5 research outputs found

    PATUNG GARUDA DALAM SENI BUDAYA BALI

    Get PDF
    Penelitian ini membahas patung garuda dalam seni budaya Bali dari perspektif kajian fungsi. Patung garuda dalam seni budaya Bali merupakan simbol-simbol yang memiliki bermacam fungsi. Maka itu patung garuda keberadaannya sangat popular di Bali. Saking populernya patung garuda ini menjadi daya tarik untuk dikaji lebih mendalam terkait pada seni budaya Bali dari perspektif fungsi. Penelitian ini meneliti fungsi patung garuda sebagai karya seni patung yang mengambil tema garuda. Objek penelitian berupa benda-benda hasil-hasil kreativitas seniman dalam mengekspresikan garuda dalam bentuk patung yang pada zaman sekarang memiliki fungsi-fungsi tertentu yang dapat diamati di Bali. Secara keseluruhan penelitian ini dapat dikemukakan bahwa dalam konteks fungsi patung garuda dalam tingkatan yang berbeda seperti fungsi penempatannya sangat menarik untuk dikaji. Dalam penelitian ini perspektif fungsi digunakan sebagai kacamata untuk memahami fungsi patung garuda sebagai simbol-simbol agama, sebagai hiasan bangunan, sebagai media komunikasi, dan gaya hidup. Penelitian ini berangkat dari masalah bagaimanakah fungsi patung garuda dalam seni budaya Bali terkait dengan sosial budaya masyarakat? Masalah ini penting untuk diangkat karena patung garuda memiliki bermacam fungsi yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan ruang dan waktu. Bali dipilih sebagai daerah penelitian karena dikenal sebagai daerah seni. Bali sebagai daerah seni banyak patung garuda dibuat dengan berbagai gaya dan material, serta ukuranya beraneka ragam. Selain itu penempatan patung garuda juga beragam yang menjadikan fungsinyapun ikut berbeda. Patung garuda tentu dalam perkembangannya ada kesenjangan antara das sollen (apa yang seharusnya) dengan das sein (apa yang nyata ditemukan) inilah yang menjadi daya tarik untuk diungkap. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan difokuskan pada penempatan bentuk-bentuk patung garuda dan memahami secara mendalam patung garuda dari perspektif fungsi. Perspektif fugsi dipilih sebagai kacamata untuk melihat permasalahan karena patung garuda dalam seni budaya Bali menarik untuk di kaji. Akan tetapi dari keseluruhan akan menjadi unik jika patung garuda dalam kebudayaan Bali dianalisis berdasarkan teori-teori estetika, teori struktural, dan dipadukan teori fungsional untuk mendapat pemahaman yang mendalam. Untuk mengungkap masalah dalam penelitian, metode yang digunakan metode kualitatif dengan pendekatan multidisiplin yang lebih difokuskan pada fungsi patung garuda dalam seni budaya Bali. Cara penelitian secara garis besar dibedakan atas persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penyusunan laporan. Obyek pengamatan pada hasil karya seni berbentuk patung garuda yang berkaitan dengan fungsi simbolik garuda dalam masyarakat, fungsi fisik sebagai elemen dekorasi, dan fungsi personal patung garuda sebagai presentasi estetis. Jalan penelitian dilakukan dengan cara observasi langsung dengan melihat, mengamati bentuk-bentuk simbol Garuda dalam karya seni sebagai alat dan sarana upacara, sebagai elemen hias pada bangunan, dan sebagai presentasi estetis. Analisis hasil penelitian menggunakan analisis kontekstual dengan pendekatan multidisiplin. Dengan demikian dugaan adanya hubungan yang berkait dalam seni budaya di Bali dapat terungkap. Sebagai bagian integral kehidupan seni budaya ternyata fungsi patung garuda memiliki rangkaian yang berkait. Keterkaitan tersebut tampak pada keragaman aspek budaya masyarakat pendukungnya seperti, agama yang dianut masyarakat, kepercayaan terhadap binatang mitologi pelindung masyarakat, kreativitas dalam penciptaan karya seni, yang semua itu dilandasi dengan konsep harmoni. Dengan demikian antropomorfis bentuk patung garuda sebagai hasil karya manusia difungsikan sesuai dengan kebutuhan dasar manusia akan hal-hal yang berfungsi ritual, elemen hias bangunan, dan presentasi estetis masih dapat dilihat keberadannya sampai sekarang. Kata kunci: patung garuda, fungsi simbolik, fungsi dekorasi, dan fungsi estetika

