6 research outputs found

    Perlukah pencegahan bullying masuk dalam kurikulum sekolah dasar?

    Get PDF
    Bullying terjadi dimana saja dan sebagian besar terdapat di lingkungan sekolah termasuk sekolah dasar. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan opini penerapan pencegahan bullying dalam kurikulum sekolah. Beragam jenis bullying yang banyak membuat anak-anak pada usia sekolah dasar tidak mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan termasuk kegiatan bullying khususnya jenis verbal. Sebagian besar anak-anak sekolah dasar menganggap tindakan bullying yang mereka lakukan terhadap teman sebagai bercandaan biasa. Lebih dari setengah korban bullying tidak melaporkan hal tersebut kepada orang dewasa karena merasa takut. Dampak dari bullying dapat menjadikan korban stress, tidak memiliki kepercayaan diri, tidak dapat bersosialisasi secara normal dan bahkan hingga memilih bunuh diri. Antisipasi pencegahan bullying dapat disisipkan secara langsung maupun tidak langsung melalui agenda pendidikan di sekolah. Pendidikan tentang bullying pada tahap sekolah dasar sangat penting diterapkan untuk mencegah bullying yang lebih jauh. Pendidikan ini dapat diterapkan dalam kurikulum belajar seperti pada mata pelajaran agama, muatan lokal, bimbingan konseling, atau menjadi sebuah mata pelajaran tersendiri. Praktik pencegahan bullying bisa diberikan melalui aktivitas bersama seperti olahraga atau kegiatan berlomba dengan mencampurkan murid antar kelas. Pendidikan ini membawa informasi kepada anak-anak tentang berbagai macam bullying, meningkatkan kepedulian guru terhadap bullying sekecil apapun, serta membangun hubungan sebaya yang positif. Oleh karena itu, kementerian pendidikan dan kebudayaan perlu mempertimbangkan pencegahan bullying pada penyusunan kurikulum pendidikan.Bullying terjadi dimana saja dan sebagian besar terdapat di lingkungan sekolah termasuk sekolah dasar. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan opini penerapan pencegahan bullying dalam kurikulum sekolah. Beragam jenis bullying yang banyak membuat anak-anak pada usia sekolah dasar tidak mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan termasuk kegiatan bullying khususnya jenis verbal. Sebagian besar anak-anak sekolah dasar menganggap tindakan bullying yang mereka lakukan terhadap teman sebagai bercandaan biasa. Lebih dari setengah korban bullying tidak melaporkan hal tersebut kepada orang dewasa karena merasa takut. Dampak dari bullying dapat menjadikan korban stress, tidak memiliki kepercayaan diri, tidak dapat bersosialisasi secara normal dan bahkan hingga memilih bunuh diri. Antisipasi pencegahan bullying dapat disisipkan secara langsung maupun tidak langsung melalui agenda pendidikan di sekolah. Pendidikan tentang bullying pada tahap sekolah dasar sangat penting diterapkan untuk mencegah bullying yang lebih jauh. Pendidikan ini dapat diterapkan dalam kurikulum belajar seperti pada mata pelajaran agama, muatan lokal, bimbingan konseling, atau menjadi sebuah mata pelajaran tersendiri. Praktik pencegahan bullying bisa diberikan melalui aktivitas bersama seperti olahraga atau kegiatan berlomba dengan mencampurkan murid antar kelas. Pendidikan ini membawa informasi kepada anak-anak tentang berbagai macam bullying, meningkatkan kepedulian guru terhadap bullying sekecil apapun, serta membangun hubungan sebaya yang positif. Oleh karena itu, kementerian pendidikan dan kebudayaan perlu mempertimbangkan pencegahan bullying pada penyusunan kurikulum pendidikan

