13 research outputs found

    ANALISIS TEKSTUR TEMBAGA DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON

    Get PDF
    ANALISIS TEKSTUR PADA CUPLIKAN TEMBAGA DENGAN TEKNIK DIFRAKSINEUTRON. Telah dilakukan analisis tekstur pada cuplikan tembaga dengan menggunakan teknik difraksi neutron. Cuplikan tembaga dibagi menjadi tiga jenis yaitu serbuk bebas (Cu-freely powder) yang diperoleh dengan mengikir Cu rod untuk mendapatkan ukuran butir ≤ 100 mesh, serbuk yang dipadatkan (Cu-bulk powder) diperoleh dengan menekan serbuk Cu dan batang (rod). Dari hasil analisis struktur kristal diperoleh bahwa telah terjadi preferred orientation pada arah tertentu akibat pengerolan. Pada cuplikan Cu-freely powder dan Cu-bulk powder distribusi kristalit tersusun secara acak dengan intensitas tertinggi pada (111), sedangkan pada Cu- rod intensitas tertinggi pada puncak Bragg (220). Dari gambar kutub (pole figure) (111), (200) dan (220) ditunjukkan bahwa sumbu kawat (wire-axis atau rod-axis) dari cuplikan paralel dengan dan fiber textures teramati sebagai duplex component pada arah dan . Kerapatan distribusi orientasi maksimum sebesar 3,37 m.r.d (multiple of a random distribution)

    ANALISIS TEKSTUR ZIRCALOY-4 MENGGUNAKAN METODE WILLIAM–IMHOF–MATTHIES-VINEL (WIMV)

    Get PDF
    ANALISIS TEKSTUR ZIRCALOY-4 MENGGUNAKAN METODE WILLIAM–IMHOF–MATTHIES-VINEL (WIMV). Zircaloy-4 sebagai kelongsong bahan bakar nuklir telah banyak diteliti secara makroskopik maupun secara mikroskopik, namun penelitian menggunakan teknik difraksi neutron, terutama karakterisasi orientasi kristalit (tekstur) di Indonesia masih jarang dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan metode WIMV pada karakterisasi tekstur bahan tersebut. Metode WIMV adalah salah satu metode analisis tekstur bahan yang diperoleh dengan teknik difraksi neutron atau difraksi sinar-X. Dari hasil analisis tersebut diperoleh pole figure 002 dengan indeks tekstur (F2) terbesar dibandingkan dengan pole figure yang lain yaitu 100, 101, 102 dan 110. Indeks tekstur (F2) pole figure 002 untuk incomplete pole figure, F2= 4,69 m.r.d dengan faktor reliabilitas RP0 = 3,28%, dan recalculated pole figure, F2 = 4,42 m.r.d. dengan RP1 = 2,97%. Semua pole figure diperoleh faktor reliabilitas dengan pole figure rata-rata RP0 = 6,60%, RP1 = 5,02%, entropy = - 0,5871, dan indeks tekstur, F2= 2,34 m.r.d. Hasil analisis bahan Zircaloy-4 tersebut menyimpulkan bahwa metode WIMV dapat digunakan untuk menentukan arah orientasi tekstur, dimana tekstur yang paling kuat mengarah ke (arah sumbu c) dalam struktur hexagonal.TEXTURE ANALYSIS OF ZIRCALOY-4 USING WILLIAM-IMHOF-Matthies-VINEL (WIMV) METHOD. Zircaloy-4 as a nuclear fuel cladding has been widely examined macroscopically and microscopically, but research using neutron diffraction technique, especially the characterization of crystallite orientation (texture) in Indonesia is still rare. The purpose of this study is to apply the methods of William-Imhof-Matties-Vinel (WIMV) on the characterization of zircaloy-4 material texture. WIMV is one of data analysis method for textures materials obtained by neutron or x-ray diffractions technique. The analysis is obtained that 002 pole figure has the largest texture index (F2) compared to the others pole figures, that are 100, 101, 102 and 110. Index texture (F2) of pole figure 002 for incomplete pole figures, F2 = 4.69 m.r.d with a reliability factor RP0 = 3.28%, and recalculated pole figures, F2 = 4.42 m.r.d with RP1 = 2.97%. For all pole figures, it is obtained that a reliability factor of the average RP0= 6.60%, RP1 = 5.02%, entropy = - 0.5871, and texture index (F2) = 2.34 m.r.d. Data analysis showed that the WIMV method can be used to determine the direction of the crystallite orientation of the pole figure where the most powerful texture leads to the (c-axis direction) in a hexagonal structure

