31 research outputs found

    Pengaruh Arah Pergerakan Nozzle dalam Penyemprotan Pestisida Terhadap Liputan dan Distribusi Butiran Semprot dan Efikasi Pestisida pada Tanaman Kentang

    Get PDF
    (Effect of Nozzle Movement in Pesticide Spraying on Coverage and Distribution of Droplets and Efficacy of Pesticide on Potato)Petani kentang melakukan  penyemprotan pestisida dengan cara yang  bervariasi. Setiap cara aplikasi membutuhkan volume semprot yang bervariasi pula, yang akan menghasilkan liputan dan distribusi butiran semprot yang berbeda. Hal itu mempengaruhi kualitas dan keberhasilan penyemprotan. Oleh karena itu cara penyemprotan pestisida perlu dievaluasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli s.d. Oktober 2015 di Kebun Percobaan Margahayu (1.250 m dpl.), Balai Penelitian Tanaman Sayuran di Lembang. Tujuannya ialah untuk mengetahui pengaruh dua arah nozzle pada saat penyemprotan terhadap liputan dan distribusi butiran semprot serta efikasi pestisida terhadap hama dan penyakit tanaman kentang. Penelitian disusun menggunakan Petak Berpasangan dengan empat ulangan dan perlakuan yang diuji ialah : (A) cara penyemprotan dengan nozzle di atas tajuk menghadap ke bawah dan digerakkan ke depan dengan konstan dan (B) cara penyemprotan dengan nozzle diayunkan dari bawah ke arah tanaman dengan sudut 45o. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyemprotan dengan nozzle diayunkan dari bawah ke arah tanaman dengan sudut 45o menghasilkan peliputan atau tingkat penutupan butiran semprot pada daun atas, tengah maupun bawah pada sisi atas maupun bawah yang lebih tinggi. Selain itu persentase daun yang mendapat paparan butiran semprot secara merata juga lebih tinggi. Hal itu mengakibatkan efikasi pestisida terhadap hama dan penyakit tanaman kentang menjadi lebih baik, yang ditunjukkan oleh populasi trips dan kutudaun pada perlakuan tersebut lebih rendah. Cara penyemprotan tersebut juga menguntungkan secara ekonomi dengan tingkat pengembalian sebesar 26,5. Dengan demikian cara penyemprotan tersebut layak untuk direkomendasikan sebagai cara penyemprotan yang tepat pada tanaman kentang.KeywordsKentang (Solanum tuberosum L.); Pestisida; Efikasi; Volume semprot; Kelayakan ekonomiAbstractPotato farmers spray pesticide with various methods. Each application method requires various spray volume, which will produce different coverage and distribution of droplets. It affects the quality and success of the spraying. Therefore the method of spraying need to be evaluated. The research was conducted in July until October 2015 at Margahayu Experimental Garden (1,250 m asl.), Indonesian Vegetable Research Institute in Lembang. The aim was to determine the effect of two way of nozzle in pesticide spraying on coverage and distribution of droplets and efficacy of pesticide against pests and diseases of potato. The experiment was compiled using the paired plots with four replications and the treatments tested were: (A) method of spraying with the nozzle at above the canopy facing down and moved forward steadily and (B) method of spraying with the nozzle moved from the bottom toward the plant at an angle of 45o. The results showed that compared with the method of spraying with the nozzle at above the canopy facing down and moved forward steadily, the method of spraying with the nozzle moved from the bottom toward the plant at an angle of 45o produced: (1) a better coverage of droplets at upside of the leaves on the upper leaves (47.92–77.08%), middle leaves (34.72–51.39%) and bottom leaves (29.17–51.39%). And also a better coverage of droplets at underside of the leaves on upper leaves (37.50–47.92%), middle leaves (12.50–20.83%), and bottom leaves (9.70–20.83%), (2) a higher uniform distribution of droplets at upside leaves (40.26–51.38%) and underside leaves (4.16–11.11%), (3) a higher efficacy of pesticide against thrips, aphid and alternaria disease i.e. 17.15%, 16.25%, and 16.46–27.96% respectively, (4) a higher yield i.e. 48.69%, and (5) the method of spraying was economically profitable with rate of return of 26.5. Thus the method of spraying was eligible to be recommended as an appropriate way of spraying on potato plants