    TRANSFORMASI NILAI SASTRA DAN BUDAYA LOKAL DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF DI BALI

    Get PDF
    ABSTRAK Penelitian transformasi nilai sastra dan budaya dalam pengembangan industri kreatif di Bali ini dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai sastra dan budaya lokal yang berkembang menjadi produk-produk industri kreatif di Bali serta proses transformasi yang mengiringinya. Hal ini karena masyarakat Bali dalam kenyataannya berbasis nilai budaya adiluhung, di antaranya nilai-nilai sastra dan budaya, yang mewujud dalam berbagai komponen dalam sektor industri kreatif. Untuk konteks Bali, keberadaan modal budaya ini didukung oleh keberhasilan industrialisasi pariwisata dalam beberapa dasawarsa terakhir yang menjadi tata perekonomian baru masyarakatnya. Hubungan antara nilai sastra dan budaya lokal dan industri kreatif di Bali mendapat tempat dan momentumnya dengan dicanangkannya Tahun Indonesia Kreatif 2009. Departemen Perdagangan RI sendiri mengidentifikasi kegiatan ekonomi industri kreatif ke dalam (1) fashion, (2) kerajinan, (3) desain, (4) periklanan, (5) penerbitan dan percetakan, (6) arsitektur, (7) musik, (8) radio dan televisi, (9) penelitian dan pengembangan, (10) perangkat lunak dan konsultan TI, (11) pasar produk antik dan seni, (12) film, video, dan fotografi, (13) permainan interaktif, dan (14) seni pertunjukan. Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian kualitatif yang datanya langsung berupa tata situasi alami di mana peneliti adalah instrumen kunci, bersifat deskriptif, menekankan makna proses daripada hasil, bersifat induktif dalam analisis datanya, dan terutama memerhatikan makna dalam pendekatannya. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi, yang saling mendukung satu sama lain. Teknik analisis yang melandasi penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Dalam analisis data, langkah-langkah yang dilakukan meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan

    TUBUH PEREMPUAN DALAM KARYA SENI LUKIS SEBUAH MODIFIKASI MEDIA

    Get PDF
    Tubuh perempuan dalam dunia seni kerap kali diekspos untuk kepentingan perwujudan suatu karya seni. Tubuh perempuan digunakan sebagai sebuah obyek karya seni lukis dari dulu hingga sekarang, dan bahkan sering sekali dieksploitasi menjadi lukisan-lukisan dari yang bergaya tradisi berupa figur wayang hingga yang postmodern. Tubuh perempuan tersebut kemudian diekspresikan dalam beragam bentuk karya cipta seni. Dalam topik penelitian ini difokuskan pada wujud dari seniman lukis dalam kreativitasnya mencipta lukisan dengan menonjolkan figur tubuh perempuan dalam berbagai ungkapan seninya. Perkembangan dunia ke arah globalisasi di segala bidang kehidupan meliputi bidang politik, teknologi, ekonomi, sosial dan budaya telah membawa banyak dampak baik positif maupun negatif. Perkembangan era globalisasi tersebut kenyataannya dapat memacu kemajuan yang sangat pesat terhadap perkembangan suatu bangsa yang dapat menyentuh segala bidang kehidupan. Hal tersebut mengarah pada terjadinya suatu komodifikasi pada hasil-hasil karya seni lukis yang diciptakan para seniman. Dalam topik ini penulis fokuskan pembahasan pada sudut pandang kajian budaya dengan menyoroti pada komodifikasi media yang dalam hal ini berbentuk sebuah lukisan dengan figur tubuh perempuan. Berdasarkan uraian yang dipaparkan dalam sub latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini yakni Bagaimana bentuk komodifikasi media tubuh perempuan dalam karya seni lukis di Bali? Kemudian Bagaimana proses komodifikasi tubuh perempuan dalam karya seni lukis ? setelah itu Bagaimana makna komodifikasi tubuh perempuan dalam karya seni lukis di Bali? Bentuk komodifikasi media tubuh perempuan dalam karya seni lukis, jika mengacu pada pemikiran pada paragrap di atas, tentunya akan banyak bermunculan karya-karya seni yang mengambil bentuk tubuh wanita sebagai media informasi atas pencitraan senimannya dan juga identitas senimannya ketika mengekspresikan ide-ide kreatifnya untuk menunjang kehidupan perekonomian seniman. Dengan demikian, mengacu pada istilah banalitas bahwa seniman dan hasil karya yang diciptakan tidak lagi memikirkan keindahan seni belaka namun bagaiman seni dan hasil karya seni tersebut dapat dikomersialisasikan agar laku di pasar. Oleh karena itu bermunculkah beragam bentuk ekspresi ide dan kreativitas seniman untuk menampilkan bentuk tubuh perempuan sebagai media eksplorasi dalam bentuk lukisan yang akhirnya dapat menarik pasar. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, bentuk komomodifikasi tubuh perempuan dalam karya seni lukis sebagai pencitraan seniman memberikan pengaruh yang besar terhadap ide-ide mencipta. Sebagai media komodifikasi sebuah karya seni lukis memiliki pemaknaan yang luas dan memiliki kebebasan dalam memberikan interpretasi. Dengan demikian memunculkan suatu produk komoditi yang dilatarbelakangi dengan nilai rasa yang dimiliki oleh konsumennya. Dilain pihak, tubuh perempuan dalam karya seni lukis dijadikan komoditas kepentingan ekonomi yang didasarkan pada konstruksi sosial dan idiologi tertentu yang dimunculkan oleh seniman ketika mencipta. Hal ini artinya, penggunaan tubuh perempuan melalui komodifikasi media lukisan sebagai salah satu ajang pornografi merupakan sesuatu yang dipolitisasi untuk tujuan ekonomi dengan aturan-aturan yang telah dimodifikasi berdasarkan kepentingan pasar. Kata kunci: tubuh perempuan, komodifikasi, dan medi

