12 research outputs found

    Optimalisasi Penguatan Agama Melalui Regenerasi Dan Kader Di Desa Tewang Kadamba

    Get PDF
    Tewang Kadamba Village is a village located in Katingan Regency, Central Kalimantan Province. In this village, there are various ethnic groups and the dominant language is the Dayak Kaharingan and there are also three religions namely Hinduism, Islam and Christianity where the dominant religion is Islam and Hindu Kaharingan. Seen from a religious perspective, even though there are differences they still maintain, appreciate, respect, and tolerate these differences. There is one problem or problem regarding religious knowledge and enthusiasm for worship in Tewang Kadamba Village. In this regard, the purpose of this study is to find out and describe religious understanding and how people acquire religious knowledge and strengthen religion through regeneration and cadres. The method used is PAR. The results of community service are good understanding of religion and ways to acquire religious knowledge through school education and activities in places of worship. Then related to strengthening religion through regeneration and cadres is a good idea for empowering the people of Tewang Kadamba Village

    Implikasi Peran Mandong Dayang Dalam Praktik Ritual Komunitas Dayak Lawangan

    Get PDF
    Peran mandong dayang merupakan realitas sosial budaya yang tak terpisahkan dari struktur sosial budaya komunitas etnis Dayak Lawangan yang beragama Hindu (Hindu Kaharingan). Peran penting mandong dayang sebagai pendamping dan membantu balian (pemimpin ritual) dalam praktik ritual. Hubungan balian dengan mandong dayang merupakan hubungan relasi kuasa dan otoritas religius. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana proses menjadi mandong dayang, dan implementasi perannya dalam praktik ritual komunitas Dayak Lawangan di Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen. Analisis masalah menggunakan teori kekuasaan dan pengetahuan Michael Foucault dan  teori praktik sosial Pierre Bourdieu. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut modal simbolik seorang mandong dayang diperoleh melalui proses berguru. Proses belajar calon mandong dayang meliputi dua tahap yaitu: (1) berhayak dan (2) nyawit nginte. Peran mandong dayang memiliki fungsi vertikal terkait aspek ritual puja bakti kepada Juus Tuha Alah Tala dan fungsi horisontal terkait fungsi sosial di dalam pranata sosial masyarakat. Mandong dayang mendapatkan otoritas praktik ritual. Otoritas tersebut dalam bentuk kuasa pengetahuan atas prestise sebagai pembantu balian. Otoritas tersebut menjadikan mandong dayang sebagai agen pembertahanan sebuah praktik ritual

    MERAYAKAN SIWARATRI: MEMBANGUN KESADARAN MULTIKULTUR DALAM PLURALISME AGAMA (PERSPEKTIF KAJIAN BUDAYA)

    Get PDF
    Agama sering dinyatakan sebagai kekuatan yang mengikat sambil menjaga potensi konflik. Agama memiliki peran sentral dalam institusi kehidupan dan memberikan kenyamanan batin bagi penganutnya. Siwaratri adalah praktik ritual Hindu. Pada skala mikro, itu adalah simbol Sang Hyang Widhi Wasa / Ranying Hatalla Langit. Kemudian, pada lingkup makro membangun kesadaran multikultur

    Tradisi Ngokoi Okan Perentehu Dayak Lawangan: Pendekatan Fungsional Struktural Talcott Parson

    Get PDF
    Praktik tradisi ngokoi okan perentehu terdapat nilai-nilai, norma dan kepercayaan yang berfungsi sebagai pedoman yang memberi orientasi kepada kehidupan komunitas Dayak Lawangan. Teori fungsionalisme struktural memandang masyarakat sebagai suatu sistem, secara fungsional. Menurut Talcott Parson fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan menunjangn keseimbangan dan pemenuhan kebutuhan sistem. Aktivitas tradisi ngokoi okan perentehu merupakan  perwujudaan sebuah sistem keseimbangan yang fungsinya saling beradaptasi, pencapaian tujuan yang sama kepada Jo'us Tuha Allah Tala, berintegrasi dalam pranata kehidupan Dayak Lawangan dan pemeliharaan pola dalam  tradisi yang berjalan dan dilestarikan antar generasi yang melahirkan fungsi religius, fungsi norma sosial, dan fungsi estetika

