TPC) of extracts substrate. Total Antioxidant Capacity (TAC) of extracts with the highest TPC value was also measured. TPC of extracts were analyzed by Folin-Ciocalteu method whilst TAC by 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) method. Rhizopus oryzae was grown on a substrate containing kepok banana peel extract (500 g of kepok banana peel/L of water and 1000 g of kepok banana peel/L of water), (NH4)2SO4, and other nutrients. Results showed that extracts with the highest phenolic content were obtained after 72 hours fermentation on substrate containing 32.69 mg/mL of glucose (concentration of kepok banana peel 1000 g/L of water) and 0.25% w/v (NH4)2SO4. The substrate had TPC of 582.07 mg Gallic Acid Equivalent (GAE)/L extract with TAC of 88.37%. Keywords: biosynthesis; kepok banana peel; phenolic antioxidant; Rhizopus oryzae Abstrak Senyawa fenolik antioksidan dapat terbentuk melalui proses biosintesa dengan bantuan Rhizopus oryzae menggunakan substrat limbah kulit pisang kepok. Limbah kulit pisang kepok belum banyak dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi rendah. Di sisi lain, kulit pisang kepok mengandung sejumlah nutrisi yang dapat mendukung pertumbuhan Rhizopus oryzae dalam memproduksi senyawa fenolik antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu fermentasi, konsentrasi ekstrak kulit pisang kepok, dan konsentrasi (NH4)2SO4 terhadap perolehan senyawa fenolik, serta mempelajari Total Antioxidant Capacity (TAC) untuk ekstrak dengan perolehan senyawa fenolik tertinggi. Dalam penelitian ini, Rhizopus oryzae ditumbuhkan pada substrat ekstrak kulit pisang kepok dengan variasi 500 g kulit pisang kepok/L air dan 1000 g kulit pisang kepok/L air serta penambahan (NH4)2SO4 dengan variasi konsentrasi. Total Phenolic Content (TPC) diukur menggunakan metode Folin-Ciocalteu, sedangkan Total Antioxidant Capacity (TAC) dianalisis dengan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). Hasil penelitian menunjukkan bahwa TPC tertinggi terkandung dalam konsentrasi ekstrak kulit pisang kepok 1000 g/L air dengan  penambahan 0,25% b/v (NH4)2SO4) yaitu 582,07 mg Gallic Acid Equivalent (GAE)/L ekstrak dengan TAC 88,37% setelah fermentasi 72 jam. Kata kunci: biosintesa; kulit pisang kepok; fenolik  antioksidan; Rhizopus oryza

    PERBANDINGAN SUBSTRAT KULIT ARI KEDELAI DAN TONGKOL JAGUNG UNTUK PRODUKSI ENDO - p - GLUCANASE DENGAN BANTUAN ASPERGILLUS NIGER

    Get PDF
    Kulit ari kedelai dan tongkol jagung adalah limbah dari proses industri. Kedua bahan ini masih mengandung nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh kapang untuk menghasilkan enzim endo - p - glucanase. Enzim endo - p - glucanase dapat membantu proses oligomerisasi dari komponen p - glucan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan substrat kulit ari kedelai dan tongkol jagung dalam memproduksi enzim endo - p - glucanase dengan bantuan Aspergillus niger. Mula-mula disiapkan medium fermentasi substrat padat berupa serbuk kulit ari kedelai dan tongkol jagung yang sudah ditambahkan nutrisi hingga mempunyai kadar air 67%, 75% dan 80%. Selanjutnya medium fermentasi ditambahan suspensi spora Aspergillus niger dan diinkubasi pada suhu 35 oC selama 168 jam. Pengamatan dilakukan dengan menganalisa aktivitas enzim endo - p - glucanase tiap selang waktu 24 jam. Hasil percobaan menunjukkan bahwa aktivitas Aspergillus niger dalam memproduksi enzimendo - p - glucanase lebih tinggi (0,1312 IU/mL) dengan memanfaatkan tongkol jagung sebagai substrat pada kadar air 75% Kata Kunci : Aspergillus niger, endo - p- glucanase, kulit ari kedelai, tongkol jagung

    Imobilisasi Crude Enzyme Dari Limbah Buah dan Sayur Menggunakan Material Berbasis Cangkang Telur

    Get PDF
    Berlimpahnya sisa hasil pertanian seperti kulit buah, sisa sayur dan cangkang telur berpeluang untuk diolah menjadi produk yang berharga seperti enzim maupun biomaterial. Beralihnya proses industri ke arah yang lebih ramah lingkungan berangsur-angsur memunculkan kebutuhan enzim sebagai biokatalis reaksi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi limbah cangkang telur sebagai material support untuk mengimobilisasi crude enzyme yang dihasilkan dari fermentasi kulit buah naga, kulit jeruk, kulit alpukat dan sisa sayur yaitu sisa batang bawah kangkung. Penelitian dilakukan dalam lingkup skala laboratorium. Metode percobaan terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu: sintesa crude enzyme dari limbah buah dan sayur, purifikasi enzim dengan pemekatan, sintesa material berbahan dasar cangkang telur, dan tahap terakhir adalah imobilisasi crude enzyme ke dalam material. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa membran cangkang telur (MCT) dan olahan cangkang telur menjadi material hydroxyapatite (HA) berpotensi menjadi material untuk mengimobilisasi crude enzyme berturut-turut: 33,05 ± 3,62 U.mL-1 dan 46,73 ± 0,27 U.mL-1 untuk MCT dan HA. Dari hasil ini mengindikasikan bahwa material HA lebih berpotensi daripada MCT untuk digunakan sebagai imobilisasi enzim. Material HA dari cangkang telur yang mampu mengimobilisasi crude enzyme ini memberikan gambaran akan manfaat limbah menjadi produk yang dapat digunakan untuk pengembangan proses di industri yang konsen terhadap lingkungan