    Pengaruh Arah Pergerakan Nozzle Dalam Penyemprotan Pestisida Terhadap Liputan Dan Distribusi Butiran Semprot Dan Efikasi Pestisida Pada Tanaman Kentang

    Full text link
    Petani kentang melakukan penyemprotan pestisida dengan cara yang bervariasi. Setiap cara aplikasi membutuhkan volume semprot yang bervariasi pula, yang akan menghasilkan liputan dan distribusi butiran semprot yang berbeda. Hal itu mempengaruhi kualitas dan keberhasilan penyemprotan. Oleh karena itu cara penyemprotan pestisida perlu dievaluasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli s.d. Oktober 2015 di Kebun Percobaan Margahayu (1.250 m dpl.), Balai Penelitian Tanaman Sayuran di Lembang. Tujuannya ialah untuk mengetahui pengaruh dua arah nozzle pada saat penyemprotan terhadap liputan dan distribusi butiran semprot serta efikasi pestisida terhadap hama dan penyakit tanaman kentang. Penelitian disusun menggunakan Petak Berpasangan dengan empat ulangan dan perlakuan yang diuji ialah : (A) cara penyemprotan dengan nozzle di atas tajuk menghadap ke bawah dan digerakkan ke depan dengan konstan dan (B) cara penyemprotan dengan nozzle diayunkan dari bawah ke arah tanaman dengan sudut 45o. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyemprotan dengan nozzle diayunkan dari bawah ke arah tanaman dengan sudut 45o menghasilkan peliputan atau tingkat penutupan butiran semprot pada daun atas, tengah maupun bawah pada sisi atas maupun bawah yang lebih tinggi. Selain itu persentase daun yang mendapat paparan butiran semprot secara merata juga lebih tinggi. Hal itu mengakibatkan efikasi pestisida terhadap hama dan penyakit tanaman kentang menjadi lebih baik, yang ditunjukkan oleh populasi trips dan kutudaun pada perlakuan tersebut lebih rendah. Cara penyemprotan tersebut juga menguntungkan secara ekonomi dengan tingkat pengembalian sebesar 26,5. Dengan demikian cara penyemprotan tersebut layak untuk direkomendasikan sebagai cara penyemprotan yang tepat pada tanaman kentang

    Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu untuk Mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan Utama pada Budidaya Paprika

