22 research outputs found
TEKNOLOGI BUDIDAYA RUMPUT LAUT Gelidium sp. DENGAN SUBSTRAT BERBEDA DI TAMBAK
Rumput laut Gelidium sp. merupakan jenis alga merah penghasil agar yang banyak diminati di beberapa negara karena memiliki kualitas yang lebih baik untuk membuat agar bacto dan agarose dan mampu hidup pada berbagai substrat perairan seperti pasir, pecahan karang dan substrat yang memiliki sumber nutrien yang lebih baik. Gelidium sp. ini memiliki karakteristik hidup pada lingkungan berpasir dan berbatu, sehingga perlu dilakukan uji coba dengan menggunakan beberapa substrat ditambak yang sesuai dengan karakterisrik lingkungan hidupnya. Penelitian ini bertujuan menentukan substrat dasar perairan yang layak untuk budidaya rumput laut Gelidium sp. pada Desa Bori Masunggu, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang didesain menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, perlakuan tersebut adalah : (1) Substrat berpasir (S.P), (2) Substrat Berlumpur (S.L), (3) Substrat pasir berlumpur (S.PB) - (Pasir 75% dan lumpur 25%) (4) Substrat lumpur berpasir (S.LB) – (Lumpur 75% dan pasir 25%). Parameter yang diamati dalam pnelitian ini adalah laju pertumbuhan harian Gelidium sp. serta kualitas air sebagai parameter pendukung penelitian. Nilai laju pertumbuhan harian Gelidium sp. yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (anova) untuk melihat pengaruh pada perlakuan, dan apabila terdapat pengaruh (P<0,05) maka dilanjutkan dengan uji W-Tuckey dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS yang dilengkapi dengan analisa grafik dengan menggunakan bantuan Ms. Excel sedangkan data kualitas air selama masa pemeliharaan diolah menggunakan Ms. Excel berbentuk grafik dan dibahas secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian perlakuan substrat terbaik untuk meningkatkan laju pertumbuhan harian rumput laut jenis Gelidium sp adalah subsrat pasir berlumpur yang mampu meningkatkan laju pertumbuhan harian hingga 19,74 sampai ada minggu ke-8.Rumput laut Gelidium sp. merupakan jenis alga merah penghasil agar yang banyak diminati di beberapa negara karena memiliki kualitas yang lebih baik untuk membuat agar bacto dan agarose dan mampu hidup pada berbagai substrat perairan seperti pasir, pecahan karang dan substrat yang memiliki sumber nutrien yang lebih baik. Gelidium sp. ini memiliki karakteristik hidup pada lingkungan berpasir dan berbatu, sehingga perlu dilakukan uji coba dengan menggunakan beberapa substrat ditambak yang sesuai dengan karakterisrik lingkungan hidupnya. Penelitian ini bertujuan menentukan substrat dasar perairan yang layak untuk budidaya rumput laut Gelidium sp. pada Desa Bori Masunggu, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang didesain menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, perlakuan tersebut adalah : (1) Substrat berpasir (S.P), (2) Substrat Berlumpur (S.L), (3) Substrat pasir berlumpur (S.PB) - (Pasir 75% dan lumpur 25%) (4) Substrat lumpur berpasir (S.LB) – (Lumpur 75% dan pasir 25%). Parameter yang diamati dalam pnelitian ini adalah laju pertumbuhan harian Gelidium sp. serta kualitas air sebagai parameter pendukung penelitian. Nilai laju pertumbuhan harian Gelidium sp. yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (anova) untuk melihat pengaruh pada perlakuan, dan apabila terdapat pengaruh (P<0,05) maka dilanjutkan dengan uji W-Tuckey dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS yang dilengkapi dengan analisa grafik dengan menggunakan bantuan Ms. Excel sedangkan data kualitas air selama masa pemeliharaan diolah menggunakan Ms. Excel berbentuk grafik dan dibahas secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian perlakuan substrat terbaik untuk meningkatkan laju pertumbuhan harian rumput laut jenis Gelidium sp adalah subsrat pasir berlumpur yang mampu meningkatkan laju pertumbuhan harian hingga 19,74 sampai ada minggu ke-8
IDENTIFIKASI MUSIM PRODUKTIF RUMPUT LAUT Eucheuma striatum DI PERAIRAN GORONTALO UTARA