    Proses Pembentukan Karakter Remaja Dalam Perspektif Pendidikan Hindu

    No full text
    Karakter akan terbentuk bila aktivitas dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan, dari kebiasaan itu maka akan membentuk karakter remaja. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, bangsa dan negara yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Maka proses pembentukan karakter remaja perspektif pendidikan Hindu. Pertama, dilakukan dengan cara pengenalan terhadap ajaran-ajaran agama Hindu melalui pendidikan informal, non-formal dan pendidikan secara formal. Kedua, memberikan pemahaman setelah dilakukan suatu pengenalan tentang ajaran agama. Ketiga, setelah dipahami alangkah baiknya dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari. Keempat, setelah dilakukan pembudayaan atau pembiasaan kedalam kehidupan sehari-hari sehingga terwujudlah suatu internalisasi menjadi karakter

    Kajian Fungsi Pola Asuh Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak Pada Keluarga Hindu

    No full text
    Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi abad ke-21 atau penghujung abad ke-20 ditandai kecenderungan kehidupan yang kian dinamis mengarah pada kapitalisme. Perkembangan yang pesat mempengaruhi pola kehidupan anak dihadapkan pada tantangan-tantangan berat juga menjadi pemicu timbulnya permasalahan kehidupan lainnya di tengah kondisi masyarakat yang beragam, salah satunya dekadensi moral. Persoalan karakter dipicu kehidupan sosial yang semakin kompleks terhadap pembentukan karakter anak ke depannya. Membina seorang anak menekankan pemenuhan fungsi pengasuhan terkait pembentukan aspek moralitas agar kualitas anak lebih baik. Internalisasi nilai-nilai karakter ke dalam struktur sosial kehidupan keluarga sejak dini khususnya masyarakat Hindu. Gambaran pengasuhan yang melibatkan serangkaian kewajiban yang harus dipenuhi dan dilaksanakan orang tua sebagai bentuk hak anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang sesuai periodisasi usia anak secara optimal. Memperhatikan hal tersebut, tercapainya fungsi pengasuhan sebagai tujuan yang diharapkan setiap orang tua pada keluarga Hindu. Penerapan pola asuh orang tua berkontribusi sebagai wahana memanusiakan manusia yang mendukung aspek penting kepribadian anak berkarakter, memiliki kecerdasan luar biasa dan prestasi yang gemilang secara akademik dan bermanfaat sebagai bagian dari masyarakat sosial yang ada di Kuala Kurun Kabupaten Gunung Mas

