11 research outputs found

    Karakteristik Penganggur Terbuka, Setengah Penganggur dan Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Timur (Analisis Data Sakernas Agustus Tahun 2010)

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dari penganggur terbuka dan setengah penganggur. Selanjutnya, penelitian ini juga untuk menguji jika ada hubungan diantara pertumbuhan ekonomi dengan penganggur terbuka maupun setengah penganggur. Asumsi dasar yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi memberikan manfaat untuk menurunkan penganggur terbuka dan setengah penganggur. Penelitian ini dilakukan di Propinsi Jawa Timur serta menggunakan Kabupaten/Kota sebagai unit analisisnya. Data yang digunakan berasal dari Survei Ketenagakerjaan Nasional Tahun 2010 kondisi Bulan Agustus dan Data PDRB menurut Kabupaten/Kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwapenganggur terbuka dan setengah penganggur relatif tinggi. Penganggur terbuka terjadi sangat tinggi pada kelompok yang berpendidikan dan berumur muda. Yang lebih menarik lagi, tidak terjadi hubungan diantara penganggur terbuka dan setengah penganggur dengan pertumbuhan ekonomi. Artinya, kondisi pertumbuhan ekonomi tidak memiliki pengaruh apa-apa dalam menurunkan penganggur terbuka maupun setengah penganggur. Dalam kata lain, pertumbuhan ekonomi telah gagal untuk menciptakan kesempatan kerja yang cukup untuk diserap oleh tenaga kerja

    Analisis Karakteristik Material Spoke Wheel Dengan Cast Wheel Pada Pelek Sepeda Motor

    Get PDF
    Pelek merupakan komponen yang penting pada sebuah kedaraan sepeda motor, pelek adalah bagian dari roda yang berfungsi untuk menerima berat dan semua beban (gaya) yang ditimbulkan oleh kondisi jalan. Sehingga diperlukan analisa perbandinga pelek jari jari atau dengan pelek racing. Berdasarkan pada hasil komposisi kimia pada benda uji pelek jari-jari dan pelek racing, pada material pelek jari jari tersebut diklarifikasikan termasuk baja karbon menengah jika dilihat pada nilai karbonnya, dikarenakan nilai karbonnya berkisar antara 0,35% - 0,50% C, sedangkan pada pelek racing lebih banyak menggunakan Alumunium.Pada pelek jari-jari 0,024% C dan 0,014% Si ,unsure silicon dalam baja karbon menengah dapat meningkatkan kekerasan, kemampuan diperkeras secara menyeluruh, tahan panas, tahan aus serta tahan karat, menurunkan kemampuan tempa dan las. Kemudian unsure nikel (Ni) sebesar 0,015% tidak begitu efektif dalam meningkatkan ketahanan panas saat bergesekan dengan rantai. Unsur khrom (Cr) sebesar 0,024% dapat mengontrol struktur butiran pada saat bergesekan, tapi dalam mengontrol struktur butirannya tidak sebagus pelek racing, karena unsur Cr pada pelek racing lebih rendah dari pelek jari-jari. Selanjutnya unsur Mn dan Fe dengan kandungan 0,315% Mn dan 99,48% Fe.Pada penggunaannya pelek jari-jari lebih tahan lama dibandingkan dengan pelek racing, dilihat dari hasil uji kekerasannya yang memiliki nilai lebih tinggi pelek jari-jari

    Pengaruh Campuran Ampas Tebu Dan Alang-Alang (Imperata Cylindrica) Sebagai Media Pertumbuhan Terhadap Kandungan Nutrisi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus)

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ampas tebu dan alang-alang (Imperata cylindrica) sebagai media pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) terhadap kandungan nutrisinya. Ampas tebu dan alang-alang dipilih sebagai media pertumbuhan alternatif, karena tidak hanya mengandung lignoseluosa, tapi juga tersedia berlimpah di lingkungan. Variasi komposisi ampas tebu:alang-alang yang digunakan adalah 75:25 (A1); 50:50 (A2); 25:75 (A3); 0:100 (A4); dan 100:0 (A5). Pada penelitian ini, kandungan nutrisi yang dianalisis adalah kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, dan total karbohidrat. Metode yang digunakan adalah termo-gravimetri, furnis, Kjeldahl, dan ekstraksi Soxhlet. Hasil yang didapatkan yaitu kadar air dan lemak kasar terendah sebesar 77,29% dan 0,09% pada variasi A4, sedangkan kadar abu dan protein kasar tertinggi didapatkan sebesar 1,16% dan 11,70% pada variasi A3 dan A2. Sementara kadar karbohidrat terendah didapatkan pada variasi A5 sebesar 2,23%. Variasi media A4, dengan komposisi 100% alang-alang, lebih disukai untuk menghasilkan jamur tiram dengan kandungan nutrisi yang paling baik

    Pengaruh Sabut Kelapa sebagai Media Pertumbuhan Alternatif Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) terhadap Aktivitas Antimikroba