Minimnya informasi di tingkat pembudidaya mengenai waktu tanam yang produktif sesuai spesifikasi lokasi dan perubahan musim membuat produktivitas lahan dikelola kurang optimal. Identifikasi terkait dengan musim optimal dalam pemanfaatan lahan secara produktif sebagai bagian dari manajemen budidaya perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan musim produktif rumput laut Euchuema striatum di wilayah perairan Teluk Langge, Gorontalo Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Desember 2015 di Desa Langge, Kabupaten Gorontalo Utara. Unit percobaan disusun dengan rancangan acak kelompok pada tiga zona lokasi budidaya sebagai perlakuan, dengan tiga kali ulangan. Zona-1 berdekatan dengan daratan (jarak: 100-200 m), zona-2 dengan estimasi jarak 500-600 m, dan zona-3 di bagian ujung teluk dengan jarak 1.000-1.500 m dari daratan utama. Indikator utama yang diamati adalah pertumbuhan, penyakit, dan kualitas perairan. Rumput laut Eucheuma striatum yang dibudidaya dengan metode longline dengan bobot awal tanam 50 g/rumpun dan panjang tali ris 35 m. Pada setiap bentangan diberi penanda/label sebanyak 10 titik dan dilakukan pengamatan setiap interval waktu 45 hari. Hasil pengamatan selama tujuh siklus budidaya menunjukkan bahwa musim produktif rumput laut E. striatum di perairan Teluk Langge terjadi pada bulan Juni hingga September. Pertumbuhan rumput laut terbaik pada kawasan budidaya adalah yang dekat dengan daratan.Limited information available to seaweed farmers regarding the optimum planting time at a certain location and adaptation to seasonal changes contributed to low seaweed productivity. Therefore, an accurate planting calendar to optimize the use of productive coastal areas is vitally needed as part of the sustainable management of seaweed cultivation. The purpose of this study was to identify the productive season for Euchuema striatum in the Langge Bay water, North Gorontalo. The study was conducted from January to December 2015 in the Langge Village, North Gorontalo Regency. The experiment units consisted of three farming zone treatments with three replicates arranged in a block randomized design. Each farming zone was situated perpendicular to and at a certain distance from the shoreline (zone-1 = 100-200 m, zone-2 = 500-600 m, and zone-3= 1,000-1,500 m). The main variables measured were growth, disease occurrence, and water quality. Eucheuma striatum seeds were cultivated using a long-line method which the length of the main ropes used was 35 m and the initial seed weight was 50 g. Along each of the main rope, 10 seeds were marked, labelled and observed at every culture cycle (45 days) and lasted for 7 cycles. The results of observation suggested that the productive season for E. striatum is from June to November. The best area for an optimum seaweed growth in the study region is on the area close to the shoreline (zone-1)
PERTUMBUHAN SPONGE (Auletta sp.) SECARA TRANSPLANTASI DENGAN PANJANG BENIH BERBEDA
Beberapa kajian menunjukkan bahwa bioaktif sponge memiliki prospek pengembangan sebagai bakterisida, fungisida, serta kebutuhan farmasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan sintasan sponge spesies Auletta sp. yang ditransplantasi dengan ukuran panjang benih berbeda
AKUMULASI LOGAM BERAT Pb DALAM TUBUH UDANG WINDU (Penaeus monodon) PADA KONDISI SALINITAS BERBEDA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat salinitas media pemeliharaan terhadap konsentrasi akumulasi logam Pb dalam tubuh udang windu (Penaeus mrsnodon)
Seaweed Selection to Supply Superior Seeds for Cultivation
Seaweed Kappaphycus alvarezii is a pre-eminent commodity in the field of marine and fisheries Indonesia which has been widely cultivated in coastal waters. Currently, the main problem faced by the cultivators is the limited stock of seeds, both in terms of quality and quantity. Selection is one method that is expected to increase the rate of seaweed growth quickly, cheap, easy, bulk, and sustainable.This study aims to determine the effect of selection on the growth of seaweed so that it can be done superior seed production for cultivation purposes. Seaweed cultivation was done in Kulu Village, Wori District, North Minahasa Regency, North Sulawesi by using long line method in April-June 2015. Selection is based on the daily growth rate parameter (DGR) and the selection method refers to the selection protocol that has been developed on K. alvarezii seaweed. Results showed that DGR of selection seedlings were higher (P <0.05) compared to controls, in which DGR of selection reached 5.87%/day, while DGR of control was 1.89%/day. From three seed production cycles (G-1 - G-3), the average DGR resulted from the selection was 5.53%/day and control 2.19%/day. Carrageenan content of selection result is relatively higher (47.66%) than control (31.28%) with mean for three cycle (G-1 - G-3) that is 43.55% for selection and 33.20% for control. Water quality (temperature, salinity, nitrate, phosphate) during the study is still within the appropriate range for seaweed growth. Therefore it is concluded that with the application of the method of seaweed selection can increase the daily growth rate and carrageenan content of seaweed K. alvarezii which directly affects the increase of production both in quantity and quality