    Kegiatan Menulis Surat “Curhat” untuk Deteksi Bullying pada Siswa Sekolah Dasar

    Get PDF
    Siswa sekolah dasar yang menjadi korban bullying cenderung takut melapor kepada guru dan orang dewasa. Sementara, guru kurang menyadari adanya kejadian bullying di antara peserta didik. Kasus bullying diharapkan segera terdeteksi agar tidak menekan kondisi mental siswa secara berkepanjangan. Paper ini bertujuan untuk mengeksplorasi penggunaan surat “curhat” dalam mendorong siswa untuk menyampaikan pengalaman tindakan bullying di sekolah. Paper ini menekankan tiga manfaat penting dari kegiatan menulis surat “curhat” bagi siswa. Pertama, strategi menulis membuat siswa tidak merasa terintimidasi dibandingkan jika melaporkan secara tatap muka. Kedua, ada jaminan kerahasiaan identitas korban dan pelaku bullying sehingga mengurangi kecemasan jika diketahui siswa lainnya di sekolah. Ketiga, siswa lebih fleksibel menceritakan pengalaman bullying karena tidak terikat tempat dan waktu pelaporan. Kegiatan menulis surat “curhat” memberi kemudahan dan keeksklusifan menyampaikan keluhan pada siswa. Guru sebaiknya mempertimbangkan pendekatan secara private agar berhasil menemukan kasus bullying yang dialami siswa.Siswa sekolah dasar yang menjadi korban bullying cenderung takut melapor kepada guru dan orang dewasa. Sementara, guru kurang menyadari adanya kejadian bullying di antara peserta didik. Kasus bullying diharapkan segera terdeteksi agar tidak menekan kondisi mental siswa secara berkepanjangan. Paper ini bertujuan untuk mengeksplorasi penggunaan surat “curhat” dalam mendorong siswa untuk menyampaikan pengalaman tindakan bullying di sekolah. Paper ini menekankan tiga manfaat penting dari kegiatan menulis surat “curhat” bagi siswa. Pertama, strategi menulis membuat siswa tidak merasa terintimidasi dibandingkan jika melaporkan secara tatap muka. Kedua, ada jaminan kerahasiaan identitas korban dan pelaku bullying sehingga mengurangi kecemasan jika diketahui siswa lainnya di sekolah. Ketiga, siswa lebih fleksibel menceritakan pengalaman bullying karena tidak terikat tempat dan waktu pelaporan. Kegiatan menulis surat “curhat” memberi kemudahan dan keeksklusifan menyampaikan keluhan pada siswa. Guru sebaiknya mempertimbangkan pendekatan secara private agar berhasil menemukan kasus bullying yang dialami siswa, seperti melalui media surat “curhat” ini. 

    Pengalaman mahasiswa sebagai volunteer untuk belajar program kesehatan di komunitas

    No full text
    Tujuan: Mahasiswa menghabiskan waktu belajar di lapangan hanya saat kuliah kerja nyata atau praktik kerja lapangan saja. Sementara untuk mampu mengelola program kesehatan penduduk, mahasiswa membutuhkan “jam terbang” lebih banyak. Paper ini berargumen bahwa partisipasi sebagai volunteer memberi kesempatan mahasiswa untuk belajar program kesehatan secara langsung. Paper ini juga menguraikan tantangan yang dihadapi mahasiswa. Poin yang ditekankan: Kesempatan menjadi volunteer bukan hal baru di kalangan mahasiswa. Contoh-contoh pengalaman mahasiswa menjadi volunteer yang sudah ada cukup beragam seperti relawan saat situasi bencana, petugas lapangan untuk program dari pemerintah dan universitas, tenaga pendamping lembaga swadaya masyarakat lokal, nasional, dan NGO internasional. Aktivitas volunteer memberi tiga pembelajaran berharga bagi mahasiswa. Pertama, praktik mengorganisasi program kesehatan sebagai refleksi dari materi perkuliahan, Kedua, latihan  bekerja dalam tim untuk membangun community engagement,  ketiga, dekat dengan penduduk dapat membangkitkan jiwa humanis mahasiswa untuk peduli pada komunitas. Ada dua tantangan utama yang dihadapi mahasiswa saat menjadi volunteer. Pertama, bekerja sama dengan profesi kesehatan lain karena membutuhkan strategi kolaborasi interprofesi untuk menjadi tim pelaksana program yang solid, kedua, kendala berkomunikasi dengan penduduk setempat terutama bagi mahasiswa yang belum mempunyai pengalaman sebelumnya.Simpulan: Program volunteer mahasiswa dapat digunakan sebagai praktik belajar sekaligus membantu tenaga kesehatan dalam mengelola program kesehatan penduduk. Universitas perlu membuat program volunteer saat libur semester dan bermitra dengan pemerintah dan swasta agar menerima mahasiswa untuk bergabung.