    Full text link
    Pengaruh variasi komposisi sabut kelapa sebagai media pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotusostreatus) terhadap aktivitas antimikroba telah diteliti. Varias ikomposisi serbuk kayu sengon dan sabut kelapa yang digunakan adalah 0:100 (SK-1), 25:75 (SK-2), 50:50 (SK-3), 75:25 (SK-4) dan 100:0 (SK-5). Jamur tiram putih diliofilisasi dan diekstrak dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metano lP. Ostreatus diujiaktivitas antimikroba menggunakan metode dilusi cair. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konsentrasi antara variasi komposisi sabut kelapa sebagai media pertumbuhan jamur tiram putih mempengaruhi aktivitas antimikroba. Hasil uji antimikroba menggunakan metode dilusi cair menunjukkan % penghambatan tertinggi pada SK-3 sebesar 72,380 % terhadap B. subtilis, sedangkan P. aeruginosas ebesar 133,696%. Komposisi variasi SK-3 menunjukkan aktivitas antimikroba terbaik terhadap bakteri B. subtilis dan P. aeruginos

    Pengaruh Campuran Ampas Tebu Dan Sabut Kelapa Sebagai Media Pertumbuhan Alternatif Terhadap Kandungan Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus)

    Full text link
    Pengaruh campuran ampas tebu dan sabut kelapa sebagai media pertumbuhan alternatif terhadap kandungan nutrisi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) telah diteliti. Variasi komposisi sabut kelapa dan ampas tebu yang digunakan adalah 25:75 (F1), 50:50 (F2), 75:25 (F3), 100:0 (F4) dan 0:100 (F5). Jamur tiram yang dihasilkan dilakukan uji secara fisik dan kandungan nutrisi. Pada komposisi F1 menghasilkan jamur dengan diameter (13,9 cm), ketebalan (5,01 cm), dan panjang (13,8cm) terbaik, sedangkan untuk massa yang paling besar dihasilkan pada komposisi F5 yaitu 79,5 g, dan jumlah tudung paling banyak dimiliki oleh komposisi F3 sebanyak 16 buah. Dari hasil analisa nutrisi komposisi F1 memiliki kandungan nutrisi yang relatif baik. Pada komposisi F1 mempunyai kadar air (84,10%) yang rendah

    Pengaruh Tongkol Jagung sebagai Media Pertumbuhan Alternatif Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) terhadap Aktivitas Antimikroba

    Full text link
    Jamur tiram putih mampu tumbuh pada substrat yang mengandung lignoselulosa. Pengurangan jumlah kayu sengon sebagai media pertumbuhan jamur tiram putih terjadi akibat semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap jamur tiram putih, sehingga diperlukan media pertumbuhan alternatif yang memiliki kandungan lignoselulosa. Tongkol jagung dipilih sebagai media pertumbuhan alternatif jamur tiram putih karena mengandung lignoselulosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tongkol jagung sebagai media pertumbuhan alternatif jamur tiram putih terhadap aktivitas antimikroba pada bakteri Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeruginosa. Variasi perbandingan tongkol jagung dan kayu sengon yang digunakan sebagai media tanam pertumbuhan jamur dalam penelitian ini adalah 25:75, 50:50, 75:25, dan 100:0 (b/b). Jamur tiram putih diekstrak menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metanol jamur tiram putih dianalisa aktivitas antimikroba menggunakan metode dilusi broth. Hasil menunjukkan bahwa variasi komposisi tongkol jagung mempengaruhi aktivitas antimikroba pada ekstrak metanol jamur tiram. Jamur tiram putih pada semua variasi komposisi media tanam tidak memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri P. aeruginosa. Jamur tiram putih dengan variasi komposisi media tanam 50% tongkol jagung memberikan hasil aktivitas antimikroba tertinggi terhadap bakteri B. subtilis dengan persentase penghambatan sebesar 11,02%

    Intenstinal Parasitic Infections in Primary School in Pulau Panggang and Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu

    Full text link
    Stool samples were collected and examined for soil-transmitted helminthic and protozoal infection in the first grade of three primary schools, located on Pulau Panggang and Pulau Pramuka, which are parts of a group of islands not far from the north coast of Jakarta. The stool examinations were part of activities during a control program on soil-transmitted helminthic infections. The schools have never participated with control programs on soil-transmitted helminthiases. For the examination of the samples a semi-quantitative Kato thick smear method was used and the direct smear with a 2% iodine solution. Four intestinal helminth species and five protozoa species were found in a total of 101 stool samples. Ascaris and Trichuris infections were found in 68.8% or more. Hookworm infection was only found in one school (2.9%). Eggs of Hymenolepis nana were detected in one sample. Cysts of Entamoeba histolytica and Entamoeba coli were both found in 5.0% of the samples, whereas Endolimax nana was recovered from 2.0% of the samples. High prevalence rates were detected for Blastocystis hominis (36.0%) and for Giardia lamblia it was 30.0%. Most of the Ascaris infections were categorized as light infections at School I (69.0%) and not a single heavy infection were found in this school. In School II and III most of the infections were moderate i.e. respectively 51.4 and 81.8%. Also in Schools II and III heavy infections were detected, respectively 11.4 and 5.8%. Fertilized Ascaris eggs were detected in 93.1%, 100% and 95.5% at School I, II and III respectively. As a whole among 86 positive samples 96.5% were recorded as samples with fertilized eggs, whereas 3.5% contained unfertilized eggs. The high prevalences of Ascaris and Trichuris infections in this area could be expected due to the low level of environmental hygiene and sanitation. Among the protozoal infections B. hominis and G. lamblia were the dominant species
    corecore