    Ritual Wara Wara Ritual

    No full text
    Penelitian ini mengkaji kajian nilai-nilai pendidikan pantugur dalam ritual wara Hindu Kaharingan di Kabupaten Barito Selatan. Keberadaan patugur menjadi  sarana pokok dalam ritual wara yang memiliki nilai pendidikan Hindu yang perlu untuk dikaji. Fenomena yang terjadi kurangnya pemahaman dalam diri beberapa orang terhadap nilai-nilai dan makna sakral yang terkandung pada pantugur dalam ritual wara Hindu Kaharingan sehingga patugur yang digunakan pada hari puncak pelaksanaan wara tersebut dipandang tidak memiliki nilai pendidikan. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengkaji rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah proses pembuatan pantugur dalam ritual wara Hindu Kaharingan di Kabupaten Barito Selatan ?, 2) Apakah nilai-nilai pendidikan Hindu yang terkandung dalam pantugur ritual wara Hindu Kaharingan di Kabupaten Barito Selatan ?, 3) Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan Hindu dalam pantugur ritual wara bagi Hindu Kaharingan di Kabupaten Barito Selatan ?. Penelitian dikaji dengan teori fungsional struktural, teori nilai, teori pendidikan Hindu, dan teori behavioristik. Metode penelitian yang digunakan metode deskriptif kualitatif. Jenis sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik penentuan informan dilakukan secara purposive. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa komponen yang dapat dikaji dan penyajian hasil meliputi pantugur merupakan perwujudan jasmaniah dari leluhur yang diritualkan dan wajib dihargai keberadaannya sebagai bentuk penghormatan, rasa cinta kasih, dan tanggung jawab seseorang ataupun keluarga yang melaksanakan. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa proses pembuatan pantugur yang dikaji menggunakan teori fungsional struktural menghasilkan kesimpulan yang meliputi : (1) Tahap Persiapan, (2) Tahapan Pokok Pelaksanaan, dan (3) Tahap Akhir. Beberapa nilai pendidikan yang terkandung pada pantugur dalam ritual wara yang dikaji menggunakan teori nilai dan didukung dengan teori pendidikan Hindu menghasilkan kesimpulan yaitu : (1) Nilai Pendidikan Tattwa, (2) Nilai Adat Tradisi Hindu Kaharingan, (3) Nilai Pendidikan etika (susila), (4) Nilai Pendidikan Material, (5) Nilai Pendidikan Tanggung Jawab, dan (6) Nilai Pendidikan Estetika. Implikasi nilai pendidikan pada pantugur ritual wara yang dikaji menggunakan teori behavioristik menghasilkan kesimpulan yaitu : (1) Mempererat Persatuan dan Kesatuan Umat Hindu Kaharingan, (2) Semangat Kebersamaan dan Gotong Royong, (3) Toleransi terhadap Keberagaman, (4) Terjaganya Keseimbangan Dan Keharmonisan Alam Semesta, (5) Taat Terhadap Pelaksanaan Upacara atau Ritual Sebagai Bentuk Ketaqwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (6) Tercipta Hubungan Harmonis Dengan Sesama yang diwujudkan dalam Perilaku Belum Bahadat, (7) Menginterpretasikan Tindakan Terhadap Simbol Sakral, dan (8) Tumbuhnya Kesadaran Beretika Kata Kunci: kajian nilai pendidikan, pantugur, ritual war

    Kajian Nilai Pendidikan Hindu Dalam Ritual Aruh Ganal Bawanang Pada Masyarakat Meratus Di Kecamatan Piani Kabupaten Tapin Provinsi Kalimantan Selatan

    No full text
    The Aruh Ganal Bawanang ritual is a ritual of the Meratus Hindu Community in Piani District, Tapin Regency who strongly believes in the Ancestor which is held once a year, namely in July before the full moon, the Meratus community who strongly believes in their ancestors carry out the Aruh Ganal Bawanang ritual. The Aruh Ganal Bawanang ritual, if it is associated with the teachings of the Panca Yadnya, the Aruh Ganal Bawanang ritual is classified as the ritual of Dewa Yadnya, Pitra Yadnya and Bhuta Yadnya. The Aruh Ganal Bawanang ritual carried out by the Meratus Hindu community in Piani District who still adheres to the local Hindu religion. The implementation of the Aruh Ganal Bawanang Ritual by the Meratus Hindu community in the Piani Sub-district is still understood in the form of entrenched traditions and habits that have been passed down from generation to generation, without understanding and knowing the values ​​of Hindu education contained in the Aruh Ganal Bawanang ritual. Therefore, the research focuses more on the Study of Educational Values ​​in the Aruh Ganal Bawanang ritual in the Meratus Hindu community with the formulation of the problem: 1) How is the implementation of the Aruh Ganal Bawanang Ritual in Piani District, Tapin Regency. 2) What are the Ritual values ​​in Aruh Ganal Bawanang. 3) What are the implications of Aruh Ganal Bawanang Ritual Education in Piani District, Tapin Regency. The researcher aims to find out more about the Ritual of Aruh Ganal Bawanang. The theory used to determine the Ritual of Aruh Ganal Bawanang are: Symbol theory, Structural Functional theory and exchange theory. The methods used in this research are: descriptive method, qualitative analysis method, interview method, observation and documentation method. Based on the results of the study as follows: The Aruh Ganal Bawanang ritual, which starts with: 1) The Manabas Starting Ritual, 2) the Batabang Ritual 3.) the Manyalukut Ritual, 4) the Mamanduk and Mahayip Ritual, 5) the Bamata Umang Ritual, 6) the Mananam Banih Ritual, 7 ) Ritual of Merabon Banih Mandara, 8) Ritual of Ayahlas Banih, 9) Ritual of Manyampuk Banih Mawai (Rice flower begins to bear fruit), 10) Ritual of Mangatam, 11) Ritual of Aruh Ganal Bawanang, 12) Ritual of Babuat or Baancak Banih Kalulung. In Aruh Ganal Bawanang there are (1) religious education values, (2) social and cultural values, (3) ethical values, (4) religious tolerance values and (5) aesthetic values, while the educational implications are: (1) religious implications, (2) Cultural Implications, (3) Social Implications, and (4) Natural Resources Implications