    Penurunan kadar sianida pada umbi gadung (Dioscorea hispida) dengan proses fermentasi menggunakan kapang Rhizopus Oryzae

    Get PDF
    Umbi gadung merupakan tanaman umbi – umbian yang jumlahnya cukup besar di Indonesia. Hingga saat ini umbi gadung masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Umbi gadung memiliki kandungan sianida yang tinggi, sehingga jika dikonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan keracunan hingga kematian. Pada penelitian pendahuluan terhadap bahan baku, umbi gadung memiliki kandungan sianida sebesar 424,92 ppm. Maka sianida harus dikurangi dengan melakukan metode fermentasi menggunakan Rhizopus oryzae agar umbi gadung dapat dikonsumsi oleh manusia dan tidak menyebabkan keracunan. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh waktu fermentasi dan volume nutrient yaitu 5,7,9 ml dalam proses penurunan kadar sianida dan pengaruh fermentasi terhadap kandungan protein , lemak dan pati pada umbi gadung. Mula-mula umbi umbi gadung dicuci bersih dan dikupas kulitnya terlebih dahulu, kemudian dipotong dengan ukuran (2 cm x 1 cm x 0,5 cm). Setelah itu, potongan umbi gadung disterilisasi dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya ditambahkan nutrient yang sudah ditambah inokulum Rhizopus oryzae dan difermentasi selama 5 hari. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan penurunan sianida terbaik dengan volume nutrien 9 ml, kandungan sianida setelah fermentasi menjadi 69,48 ppm. Sedangkan untuk kandungan protein naik dari 0,0133 g/g gadung menjadi 0,0263 g/g gadung, lemak naik dari 0,0048 g/g gadung menjadi 0,0133 g/g gadung dan untuk pati turun dari 0,167 g/g gadung menjadi 0,1586 g/g gadun

    Preparasi dan karakterisasi zeolit alam Malang sebagai adsorben pada adsorpsi air dalam pemurnian bioetanol membentuk Fuel Grade Ethanol (FGE)

    Get PDF
    Seiiring menipisnya sumber energi fosil, maka perlu dicari alternatif bahan bakar pengganti, misalnya bioetanol. Kebutuhan bioetanol saat ini mencapai 1,82 juta kiloliter. Bahan baku bioetanol misalnya ubi kayu. Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar memiliki konsentrasi >99,5% dan ini disebut fuel grade ethanol (FGE). Pencampuran 5% FGE dengan 95% premium akan membentuk biopremium. Industri yang memproduksi FGE saat ini menggunakan metode pemurnian adsorpsi dengan molecular sieve yang masih diimpor. Dalam penelitian ini diteliti pemurnian bioetanol 95% menjadi FGE menggunakan adsorpsi zeolit alam Malang. Potensi tambang zeolit di kabupaten Malang berkisar 3,2-4,8 juta ton dan belum dimanfaatkan maksimal. Preparasi adsorben zeolit sebagai berikut: diayak serbuk zeolit dengan sieve shaker untuk memperoleh ukuran -80+100 mesh. Selanjutnya, zeolit diaktivasi menggunakan larutan asam sulfat 1-5% selama 3 jam pada suhu kamar. Campuran hasil aktivasi selanjutnya dipisahkan, dan zeolit yang terpisah dicuci dengan akuades. Zeolit kemudian dikalsinasi pada suhu 200-7000C selama 3 jam. Prosedur pengujian daya adsorpsi sebagai berikut: ditimbang 1 gram zeolit alam preparasi dengan menggunakan neraca analitis. Selanjutnya diambil bioetanol 95% dengan perbandingan 1 gram zeolit: 10 ml bioetanol 95%. Zeolit direndam dalam bioetanol selama 3 jam sampai mencapai kesetimbangan. Setelah itu larutan dipisahkan dari zeolitnya. Kemudian larutan bioetanol ditentukan densitas/konsentrasinya menggunakan pignometer dan terhadap zeolit ditentukan daya adsorpsi airnya. Daya adsorpsi tertinggi dicapai pada zeolit yang dipreparasi dengan asam sulfat 2% dan suhu kalsinasi 6000C dengan daya adsorpsi 0,420 g air/g adsorben. Analisis terhadap zeolit dengan SEM menunjukkan adanya kristal oksida dalam zeolit dengan pola yang lebih tertata, serta rasio Si/Al=12,29/4,73≈4

