22 research outputs found

    Morfologi Sistem Pencernaan Beberapa Jenis Coleoptera Perombak Kayu Lapuk

    Full text link
    Pada dasarnya tipe mulut serangga dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu tipe pengunyah dan tipe pengisap (Boiror & De Long 1954).Mulut bertipe pengunyah ditandai dengan mandibula kuat yang dapat digerakkan ke samping. Mulut bertipe pengisap telah mengalami variasi dan modifikasi sehingga berbentuk pipa pengisap.Salah satu kelompok besar serangga yang sangat beranekaragam ialah kumbang atau Coleoptera.Walaupun beranekaragam, semua Coleoptera mempunyai bagian mulut yang berfungsi sebagai pengunyah.Berdasarkan perbedaan makanannya, bentuk terperinci bagian-bagian mulut dan saluran pencernaan pemakan tumbuhan berbeda dari pemakan binatang.Perincian perbedaan pada Coleoptera masih belum banyak diungkapkan.Untuk menambah data umum yang telah diperoleh (Snodgrass1935,' Borror & De Long 1954, Imms 1957,Metcalf & Flint 1962),dilakukan pengamatan morfologi terhadap beberapa jenis Coleoptera pemakan kayu lapuk

    Morfologi Mulut Dan Saluran Pencernaan Serangga Pemakan Tumbuhan Dan Pemangsa

    Full text link
    Walaupun diketahui bahwa makanan serangga menentukan berbagai bentuk mulut dan saluran pencemaannya, hubungan keanekaragaman jenis makanan dan keanekaragaman fungsi dan bentuk mulut seita saluran makanan belum banyak diketahui.Padahal pengetahuan ini mempunyai segi terapan yang beiguna, misalnya dalam membantu menentukan peranan serangga di suatu lingkungan. Kekhasan modifikasi bagian-bagian mulut diharapkan dapat dipakai untuk mencirikan kelompok pemiliknya. Dalam tahap permulaan penelitian morfologi mulut dan saluran pencernaan dilakukan terhadap serangga bermulut pengunyah dan penusuk-pengisap tumbuhan .serta mangsa. Hasil yang diperoleh dimaksudkan untuk menambah data mengenai bagian-bagian mulut dan saluran pencernaan (Snodgrass l935;Metcalf etal. 1962; Nasution 1972) danmenambah data yang dapat digunakan untuk membedakan serangga pemakan tumbuhan dari pemangsa

    Serangga Pengunjung Kacang Panjang (Vigna Unguiculata)

    Full text link
    Sekalipun kacang panjang (Vigna unguiculata} meiupakan tanaman sayuran penting,hal ikhwal serangga pengunjungnya, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, belum banyak diungkapkan (Kalshoven et al. 1951). Keterangan mengenai keanekaragaman jenis serangga pengunjung,hubungan tingkat umui tanaman dengan jenis serangga pengunjung, bagian tanaman yang dikunjungi serta peranan dan fungsi masing-masing jenis, pengaruh musim terhadap kehadiran serangga pengunjung kacang panjang belum banyak dipelajari.Oleh karena itu, penanganan terhadap serangga yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kehidupan kacang panjang belum dapat dilakukan dengan pasti. Di negara lain seperti Nigeria (Singh 1975; Ayoade 1975) dan Tanzania (Kayumbo 1975) penelitian hama kacang panjang sudah agak lanjut.untuk melengkapi data biologi serangga pengunjung kacang panjang di Indonesia serangkaian penelitian yang dilaporkan berikut ini telah dilakukan

    MORFOLOGI SISTEM PENCERNAAN BEBERAPA JENIS COLEOPTERA PEROMBAK KAYU LAPUK

    Get PDF
    Pada dasarnya tipe mulut serangga dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu tipe pengunyah dan tipe pengisap (Boiror & De Long 1954).Mulut bertipe pengunyah ditandai dengan mandibula kuat yang dapat digerakkan ke samping. Mulut bertipe pengisap telah mengalami variasi dan modifikasi sehingga berbentuk pipa pengisap.Salah satu kelompok besar serangga yang sangat beranekaragam ialah kumbang atau Coleoptera.Walaupun beranekaragam, semua Coleoptera mempunyai bagian mulut yang berfungsi sebagai pengunyah.Berdasarkan perbedaan makanannya, bentuk terperinci bagian-bagian mulut dan saluran pencernaan pemakan tumbuhan berbeda dari pemakan binatang.Perincian perbedaan pada Coleoptera masih belum banyak diungkapkan.Untuk menambah data umum yang telah diperoleh (Snodgrass1935,' Borror & De Long 1954, Imms 1957,Metcalf & Flint 1962),dilakukan pengamatan morfologi terhadap beberapa jenis Coleoptera pemakan kayu lapuk