    [PHS5] Trend membully balik: perlukah regulasi pembatasan konten kekerasan pada anak?

    No full text
    Tujuan: Mengekplorasi kejadian pembullyan balik yang terjadi di jaringan internet. Isi: bullying tidak hanya terjadi dalam keadaan interaksi secara langsung tetapi juga menggunakan media sosial. Media sosial digunakan oleh 130 juta orang Indonesia. Dengan pengguna paling banyak pada kelompok remaja. Kelompok ini merupakan kelompok yang masih rentan dengan beragam informasi yang beredar. Penggunaan media sosial ini memberikan manfaat dalam kecepatan penyebaran informasi. Setiap kalangan dapat  mengakses informasi dengan mudah sehingga kita dapat memberikan informasi terkait pencegahan perundungan bagi anak-anak remaja. Lesson learned: Blow up kasus bullying yang membuat semua orang tahu siapa pembully dan korban yang di bully padahal belum diketahui siapa yang salah. Kedua, kesehatan mental korban bullying akan terganggu. Pada akhirnya, masyarakat tidak berhak untuk memperluaskan kasus pembullyan yang belum diklarifikasi oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Perlu kerjasama dengan KOMINFO untuk memblokir konten kasus bullying

    Mengapa asuransi kesehatan perlu dimasukkan ke dalam biaya pendidikan dokter residen

    No full text
    Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang paling berbahaya. Ada berbagai jenis cedera yang dapat mengenai pekerja di rumah sakit, seperti terkena darah yang patogen, infeksi pernapasan, cedera muskuloskeleteal, dan penyakit mental akibat perasaan tertekan. Cidera dapat terjadi karena jatuh, memindahkan pasien, kerusakan peralatan, penggunaan peralatan yang tidak benar, needle stick injuries (NSIs) dan kekerasan yang dilakukan oleh pekerja lain atau orang luar. Mahasiswa pendidikan dokter spesialis atau seringkali disebut dokter residen melakukan praktek kerja di rumah sakit. Meski demikian, pelaksanaan program pendidikan dokter spesialis di Indonesia saat ini dilakukan di RS pendidikan dan RS jejaring di bawah koordinasi fakultas kedokteran. Penerapan pendidikan dan pelatihan residen dilakukan berdasarkan UU Pendidikan Nasional sehingga disebut sebagai 'university based', yang berarti status dokter residen adalah peserta didik, bukan pegawai rumah sakit. Namun, dokter residen memiliki risiko kecelakaan kerja yang sama besar dengan pekerja rumah sakit lainnya. Beberapa penelitian justru menyebutkan bahwa dokter residen merupakan salah satu healthcare workers yang paling sering mengalami NSIs setelah perawat. Di Indonesia, kepesertaan asuransi kesehatan bagi dokter residen hanyalah bagi beberapa dokter residen yang sudah memiliki home-based kerja dan mereka yang voluntary mendaftarkan dirinya ke BPJS. Jumlah dokter residen yang terdaftar pada BPJS masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah total dokter residen. Rumah sakit tempat tidak dapat mendaftarkan dokter residen sebagai peserta BPJS karena mereka tidak terdaftar sebagai pegawai rumah sakit. Dokter residen sebagai peserta didik dalam program university-based, setiap semesternya diharuskan membayar biaya pendidikan. Maka, universitas dapat memasukkan item asuransi kesehatan seperti BPJS dalam biaya pendidikan dokter residen. Manfaat yang akan diperoleh dengan kepesertaan dalam BPJS, khususnya BPJS Ketenagakerjaan, antara lain adanya Jaminan Keselamatan kerja (JKM), Jaminan Pensiun (JP), dan Jaminan Hari Tua (JHT). Melalui jaminan kesehatan ini, diharapkan kecelakaan kerja pada dokter residen dapat lebih tertangani dengan baik
    corecore