    WACANA KRITIK SOSIAL WAYANG CENK BLONK, JOBLAR, DAN SIDIA

    No full text
    Wayang C?nk Blonk, Joblar, dan Sidia yang termasuk pertunjukan wayang kulit Bali kreasi baru dan diminati oleh masyarakat belakangan ini cukup banyak mengkomunikasikan wacana-wacana kritik sosial.Penelitian ini bertujuan untuk membahas enam permasalahan berkenaan dengan wayang C?nk Blonk, Joblar, dan Sidia yaitu: (1) eksistensi dan pe-minggiran kedudukan wayang kulit Bali, (2) Kemasan wacana kritik sosial, (3) bentuk wacana kritik sosial, (4) fungsi wacana kritik sosial, (5) sasaran dan amanat wacana kritik sosial, dan (6) tanggapan penonton terhadap wacana kritik sosial wayang C?nk Blonk, Joblar, dan Sidia.Landasan teori penelitian ini adalah teori wacana naratif, teori resepsi sastra, dan teori dekonstruksi. Penerapan teori-teori tersebut disertai dengan metode pengumpulan data: (1) observasi, (2) wawancara, (3) studi dokumen; Metode dan teknik analisis datanya, deskriptif kualitatif; dengan metode penyajian hasil penelitian formal dan informal.Analisis bentuk wacana kritik sosial menghasilkan temuan bahwa wacana kritik sosial dapat dikomunikasikan melalui: (1) dialog antarpenasar, (2) dialog penasar dengan ksatria, (3) dialog atman dengan dewa, (4) dialog punakawan dengan raksasa, dan (5) dialog dewa dengan raja. Kajian bentuk kebahasaannya meliputi: (1) alternatif pemilihan tata ungkapan, (2) pemakaian paribasa Bali, (3) pepatah bahasa Indonesia, dan (4) pelesetan lagu pop Bali. Tingkatan bahasa Bali yang digunakan: (1) basa kasar, (2) basa andap, dan (3) basa madia.Analisis fungsi wacana kritik sosial menghasilkan temuan: (1) fungsi hiburan, (2) fungsi pendidikan, (3) fungsi informatif, dan (4) fungsi pelestarian budaya. Kritik sosial para dalang mencapai sasaran: (1) pemimpin, (2) masyarakat pemilih, (3) calon DPR/DPR, (4) seorang anak, (5) hakim/penegak hukum, (6) balian atau dukun, (7) penjudi, (8) seorang suami. dan (9) masyarakat luas lainnya. Amanat yang tersirat di dalamnya meliputi: (1) amanat kepemimpinan; (2) amanat hutang dan yadnya anak; (3) amanat petuah dan nasihat; (4) amanat kepribadian dan (5) amanat seni budaya. Tanggapan penonton terhadap wacana kritik sosial yang dikomunikasikan para dalang sangat positif

    PUSAKA BUDAYA DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA MEDAN: SEBUAH KAJIAN BUDAYA

    No full text
    Penghancuran pusaka budaya berupa bangunan bersejarah di Kota Medan disikapi secara berbeda oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Pemerintah Kota Medan menyetujui penghancuran tersebut untuk pembangunan antara lain pusat-pusat perbelanjaan dengan alasan terciptanya lapangan kerja sekaligus peningkatan pendapat asli daerah Kota Medan. Sebaliknya, masyarakat memperjuangkan kelestarian bangunan bersejarah sebagai bukti sejarah masyarakat Medan yang plural dan multikultural. Sebagai modal budaya, pusaka budaya tersebut memiliki potensi besar dalam mengantisipasi kecenderungan pariwisata global dan posmodern.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Format disain, pengumpulan data, dan strategi analisis datanya bersifat deskriptif-kualitatif. Sumber data terdiri atas data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi partisipasi dan metode penelitian berganda sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi. Hasil analisis disajikan secara informal melalui deskripsi induktif-analitik.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, dalam pembangunan Kota Medan, terdapat kekuatan pemerintah dan pengusaha/pemilik bangunan bersejarah yang mengorbankan pusaka budaya demi pendirian gedung-gedung bisnis modern, seperti pusat-pusat perbelanjaan. Sebagai akibatnya, Kota Medan mengalami komodifikasi yang mengancam pusaka budaya dan pengembangan pariwisata. Puluhan bangunan bersejarah yang sudah dihancurkan termasuk tiga yang dilindungi oleh Perda Nomor 6 Tahun 1988.Melalui diskursus kontra-hegemoniknya, masyarakat yang didukung oleh masyarakat sipil setempat, khususnya LSM seperti Badan Warisan Sumatra (BWS), di samping para intelektual dan media massa, melakukan perjuangan atas pelestarian pusaka budaya dan tuntutan terhadap hak azasi budayanya. Pelestarian pusaka budaya di Kota Medan adalah terkait kepentingan praksis emansipasi masyarakat dan sesuai dengan cita-cita kajian budaya, yaitu praksis dan emansipatoris
    corecore