    PENGARUH ILUMINASI LASER PADA FILM CAMPURAN EMAS-FULLERENE (AUC60) DALAM ANALISIS SPECTROSKOPI RAMAN

    Get PDF
    PENGARUH ILUMINASI LASER PADA FILM CAMPURAN EMAS-FULLERENE (AUC60) DALAM ANALISIS SPECTROSKOPI RAMAN. Analisis Raman secara rinci pada campuran antara emas danfullerene (C60) telah dilakukan dengan cara mengubah intensitas laser secara sistematik untuk mempelajari pengaruh agitasi termal pada campuran. Analisis pergeseran Raman menunjukkan bahwa perubahan secara sistematik daya laser menyebabkan pergeseran dan penyempitan puncak Raman. Kenaikan daya laser dari 0,5 miliwatt ke 3 miliwatt akan menyebabkan pergeseran-penurunan frekuensi Raman. Besarnya pergeseran frekuensi Raman kira-kira 2 cm" dan 5,4 cm", masing-masing untuk mode Ag(2) dan Hg(8). Penurunan pergeseran yang diamati berkaitan dengan beberapa macam interaksi antara atom Au dan molekul C60, seperti Au dan C60 ,,softly bound'' yang peka pada suhu sehingga kemungkinan terjadi difusi Au dalam campuran, Nano-kristal Au menunjukkan sifat kimia yang bergantung ukuran (tergantung jumlah atom Au) dan hal penting dari nano-Au adalah kemungkinan penggunaan untuk penandaan DNA, dan posisi-sensitif spektroskopi Raman memberikan kita kesempatan untuk menganalisis reaksi bio-kimia dalam ruang topologi. Kenaikan daya iluminasi menyebabkan pergeseran frekswensi teramati. Iluminasi 0,5 miliwatt dipilih sebagai satu kondisi moderat

    KARAKTERISASI FILM TIPIS Cu-C60/MgO AKIBAT PENUAAN(AGEING)DENGAN TEKNIK HAMBURAN RAMAN

    Get PDF
    KARAKTERISASI FILM TIPIS Cu-C60/MgO AKIBAT PENUAAN(AGEING)DENGAN TEKNIK HAMBURAN RAMAN. Film tipis campuran antara Cu dan C60 telah dianalisis dengan menggunakan spektroskopi Raman. Campuran secara atomik dideposit pada substrat Mg(001). Pengujian topografi dengan mikroskop optik menunjukkan bahwa warna film di sebagian besar sisi luar adalah coklat muda dan berubah menjadi coklat tua pada bagian tengah film. Terjadinya perubahan warna dapat diatributkan dengan baberapa jenis interaksi kimia antara Cu-Cu, Cu-C60, C60-C60 dan perubahan alotrop molekul C60. Dari analisis spektroskopik Raman dapat disimpulkan bahwa ciri spektrum secara kuat berkorelasi dengan variasi warna yang bergantung pada daerah pengamatan. Pada tepi filmdengan warna coklat terang (ditunjukkan pada daerah 2 dan 3) atom-atom Cu berinteraksi secara kimia dengan fullerene (Cu-C60). Pada iteraksi ini terjadi pergeseran puncak kira-kira 6 cm-1dari puncak pristine C60 yang diamati untuk puncak-puncak Ag(2) dan Hg(8). Pada pusat film dengan warna coklat gelap (ditunjukkan pada daerah 3, daerah 4 dan daerah 5) terlihat sebagai puncak baru yanang secara tipikal seperti puncak D dan G yang secara umum berkaitan dengan formasi disordered graphite melalui konversi kimia dari C60 dibawah pengaruh oksidasi