    Get PDF
    Organisme penganggu yang paling merugikan dalam budidaya paprika ialah hama trips dan penyakit embun tepung. Upaya pengendalian hama tersebut oleh petani bertumpu pada penggunaan pestisida, tetapi sampai saat ini hasilnya kurang memuaskan. Oleh karena itu perlu dicari alternatif untuk mengatasi masalah tersebut dan salah satu di antaranya ialah dengan menerapkan teknologi pengendalian hama terpadu (PHT). Penelitian mengenai penerapan teknologi PHT pada budidaya paprika dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (± 1.250 m dpl) dari bulan Januari sampai dengan Desember 2007. Tujuan penelitian ialah mengetahui kelayakan  komponen teknologi PHT untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada budidaya paprika. Pada penelitian ini digunakan metode petak berpasangan untuk membandingkan teknologi PHT dan teknologi konvensional. Komponen teknologi PHT yang dirakit terdiri atas pelepasan predator Menochilus sexmaculatus (1 ekor/ tanaman, 1 kali/ minggu), penyemprotan Verticilium lecanii (3 x 108 spora/ml, 1 kali /minggu), dan penggunaan pestisida selektif berdasarkan ambang pengendalian. Teknologi konvensional ialah teknologi budidaya yang umum digunakan oleh petani paprika di Kabupaten Bandung Barat berdasarkan hasil wawancara dengan 20 orang petani. Tiap perlakuan terdiri atas 200 tanaman paprika yang dibudidayakan secara hidroponik di dalam rumah kasa dan tiap perlakuan diulang sebanyak empat kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknologi PHT dapat mengurangi penggunaan pestisida sebesar 84,60%. Kandungan residu pestisida pada buah paprika dapat ditekan hingga di bawah batas maksimum residu (BMR) yang telah ditetapkan, sedang pada perlakuan konvensional residu insektisida Imidakloprid dan fungisida Fenarimol melampaui nilai BMR. Rakitan teknologi PHT ini layak direkomendasikan kepada petani.Main pests of sweet peppers are thrips and powdery mildew that can reduce the yield. Farmers generally use pesticide for controlling the pests but the result was not satisfy. Therefore it is important to determine alternative methods, and one of them is implementing integrated pests management (IPM). Study of IPM implementation to control main pests on sweet peppers cultivation was conducted in Indonesian Vegetables Research Institute at Lembang (1,250 m asl), West Bandung District, West Java from January until December 2007. The aim of the experiment was to study IPM technology feasibilities to control main pests on sweet peppers. The experimental design used the study was a paired-comparison method to compare IPM technology and conventional technology. The IPM technology tested consisted of the releasing of predator Menochilus sexmaculatus (1 adult/ plant, once a week), spraying of Verticilium lecanii (3 x 108  spores/ ml, once a week), the use of control threshold and selective pesticides. Conventional technology tested was the technology used by farmers in West Bandung District according to the interview with 20 farmers. Each treatment consisted of 200 sweet peppers plants cultivated in hydroponics system in a screenhouse, and each treatment was repeated four times. The results of the study showed that implementation of IPM technology  reduced the use of pesticides (84.60%), and reduced the pesticides residue content in the sweet pepper fruit under the maximum residue level (MRL) in the other hand, in the conventional treatment, the residue of Imidacloprid and Fenarimol was above MRL. The yield in both treatments was equal. Integrated Pests Management technology can be recommended to the farmers

    Pengaruh pH Air Pelarut dan Umur Larutan Semprot terhadap Efikasi Pestisida pada Tanaman Kentang (Effect of Solvent Water pH and the Age of Spray Solution on the Efficacy of Pesticide in Potatoes)

    Get PDF
    Dua dari banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan penyemprotan pestisida ialah pH air pelarut dan umur larutan semprot. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kedua faktor tersebut terhadap efikasi insektisida dan fungisida yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman kentang. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai Oktober 2015 di Kebun Percobaan Margahayu (1.250 m dpl.), Balai Penelitian Tanaman Sayuran di Lembang. Penelitian disusun menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dan tiap kombinasi perlakuan diulang enam kali. Macam perlakuan yang diuji ialah: (A) umur larutan semprot (a1: larutan semprot dibuat sehari sebelum aplikasi dan a2: larutan semprot dibuat sesaat sebelum aplikasi) dan (B) pH air pelarut (b1: pH 5 dan b2: pH 8). Pestisida yang digunakan ialah abamektin, spinosad, dan klorotalonil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) larutan semprot yang disimpan hingga 1 hari tidak memengaruhi efikasi insektisida abamektin dan spinosad serta fungisida klorotalonil terhadap OPT tanaman kentang, (2) air pelarut dengan pH 8 menurunkan efikasi insektisida abamektin, spinosad, dan klorotalonil terhadap OPT tanaman kentang, dan (3) tanaman kentang yang disemprot insektisida abamektin dan spinosad serta fungisida klorotalonil dengan pH air pelarut 5 menghasilkan ubi dengan bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kentang yang disemprot insektisida dan fungisida yang sama tetapi dengan pH air 8.KeywordsAbamektin; Spinosad; Klorotalonil; Hama dan penyakit; pH masam;  pH basa; KentangAbstractMany factors affect the success of the control and two of them are solvent water pH and age of the spray solution. The aim of the research was to determine the effect of age of solution and solvent water pH on the efficacy of insecticide and fungicide used for controlling pests and disease of potato crops. The research was conducted from July to October 2015 in the Margahayu Experimental Garden (1,250 m asl.), Indonesian Vegetable Research Institute at Lembang. The experiment was compiled using a factorial randomized complete block design and each treatment combination was repeated six time. Treatments tested were: (A) age of spray solution ( a1: the spray solution made a day before application and a2: the spray solution made just before application) and (B) solvent water pH (b1: pH of 5 and b2: pH of 8). Pesticides used were abamectin, spinosad and chlorothalonil. The results showed that (1) the spray solution stored until 1 day did not affect the efficacy of abamectin, spinosad, and chlorothalonil against pests and disease of potato crops, (2) the efficacy of abamectin, spinosad, and chlorothalonil at solvent water pH of 8 decreased, and (3) the potato crops sprayed with abamectin, spinosad, and chlorothalonil at solvent water pH of 5 produced higher yield than the crops sprayed with the same pesticide at solvent water pH of 8

