5 research outputs found

    Media Live Streaming Berbasis Raspberry Pi pada Perguruan Tinggi Raharja

    Get PDF
    Higher Education Prog is a university that focuses konsestrasi in the field of computer and technology, but in the field of penyampaikan information to students remains less efektik because they still use a paper or poster is attached to the wall magazine (Magazine Wall) and his appearance did not attract the students to see and listen information contained campus. The need for an innovation to renew methods penyampaikan user information into a digital form. The authors mebuat Broadcast media based information tool Raspberry Pi utilizing campus facilities like television to show some internal information campuses and as a forum to showcase the work of the Student Video Mavib to display to the Personal Prog

    Menuju Demokrasi Bermakna : Persoalan-Persoalan Perbaikan Representasi Politik di Indonesia

    Full text link
    Hasil dari survei ulang pada tahun 2007 yang dilakukan oleh Demos memperlihatkan situasi demokrasi di Indonesia masih goyah. Sejumlah instrumen demokrasi mengalami defisit yang ditandai dengan kemerosotan berbagai instrumen dasar (hak sipil politik), sementara kondisi hak sosial ekonomi masih jauh dari memadai. Meskipun banyak pemilu telah berjalan dengan damai, jujur dan adil akan tetapi persoalan representasi belum membaik. Representasi yang seharusnya menghadirkan kepentingan rakyat malah dibajak oleh elit dan kelompoknya. Oleh sebab itu, representasi dinilai buruk atau semu karena tidak menghadirkan kepentingan yang diwakilinya atau berbagai kelompok yang tidak hadir. Di samping persoalan kualitas representasi yang buruk, perangkat lain dari demokrasi yang juga dinilai buruk antara lain akses dan partisipasi masyarakat termasuk kelompok marjinal, partisipasi langsung, dan kebebasan mendirikan partai di tingkat lokal. Sementara aktor alternatif, yaitu para aktor prodemokrasi (prodem) yang mencoba masuk ke berbagai lembaga pengambilan keputusan sekaligus cenderung melakukan populist shortcuts (jalan pintas populis) atau politik-atas-nama tanpa membangun pengorganisasian. Di tengah situasi tersebut, Demos merekomendasikan Blok Politik Demokratik (BPD) sebagai jalan keluar, yaitu sebuah wadah gerakan sosial untuk membangun konsolidasi antar-gerakan masyarakat sipil (LSM dan OR) dengan aktivitas politik yang terorganisir (parpol, parlemen, dan lembaga representasi lainnya) yang bertujuan untuk memperbaiki representasi politik, representasi kepentingan dan partisipasi langsung. Setelah lebih dari empat tahun gagasan dan pembentukannya, BPD dinilai penting untuk dilihat kembali. Apakah BPD berhasil dibentuk, bagaimana peluang dan tantangan BPD ditingkat lokal. Apakah BPD berhasil memperbaiki representasi, dapat meningkatkan partisipasi serta menjadi ruang publik tersendiri

    Kajian Transformasi Bentuk dan Fungsi Alun-alun Bandung sebagai Ruang Terbuka Publik

    Full text link
    Alun-alun as public open space has undergone several changes in form and function since the 1800 s/d changes in 2014. The purpose of this study was to determine the changes that occur in the form aspect which includes elements forming an open space consisting of parks, green belt of the city, field, garden furniture and pedestrian pathways and open space typology and aspects of functioning which includes administrative and socio- cultural functions. The method used is the study of literature, interviews and field observations. Transformation in the form of analysis by processing images into scalable and transformation function estimates in the analysis based on the deformation that occurs, due to changes in the shape also affects changes in the function of Alun alun Bandung as public open space. The results of the study changes in the shape and function transformation occurred 7 times change

    Politik Pemilih Muda: Partisipasi Politik Anak Muda di Pekanbaru, Jakarta, Cirebon, Palu dan Jayapura

    Full text link
    Partisipasi politik didefinisikan sebagai aktivitas warga negara, termasuk di dalamnya anak muda berusia 15-30 tahun, dengan maksud mempengaruhi tindakan pemerinah, baik secara langsung dengan memberikan masukan terhadap implementasi kebijakan publik, maupun secara tidak langsung dengan memberikan suara pada pemilihan pemangku kebijakan. Tidak terbatas hanya dalam ranah pemilu saja, partisipasi politik seseorang bisa dalam beragam bentuk; mencalonkan diri menjadi ketua organisasi, memberikan saran/kritik terhadap suatu kebijakan, demonstrasi, membuat petisi, atau civil disobedience. Tingkat partisipasi politik anak muda tentu dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah keterpaparan terhadap pengetahuan Hak Asasi Manusia (HAM), keterpaparan media, ikatan keluarga, dan keaktifan dalam berorganisasi
    corecore