    MORFOLOGI MULUT DAN SALURAN PENCERNAAN SERANGGA PEMAKAN TUMBUHAN DAN PEMANGSA

    Get PDF
    Walaupun diketahui bahwa makanan serangga menentukan berbagai bentuk mulut dan saluran pencemaannya, hubungan keanekaragaman jenis makanan dan keanekaragaman fungsi dan bentuk mulut seita saluran makanan belum banyak diketahui.Padahal pengetahuan ini mempunyai segi terapan yang beiguna, misalnya dalam membantu menentukan peranan serangga di suatu lingkungan. Kekhasan modifikasi bagian-bagian mulut diharapkan dapat dipakai untuk mencirikan kelompok pemiliknya. Dalam tahap permulaan penelitian morfologi mulut dan saluran pencernaan dilakukan terhadap serangga bermulut pengunyah dan penusuk-pengisap tumbuhan .serta mangsa. Hasil yang diperoleh dimaksudkan untuk menambah data mengenai bagian-bagian mulut dan saluran pencernaan (Snodgrass l935;Metcalf etal. 1962; Nasution 1972) danmenambah data yang dapat digunakan untuk membedakan serangga pemakan tumbuhan dari pemangsa

    Incorporating Root Crops Under Agro-Forestry as the Newly Potential Source of Food, Feed and Renewable Energy

    Full text link
    Entering the third millennium food and energy crisis is becoming more serious in line with water scarcity amid of climate change induced by global warming, that so called as FEWS (food energy and water scarcity). In the last five decades Indonesian agricultural development of food crops had been emphasized on cereals and grains based. Conversion of forest into agricultural field in the form of upland and lowland facilitated by irrigation is prioritized for cereals such as rice, maize as well as grain legumes such as soybean, peanut etc. Unfortunately, root crops which their main yield underground are neglected. At the end of second millennium Indonesia was seriously suffered from multi-crisis economic trap, so Indonesia as part of countries under World Food Program to import the huge of food to cover domestic consumption such as rice, wheat, soybean, corn etc. On the other hand, consumption of energy was also increase significantly. These conditions triggering government to stimulate integrated agricultural enterprises for providing abundance of food as well as adequate renewable energy. Although root crops were neglected previously, however from its biological potential to produce biomass promotes root crops into an appropriate position. The variability of root crops which ecologically can be grown from upland in dry areas till swampy submergence condition. Forest conversion into agricultural land is not allowed due to forest is useful to prevent global warming. Therefore, food, feed and fuel (renewable energy) production have to be able grown under agro-forestry. Fortunately the potential of root crops has competency to meet the current need to fulfil food, feed and fuel as well as fibre under future greener environment

    SERANGGA PENGUNJUNG KACANG PANJANG (VIGNA UNGUICULATA)

    Get PDF
    Sekalipun kacang panjang (Vigna unguiculata} meiupakan tanaman sayuran penting,hal ikhwal serangga pengunjungnya, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, belum banyak diungkapkan (Kalshoven et al. 1951). Keterangan mengenai keanekaragaman jenis serangga pengunjung,hubungan tingkat umui tanaman dengan jenis serangga pengunjung, bagian tanaman yang dikunjungi serta peranan dan fungsi masing-masing jenis, pengaruh musim terhadap kehadiran serangga pengunjung kacang panjang belum banyak dipelajari.Oleh karena itu, penanganan terhadap serangga yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kehidupan kacang panjang belum dapat dilakukan dengan pasti. Di negara lain seperti Nigeria (Singh 1975; Ayoade 1975) dan Tanzania (Kayumbo 1975) penelitian hama kacang panjang sudah agak lanjut.untuk melengkapi data biologi serangga pengunjung kacang panjang di Indonesia serangkaian penelitian yang dilaporkan berikut ini telah dilakukan

    Analisis Variasi Faktor Eksposi dan Ketebalan Irisan Terhadap CTDI dan Kualitas Citra Pada Computed Tomography Scan

    Get PDF
    CT Scan merupakan alat pencitraan sinar-X yang dipadukan dengan komputer pengolah data sehingga mampu menghasilkan gambar potongan melintang tubuh dan memiliki dosis relatif lebih tinggi, karena berasal dari radiasi primer dan radiasi hambur dari setiap slice. Dosis yang dihasilkan dipengaruhi oleh parameter scan yaitu faktor eksposi (tegangan tabung, arus- waktu rotasi) dan ketebalan irisan. Kuantitas dosis pada pemeriksaan CT Scan digunakan metode Computed Tomography Dose Index (CTDI). Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui efek variasi parameter scan terhadap CTDI dan kualitas citra dengan menggunakan phantom. Hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa pada variasi 200 mAs, 120 kV dan 5 mm menghasilkan CTDIvol dan CNR optimum dengan nilai masing-masing 25.8 mGy dan 3.51. Hal ini disebabkan adanya keseimbangan nilai antara faktor eksposi yang tidak memiliki rentang yang terlalu jauh sehingga menghasilkan energi dan kuantitas sinar X yang seimbang dan ketebalan irisan tidak menghasilkan noise tinggi sehingga objek dalam phantom tetap dapat terlihat lebih baik. Kata Kunci: CT Scan, CTDI, CTDIvol, LCR, CNR

    G6PD genetic variations in neonatal Hyperbilirubinemia in Indonesian Deutromalay population

    Get PDF
    Background: Neonatal jaundice is a common finding in newborns in Asia, including Indonesia. In some cases, the serum total bilirubin levels exceeds the 95th percentile for hours of life (neonatal hyperbilirubinemia). Severe neonatal hyperbilirubinemia (NH) could lead to kernicterus and neonatal death. Glucose-6-Phosphage Dehydrogenase (G6PD) genetic variations and deficiency have been reported in several studies to be associated with NH. This study aimed to analyze the G6PD genetic variations a
    corecore