    TEXTURE CHARACTERIZATION OF THE COPPER PRODUCED BY ECAP PROCESS USING NEUTRON DIFFRACTION TECHNIQUE

    Get PDF
    TEXTURE CHARACTERIZATION OF THE COPPER PRODUCED BY ECAP PROCESS USING NEUTRON DIFFRACTION TECHNIQUE. Texture and hardness characterization have been carried out on market copper samples that have gone through the equal channel angular pressing (ECAP) process. Neutron diffraction technique had been used for obtaining an average crystalline texture in a particular volume non destructively to the sample. The ECAP process is carried out once (1 pass) with some parts that have been plastically deformed and some parts that have not been deformed. Crystalline texture and hardness were observed in the deformed and non-deformed parts. Initial characterization was carried out by X-ray diffraction (XRD) followed by measurement of crystal texture using the neutron diffraction technique, while hardness was tested using the Vickers method. Rod-shaped sample with a diameter of 10 mm. Texture observations were performed at the center of the sample with a neutron beam limiting slit of 5x5 mm2 . There was an increase in hardness in the deformed position compared to the undeformed one. The texture that occurs is in the form of fibers with different directions and indexes, sequentially as follows: position 1, [111] of 4.96 m.r.d., position 2, -[111] of 1.86 m.r.d. and position 3 [010] of 2.44 m.r.d. , position 4 orientation is distributed on [011], [013], [115], [235] fibers with a texture index range of 1.07–1.33 m.r.d

    ANALISIS STRUKTUR KRISTAL HASIL LAS FRICTION-STIR WELDING PADA RETREATING SIDE BIMETAL DISIMILAR AA6061-Cu DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON

    Get PDF
    ANALISIS STRUKTUR KRISTAL HASIL LAS FRICTION-STIR WELDING PADA RETREATING SIDE BIMETAL DISIMILAR AA6061-Cu DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON. Telah dilakukan analisis struktur kristal pada paduan bimetal disimilar Al-Cu. Dari analisis difraksi neutron telah terjadi penurunan parameter kisi Al dari 4,09 Ă… menjadi 4,05 Ă… sedangkan parameter kisi Cu relatif konstan. Hal ini disebabkan titik lelehAl jauh lebih rendah dari titik leleh Cu. Secara fisis hal ini terjadi karena selama proses Friction Stir Welding (FSW) pada daerah Stir Zone (SZ) or Nuget Welded Zone (NWZ) terjadi deformasi yang kuat pada suhu sekitar 500 oC. Hal ini menyebabkan rekristalisasi secara dinamis, dimana butir menjadi lebih halus. Pada daerah Thermo Mechanically Affected Zone (TMAZ), terjadi difusi atomik yang disebabkan oleh kombinasi antara deformasi plastik yang kuat dengan suhu tinggi. Untuk daerah Heat Affected Zone (HAZ) masih terdapat aluminium dengan prosentase berat yang sangat kecil, hal ini disebabkan adanya paparan (exposure) pada suhu tinggi selama proses pemanasan FSW, mirip dengan proses annealing (annnealing-like proCess), yang menyebabkan dislokasi lenyap, presipitat melarut dan butir menjadi kasar apabila suhu melebihi 250 oC

    ANALISIS TEKSTUR PADALASAN STAINLESS STEEL 201 DENGAN TEKNIK DIFRAKSI

    Get PDF
    ANALISIS TEKSTUR PADALASAN STAINLESS STEEL 201 DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON. Baja tahan karat jenis austenitik merupakan baja tahan karat yang banyak dipakai dalam industri, salah satunya adalah industri rumah tangga. Dalam penelitian ini dilakukan karakterisasi Stainless Steel (SS) 201 yang banyak dijual di pasaran. Sebelum dilakukan karakterisasi, plat SS 201 dipotong dengan ukuran 150 mm Ă— 120 mmĂ— 10 mm, kemudian dibuat lubang berbentuk alur pada kedua permukaan, sehingga alur berbentuk X Double V Groove (DVG), selanjutnya alur DVG dilas dengan sistem pengelasan multi pass menggunakan metode pengelasan Metal Inert Gas (MIG). Bahan yang sudah dilas kemudian dikarakterisasi dengan teknik difraksi neutron untuk mendapatkan pola difraksi dan pole figure pada daerah pusat lasan FusionZone (FZ), daerah terpengaruh panas Heat Affected Zone (HAZ) dan daerah logam dasar Base Metal Zone (BMZ). Selanjutnya pole figure dianalisis dengan perangkat lunak Beartex untukmenentukan arah orientasi dan kekuatan tekstur pada ketiga daerah tersebut. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada daerah pusat lasan butir kristalit terorientasi {110} dengan tipe Brass dengan indeks tekstur sekitar 3,12 m.r.d (multiple random distribution) yang ditunjukkan pada pole figure 200. Untuk daerah HAZ, tekstur paling kuat terorientasi pada {110} atau tipe Goss dengan indeks tekstur 4,8 m.r.d. Pada daerah logamdasar, tekstur secara dominan terorientasi kearah {010} atau tipe Cube dengan indeks tekstur tidak terlalu kuat, sekitar 1,53 m.r.d. Pada daerah pusat lasan, bidang (110) sejajar dengan sumbu normal (ND), dengan arah kristalit sejajar dengan arah pengerolan (RD) [112]. Pada daerah HAZ bidang (110) tersebut mengarah ke arah sumbu pengerolan [001], dengan indeks tekstur 1,5 kali lebih kuat dibanding FZ. Hal ini menunjukkan bahwa bidang (110) yang semula terorientasi kearah [112] pada FZ berubah menjadi sekitar 35,26Âş ke arah [001] pada daerah HAZ. Untuk daerah logamdasar bidang (010)mengarah sejajar dengan arah normal (ND) dan teksturmengarah pada arah pengerolan (RD) [100]