    Efektivitas Metode Flipped Classroom Dan Media Self-Assessment Questionnaire Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Di IAHN Tampung Penyang Palangka Raya

    No full text
    Proses pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa menjadi kondisi pembelajaran ideal yang diharapkan bisa diterapkan di Indonesia saat ini dan kondisi yang diharapkan ini berbanding terbalik dengan kondisi pembelajaran yang ada. Solusi yang tepat untuk mengatasi kondisi tersebut adalah mengubah pembelajaran yang semula menggunakan model Teacher Centered Learning diubah menggunakan Student Centered Learning (SCL) dan Flipped Classroom (FC) adalah salah satu metode SCL yang tepat digunakan. Media Self-Assessment Questionnaire (SAQ) yang digunakan ranah klinik juga pendidikan Ayurveda memiliki banyak kelebihan terutama dalam meningkatkan keaktifan penggunanya dan sejalan dengan metode SCL dan FC. Kombinasi metode FC dengan media SAQ diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan pembelajaran tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana efektivitas metode FC dan media SAQ terhadap hasil belajar mahasiswa di Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang (IAHN-TP) Palangka Raya. Teori Konstruktivisme Piaget yang memberikan kesempatan pembelajar untuk membangun pengetahuan juga pemahamannya sendiri dalam proses pembelajaran menjadi landasan penelitian ini. Pendekatan kuantitafif pre-experimental design dengan model one-group pre-test and post-test design digunakan untuk mengukur hasil belajar 66 orang mahasiswa Pendidikan Agama Hindu IAHN-TP Palangka Raya semester empat yang mengambil mata kuliah Pengantar Ayur Weda pada tahun ajaran 2022/2023. Instrumen tes berupa pre-test dan post-test 11 butir soal pilihan ganda digunakan untuk mengukur hasil belajar mahasiswa dengan N-Gain Score. Dari analisa data penelitian didapatkan hasil nilai peningkatan hasil belajar sebesar 0,3 berada pada rentangan 0,3≤g≤ 0,7, yang berarti peningkatan hasil belajar tergolong sedang. Sedangkan efektivitas yang didapat sebesar 32% tergolong tidak efektif. Kata Kunci: Flipped Classroom, Self-Assessment Questionnaire, hasil belaja

    Nilai-Nilai Pendidikan Hindu Dalam Yajña Sesa di Kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas

    No full text
    Yajña Sesa is the simplest food offering consisting of rice, side dishes (cooked) as symbol of gratitude to Ida Sang Hyang Widhi Wasa/God Almighty. In fact, there is a lack understanding of some people related to the form of implementation, functions and values ​​of Yajña Sesa. The theories used in this study are the theory of symbols, structural functional theory and value theory. The research method used is a qualitative method. The types of data sources are primary and secondary data sources. This study used purposive sampling and data collection techniques with observation, interviews and document study.Yajña Sesa merupakan sarana dalam persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa berupa makanan yang telah dimasak yang memiliki nilai pendidikan Hindu yang perlu dikaji. Fenomena yang terjadi kurangnya pemahaman dalam diri beberapa orang terhadap bentuk pelaksanaan, fungsi serta nilai-nilai yang terkandung dalam Yajña Sesa. Penelitian dikaji dengan teori simbol, teori fungsional struktural dan teori nilai. Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif. Jenis sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik penentuan informan dilakukan secara Purposive. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan studi dokumen
    corecore