    Pengaruh PH Air Pelarut Dan Umur Larutan Semprot Terhadap Efikasi Pestisida Pada Tanaman Kentang

    Full text link
    Dua dari banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan penyemprotan pestisida ialah pH air pelarut dan umur larutan semprot. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kedua faktor tersebut terhadap efikasi insektisida dan fungisida yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman kentang. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai Oktober 2015 di Kebun Percobaan Margahayu (1.250 m dpl.), Balai Penelitian Tanaman Sayuran di Lembang. Penelitian disusun menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dan tiap kombinasi perlakuan diulang enam kali. Macam perlakuan yang diuji ialah: (A) umur larutan semprot (a1: larutan semprot dibuat sehari sebelum aplikasi dan a2: larutan semprot dibuat sesaat sebelum aplikasi) dan (B) pH air pelarut (b1: pH 5 dan b2: pH 8). Pestisida yang digunakan ialah abamektin, spinosad, dan klorotalonil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) larutan semprot yang disimpan hingga 1 hari tidak memengaruhi efikasi insektisida abamektin dan spinosad serta fungisida klorotalonil terhadap OPT tanaman kentang, (2) air pelarut dengan pH 8 menurunkan efikasi insektisida abamektin, spinosad, dan klorotalonil terhadap OPT tanaman kentang, dan (3) tanaman kentang yang disemprot insektisida abamektin dan spinosad serta fungisida klorotalonil dengan pH air pelarut 5 menghasilkan ubi dengan bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kentang yang disemprot insektisida dan fungisida yang sama tetapi dengan pH air 8

    Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu Untuk Mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan Utama Pada Budidaya Paprika