HUBUNGAN PRODUKTIVITAS TAMBAK DENGAN KERAGAMAN FITOPLANKTON DI SULAWESI SELATAN
Studi telah dilakukan pada tambak-tambak di Kabupaten Bulukumba, Jeneponto, Maros, Pinrang, dan Takalar, Sulawesi Selatan bertujuan menelaah hubungan produktivitas tambak dengan keragaman fitoplankton serta analisis kualitas air dan tanah untuk mendukung pengelolaan tambak berkelanjutan. Pengambilan sampel fitoplankton, air, dan tanah pada lokasi yang representatif di kawasan tambak. Fitoplankton dikoleksi menggunakan plankton net no. 25. Sampel fitoplankton dipekatkan menjadi 10 mL kemudian diawetkan dalam larutan MAF. Identifikasi fitoplankton menggunakan mikroskop yang berpedoman pada buku identifikasi plankton dan perhitungannya menggunakan metode counting cell. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton berkisar dari 455—1.476 ind./L dan jumlah genus berkisar dari 8—14 genera. Berdasarkan indeks keragaman fitoplankton di Kabupaten Bulukumba, Jeneponto, Maros, Pinrang, dan Takalar tergolong kedalam kondisi stabil moderat. Keseragaman fitoplankton di Kabupaten Maros, Pinrang, dan Takalar lebih merata dibandingkan dengan Kabupaten Bulukumba dan Jeneponto. Peningkatan keragaman fitoplankton cenderung diikuti oleh peningkatan produktivitas tambak.This study was conducted in the brackishwater pond of Bulukumba, Jeneponto, Maros, Pinrang, and Takalar Regencies of South Sulawesi. The aims of this research were to study relationship between productivity of brackishwater pond and phytoplankton diversity and also analyse soil and water qualities to support management of sustainable brackishwater pond. Simple random sampling was applied to phytoplankton, water and soil samples representative of brackishwater pond. Plankton net no. 25 was used to plankton collection then it was preserved in MAF solution. Phytoplankton were identified using microscope and counting cell method. Result of this research each station showed that phytoplankton abundance was 455—1,475 ind./L while genus number was 8—14 genera. The diversity indices of all station were moderately stable while ivenness indices of Maros, Pinrang, and Takalar more spread than Jeneponto and Bulukumba. The increasing of phytoplankton diversity in the water seem to influence the increasing of brackishwater pond productivity
SPONGE (Callyspongia sp., Callyspongia basilana, and Haliclona sp.) CULTURE WITH DIFFERENT INITIAL EXPLANT SIZES
Sponge global demand for industry and research needs far exceeds supply from the sea. Aquaculture is considered as the only viable method that can supply sufficient and sustainable quantities of sponges. Aquaculture method is also one of efforts to anticipate and avoid the over-harvesting of sponges in nature. However, culture methods need to be determined to provide the platform for commercial success. In this study sponges (Callyspongia sp., Callyspongia basilana, and Haliclona sp.) were successfully cultured by transplantation method using polyethylene net with the initial explant sizes of 1 cm, 3 cm, and 5 cm. The result showed that the sponge growth and survival rates were dependent on the species. Callyspongia sp. and Callyspongia basilana gave the highest growth and survival rates on the treatment 3 cm with the final explants length reached 12.20 ± 2.35 cm and 7.603 ± 0.93 cm and survival rates reached 98.33% and 36.67%. In contrast, Haliclona sp. had the highest growth (21.67 ± 0.25) and survival (95%) on treatment 5 cm. Nevertheless, among the three species, treatment using 3 cm and 5 cm of initial explant sizes did not show a significant difference. Therefore for the efficiency of explants use, the best initial explant length for culturing the three species of sponges is 3 cm
SELEKSI KLON BIBIT RUMPUT LAUT, Gracilaria verrucosa