    Effects of the Preheating Temperature on the Crystal Structure and Texture of Martensitic Stainless Steel

    Get PDF
    Theoretically, the preheating temperature refers to the start martensite temperature (Ms), and the martensite transformation can be considered as the conservation of the invariant habit-plane in the lattice structure. The habit-plane is the interface plane between austenite and martensite as measured on a macroscopic scale.  From the calculation, Ms = 252 °C. The martensite formation can be affected by temperature or stress treatment. In this experiment, temperature treatment was conducted. The sample was treated at 250 °C ± 10 °C. Before and after the pre-heat treatment, the sample was characterized using the neutron diffraction method. BATAN’s Texture Diffractometer (DN2) with a neutron wavelength of 1.2799Ă… was used to characterize the sample. Analysis of the crystal structure showed that there are three phases before the preheating. The lattice parameters (a) obtained were as follows: for the -phase, a = 2.8501 ± 0.0004 Ă…; for the α’phase, a= b =2.517 ± 0.003 Ă…, and c= 3.581 ± 0.002 Ă…; for the -phase, a= 3.5884 ± 0.0004 Ă…, Rwp = 17.94%, and = 1.33. After preheating, only the -phase appears with a = 3.5830 ± 0.0005 Ă…, Rwp = 26.03%, and = 1.17. The orientation distribution function is modeled by the sample symmetrization model based on triclinic to orthorhombic sample symmetry. It shows that, before being preheated, the -phase has {100} <001> with texture index (F2 ) between 0.701 m.r.d. to 3.650 m.r.d., the α-phase has a texture index between 0.923 m.r.d. to 1.768 m.r.d., and the ’-phase has a texture index between 0.910 m.r.d. to 1.949 m.r.d. After being preheated, the -phase also has {100} <001> with a texture index between 0.846 m.r.d. to 3.706 m.r.d. It can be concluded, that because of the high preheating temperature, a phase change from martensite to austenite occurred that allowed the sample to be welded easily. After preheating, the -phase has the same cubic type orientation {100} <001>, and the texture index is nearly the same as that before preheating, with not martensite present

    Aplikasi Sistem Penerimaan Karyawan Baru pada PT. Clipan Finance Indonesia TBK

    No full text
    03110138 - Pada PT. Clipan Finance Indonesia Tbk tersebut penulis melakukan analisa mengenai sistem penerimaan karyawan, dimana sistem yang digunakan masih sederhana dan menggunakan sistem manual yaitu pengolahan data penerimaan karyawan masih disimpan dalam suatu arsip yang berupa lembaran kertas dan buku catatan sehingga proses berjalannya penerimaan karyawan menemukan titik kesulitan pada saat pengolahan data karyawan baru. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu sistem komputerisasi penerimaan karyawan baru yang sesuai untuk mendukung perkembangan perusahaan menjadi lebih efektif dan efisien. Sistem dikembangkan dengan paradigma terstruktur dan sebagai implementasi penulis menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dan SQL Server 2000.xii, 114p ; 30c
    corecore