    Full text link
    Organisme penganggu yang paling merugikan dalam budidaya paprika ialah hama trips dan penyakit embun tepung. Upaya pengendalian hama tersebut oleh petani bertumpu pada penggunaan pestisida, tetapi sampai saat ini hasilnya kurang memuaskan. Oleh karena itu perlu dicari alternatif untuk mengatasi masalah tersebut dan salah satu di antaranya ialah dengan menerapkan teknologi pengendalian hama terpadu (PHT). Penelitian mengenai penerapan teknologi PHT pada budidaya paprika dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (± 1.250 m dpl) dari bulan Januari sampai dengan Desember 2007. Tujuan penelitian ialah mengetahui kelayakan komponen teknologi PHT untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada budidaya paprika. Pada penelitian ini digunakan metode petak berpasangan untuk membandingkan teknologi PHT dan teknologi konvensional. Komponen teknologi PHT yang dirakit terdiri atas pelepasan predator Menochilus sexmaculatus (1 ekor/ tanaman, 1 kali/ minggu), penyemprotan Verticilium lecanii (3 x 108 spora/ml, 1 kali /minggu), dan penggunaan pestisida selektif berdasarkan ambang pengendalian. Teknologi konvensional ialah teknologi budidaya yang umum digunakan oleh petani paprika di Kabupaten Bandung Barat berdasarkan hasil wawancara dengan 20 orang petani. Tiap perlakuan terdiri atas 200 tanaman paprika yang dibudidayakan secara hidroponik di dalam rumah kasa dan tiap perlakuan diulang sebanyak empat kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknologi PHT dapat mengurangi penggunaan pestisida sebesar 84,60%. Kandungan residu pestisida pada buah paprika dapat ditekan hingga di bawah batas maksimum residu (BMR) yang telah ditetapkan, sedang pada perlakuan konvensional residu insektisida Imidakloprid dan fungisida Fenarimol melampaui nilai BMR. Rakitan teknologi PHT ini layak direkomendasikan kepada petani.Main pests of sweet peppers are thrips and powdery mildew that can reduce the yield. Farmers generally use pesticide for controlling the pests but the result was not satisfy. Therefore it is important to determine alternative methods, and one of them is implementing integrated pests management (IPM). Study of IPM implementation to control main pests on sweet peppers cultivation was conducted in Indonesian Vegetables Research Institute at Lembang (1,250 m asl), West Bandung District, West Java from January until December 2007. The aim of the experiment was to study IPM technology feasibilities to control main pests on sweet peppers. The experimental design used the study was a paired-comparison method to compare IPM technology and conventional technology. The IPM technology tested consisted of the releasing of predator Menochilus sexmaculatus (1 adult/ plant, once a week), spraying of Verticilium lecanii (3 x 108 spores/ ml, once a week), the use of control threshold and selective pesticides. Conventional technology tested was the technology used by farmers in West Bandung District according to the interview with 20 farmers. Each treatment consisted of 200 sweet peppers plants cultivated in hydroponics system in a screenhouse, and each treatment was repeated four times. The results of the study showed that implementation of IPM technology reduced the use of pesticides (84.60%), and reduced the pesticides residue content in the sweet pepper fruit under the maximum residue level (MRL) in the other hand, in the conventional treatment, the residue of Imidacloprid and Fenarimol was above MRL. The yield in both treatments was equal. Integrated Pests Management technology can be recommended to the farmers

    Pola Sebaran Vertikal Thrips Parvispinus Karny (Thysanoptera: Thripidae) Pada Tanaman Paprika

    Full text link
    . Prabaningrum, L. and T.K. Moekasan. 2008. Vertical Distribution of Thrips parvispinus Karny (Thysanoptera: Thripidae) on Sweet Pepper (Capsicum annuum var. grossum). A Study on vertical distribution of T. parvispinus on sweet pepper was conducted from March to December 2003 at the Indonesian Vegetables Research Institute, Lembang (1,250 m asl.). The aim of the study was to determine which part of the plant that most prefered by T. parvispinus. The plant parts tested were flower, shoot, upper leaf, middle leaf, and lower leaf. The results indicated that the highest population of nymph was found on upper leaf and the highest population of imago was found on shoot. Therefore, upper leaf and shoot can be chosen as sampling units in monitoring of thrips

    Identifikasi Status Hama Pada Budidaya Paprika (Capsicum Annuum Var. Grossum) Di Kabupaten Bandung, Jawa Barat

    Get PDF
    . Prabaningrum, L. and T.K. Moekasan. 2007. Identification of Pests Status on Sweet Pepper (Capsicum annuum var. grossum) in Bandung District, West Java Province. One of constraints in cultivating sweet pepper is pests and diseases problem. Survey to determine pests status on sweet pepper was carried out in January (rainy season) and August (dry season) in 2003 at Bandung District, West Java. Data were collected using questioner with 30 farmers as respondents. The data consisted of kind of pest, crop loss, and pest control and the data was analyzed descriptively. The results indicated that thrips was a key pest on sweet pepper in either rainy or dry season. Yield loss due to thrips was 10-25% in rainy season and 40-55% in dry season. All farmers used insecticide intensively to control thrips
    corecore