    Koefisien transfer massa pada proses pemurnian bioetanol dalam kolom teraduk menggunakan adsorben zeolit alam termodifikasi

    Get PDF
    Kebutuhan premium sekarang ini mencapai 66.937 kliter/hari atau melebihi kuota premium yang sebesar 63.536 kliter/hari.Berkenaan dengan itu, perlu dicari alternatif pengganti, misalnya:bioetanol. Bioetanol yang akan digunakan sebagai bahan bakar memiliki konsentrasi >99,5% dan disebut fuel grade ethanol (FGE).FGE bisa dicampur dengan premium membentuk biopremium E-5 atau E-15.Kendala yang dihadapi dalam memproduksi FGE adalah biaya pemurnian bioetanol 95% menjadi FGE. Metode pemurnian tersebut salah satunya adalah adsorpsi yang masih relatif baru.Adsorben sekarang ini masih didatangkan dari luar negeri.Beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam operasi adsorpsi adalah data kesetimbangan dan koefisien transfer massa. Dalam penelitian ini hendak diteliti koefisien transfer massa air dari bioetanol kolom adsorben teraduk. Implikasi lain adalah pemanfaatan zeolit alam Malang sebagai adsorben. Zeolit alam Malang yang diaktivasi menggunakan asam sulfat encer 2%dan dikalsinasi pada suhu 6000C. Persamaan hubungan kesetimbangan mengikuti persamaan Freunlich.Proses adsorpsi dilakukan dengan mengalirkan bioetanol 95% dengan kecepatan tertentu ke dalam kolom berdiameter 5,00 cm dan tinggi 50 cm yang berisi zeolit dan diaduk. Dengan menyusun persamaan diferensial parsial berdasarkan neraca massa dapat dimodelkan persamaan hubungan antara kecepatan bioetanol masuk, waktu, tinggi kolom, dan konsentrasi airterhadap koefisien transfer massa. Dengan kecepatan aliran bioetanol 15 ml/menit, massa adsorben 330 gram dan kecepatan pengadukan 465 rpm, didapatkan data bahwa selama sekitar 75 menit konsentrasi ke luar kolom 0,000817 g air/menit atau bioetanol berkadar 99,8% dan untuk waktu selebihnya konsentrasi ke luar kolom beranjak naik dan mencapai konsentrasi kejenuhan pada waktu 165menit serta nilai koefisien transfer massa sekitar 6,91E8 1/menit

    Preparasi dan karakterisasi zeolit alam Malang sebagai adsorben pada adsorpsi air dalam pemurnian bioetanol membentuk Fuel Grade Ethanol (FGE)

    No full text
    Seiiring menipisnya sumber energi fosil, maka perlu dicari alternatif bahan bakar pengganti, misalnya bioetanol. Kebutuhan bioetanol saat ini mencapai 1,82 juta kiloliter. Bahan baku bioetanol misalnya ubi kayu. Bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar memiliki konsentrasi >99,5% dan ini disebut fuel grade ethanol (FGE). Pencampuran 5% FGE dengan 95% premium akan membentuk biopremium. Industri yang memproduksi FGE saat ini menggunakan metode pemurnian adsorpsi dengan molecular sieve yang masih diimpor. Dalam penelitian ini diteliti pemurnian bioetanol 95% menjadi FGE menggunakan adsorpsi zeolit alam Malang. Potensi tambang zeolit di kabupaten Malang berkisar 3,2-4,8 juta ton dan belum dimanfaatkan maksimal. Preparasi adsorben zeolit sebagai berikut: diayak serbuk zeolit dengan sieve shaker untuk memperoleh ukuran -80+100 mesh. Selanjutnya, zeolit diaktivasi menggunakan larutan asam sulfat 1-5% selama 3 jam pada suhu kamar. Campuran hasil aktivasi selanjutnya dipisahkan, dan zeolit yang terpisah dicuci dengan akuades. Zeolit kemudian dikalsinasi pada suhu 200-7000C selama 3 jam. Prosedur pengujian daya adsorpsi sebagai berikut: ditimbang 1 gram zeolit alam preparasi dengan menggunakan neraca analitis. Selanjutnya diambil bioetanol 95% dengan perbandingan 1 gram zeolit: 10 ml bioetanol 95%. Zeolit direndam dalam bioetanol selama 3 jam sampai mencapai kesetimbangan. Setelah itu larutan dipisahkan dari zeolitnya. Kemudian larutan bioetanol ditentukan densitas/konsentrasinya menggunakan pignometer dan terhadap zeolit ditentukan daya adsorpsi airnya. Daya adsorpsi tertinggi dicapai pada zeolit yang dipreparasi dengan asam sulfat 2% dan suhu kalsinasi 6000C dengan daya adsorpsi 0,420 g air/g adsorben. Analisis terhadap zeolit dengan SEM menunjukkan adanya kristal oksida dalam zeolit dengan pola yang lebih tertata, serta rasio Si/Al=12,29/4,73≈4
    corecore