Upaya peningkatan produksi rumput laut juga tidak terlepas dari permasalahan, yaitu:ketersediaan bibit unggul dalam jumlah yang cukup, adanya serangan  hama dan penyakit, dan faktor pembatas musim tanam. Bibit rumput lautunggul dapat diperoleh dengan menggunakan metode seleksi klon dan  bioteknologi (kultur jaringan dan rekayasa gen). Seleksi klon/massa dapat dilakukan dengan mudah dan dapat menghasilkan varietas bibit unggul dalampertumbuhan relatif cepat, daya tahan terhadap penyakit, dan lingkungan, serta keunggulan spesifik lokasi/kawasan. Keberhasilan budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Karena itu, kegiatan pemilihan bibityang berupa pelaksanaan seleksi klon harus memperhatikan faktor lingkungan perairan. Variasi kondisi lingkungan perairan di Indonesia yang relatif besar, maka pelaksanaan seleksi klon/massa sangat dianjurkan untuk dilakukandi setiap sentra produksi rumput laut. Tujuan seleksi klon ini adalah untuk mendapatkan bibit unggul varietas rumput laut Gracilaria verrucosa yang cepat pertumbuhannya. Sasaran penerapan metode seleksi klon ini adalah penyediaan bibit unggul untuk mendukung target peningkatan produksi. Selain itu, sasaran dari seleksi klon/ massa adalah penyediaan bibit untuk mendukung pengembangan kebun bibit di setiap sentra produksi
STATUS TROFIK DAN ESTIMASI POTENSI PRODUKSI IKAN DI PERAIRAN DANAU TEMPE, SULAWESI SELATAN
Danau Tempe merupakan tipe danau rawa banjiran yang dikenal sebagai danau yang banyak menghasilkan ikan air tawar di Propinsi Sulawesi Selatan. Penelitian status trofik dan estimasi potensi produksi ikan di Danau Tempe dilakukan pada bulan Pebruari-Nopember 2010, bertujuan untuk mengetahui kondisi terkini tentang status trofik dan potensi produksi ikan pada perairan danau. Penelitian bersifat survei lapangan dan analisis di laboratorium. Survei dilakukan sebanyak 4 kali mewakili musim kemarau dan musim penghujan. Pengukuran parameter kualitas air dilaksanakan di sepuluh stasion yang dipilih secara purposif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air Danau tempe masih ideal mendukung kehidupan dan perkembanganbiakan ikan serta organisme air lainnya sebagai pakan ikan. Status trofik perairan Danau Tempe sesuai kriteria Trophic Status Index, mempunyai indeks rata-rata 56,6 - 59,8 dengan status “eutrofik ringan”, ditandai melimpahnya tumbuhan air di perairan danau. Angka potensi produksi ikan berkisar antara 69-148 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata 95 kg/ha/tahun. Dengan luasan Danau Tempe antara 15.000-20.000 hektar menghasilkan produksi ikan antara 1428 -1904 ton/tahun. Lake Tempe is a floodplain lake that produces a lot of freshwater fish in South Sulawesi Province. Research on trophic status and estimation of potential fish production in Lake Tempe was conducted from February-November, 2010. Aim of this study was to obtain information on the current condition of the trophic status and potential fish production in the lake waters. This study is based on the field survey and analysis in the laboratory. Surveys were conducted 4 times to represent the dry and rainy seasons, and water quality parameter measurements were carried out at ten stations selected purposively. The results shows that water quality parameters of Lake Tempe was still quite ideal to support aquatic life and the development of fish and other aquatic organisms as fish food. Trophic status of Tempe Lake waters according to the Trophic State Index (TSI) had mean index of 56,6 to 59,8 with state of mild eutrophic by indicating the abundance of aquatic plants. Potential fish production in Lake Tempe ranged from 69 to 148 kg/ha/year with an average value of 95 kg/ha/year. In normal conditions, the vast waters of Lake Tempe ranged between 15000-20000 hectares produce fish between 1428 to 1904 tons / year
KAJIAN KUALITAS AIR DAN POTENSI PRODUKSI SUMBER DAYA IKAN DI DANAU TOWUTI, SULAWESI SELATAN
Danau Towuti merupakan danau terbesar di kompleks Danau Malili, Sulawesi Selatan dan danau terbesar kedua di Indonesia setelah Danau Toba. Danau Towuti termasuk danau dengan tingkat endemisitas tinggi untuk jenis ikan perairan umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan dan potensi produksi ikan di Danau Towuti. Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga kali survei di tahun 2008. Aspek ekologi yang diamati terdiri atas beberapa parameter fisika, kimia, dan biologi perairan. Potensi produksi ikan dihitung berdasarkan pada hasil pengukuran produktivitas primer dari setiap stasiun penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas perairan Danau Towuti, baik secara fisik, kimia, dan biologi mendukung kehidupan dan perkembangan ikan.Berdasaran pada nilai kandungan phosfat, nitrat, plankton, produktivitas primer dan kandungan khlorofil-a, Danau Towuti diklasifikasikan dalam oligo mesotrofik yaitu tingkat kesuburan rendah sampai sedang. Potensi produksi ikan Danau Towuti dari hasil pengukuran produktivitas primer adalah ±195 ton/tahun