5 research outputs found

    Mikrofasies dan Rekonstruksi Paleomire Batubara Sawahlunto, Cekungan Ombilin

    No full text
    Cekungan Ombilin merupakan salah satu cekungan yang berada di Pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Sumatera Barat. Cekungan Ombilin merupakan graben yang terletak di antara Pegunungan Bukit Barisan bagian barat dan timur. Cekungan Ombilin dikenal sebagai salah satu cekungan penghasil batubara di Sumatera, dengan formasi pembawa batubara di Cekungan Ombilin adalah Formasi Sawahlunto yang berumur Eosen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mikrofasies dan merekonstruksi paleomire batubara menggunakan pendekatan karakteristik maseral batubara. Daerah penelitian berada di dua titik yaitu Sawahluwung dan Tahiti, Sawahlunto, Sumatera Barat. Pengambilan data menggunakan pengukuran stratigrafi terukur (measured section) dengan pengambilan sampel batubara menggunakan sistem ply-by-ply, sejumlah 14 ply dari dua seam batubara, yang digunakan untuk analisis petrografi organik dan kandungan abu. Litotipe batubara pada daerah penelitian terdiri atas bright banded coal dan bright coal. Dari analisis petrografi organik didapatkan kelimpahan maseral vitrinit (45,02%-62,18%), maseral liptinite (20,91%-42,54%), maseral inertinit (11,62%-25,81%) dan mineral (0,8%-1%). Dengan kadar abu (% wt dry basis) berkisar dari rentang 0,36%-11%. Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan bahwa batubara daerah penelitian tersusun atas tiga mikrofasies yaitu liptinite-rich group pada bagian bawah, telovitrinite-rich group dan inertinite-rich group pada bagian atas. Tipe mire yang berkembang ialah wet forest swamp pada lingkungan limnic dengan kondisi lingkungan yang basah dan lembab dengan tingkat gelifikasi yang sedang hingga tinggi. Perkembangan mire diawali dengan topogeneous mire, kemudian berubah menjadi ombrogeneous mire dan kembali menjadi topogeneous mire

    Pengaruh Intrusi Terhadap Kandungan Grafit di Batubara Tambang Air Laya Wilayah Pertambangan PTBA Tanjung Enim, Sumatra Selatan

    No full text
    Grafit dapat diaplikasikan dalam berbagai macam kegunaan misal sebagai material tahan panas, baterai, elektroda dan pelumas sehingga pemenuhan material grafit sangat penting. Grafit dapat berbentuk (1) microcrystalline; (2) vein graphite; maupun (3) crystalline flake graphite. Grafit alami dapat terbentuk melalui dua proses, yaitu: (1) metamorfisme insitu dari suatu material organik melalui proses grafitisasi (syngenetic graphite) dan (2) Presipitasi dari fluida C-O-H (epigenetic graphite). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan grafit di batubara Tambang Air Laya wilayah pertambangan PTBA Tanjung Enim. Sampel batubara yang diambil pada penelitian ini mengalami peningkatan peringkat batubara sampai dengan semiantrasit – antrasit yang disebabkan oleh adanya intrusi. Enam sampel batubara dari empat seam dengan jarak berbeda-beda terhadap intrusi dianalisis dengan menggunakan X-Ray Diffractometry (XRD) dan Total Organic Content (TOC), Residual Oxidizable Carbon (ROC) serta Total Inorganic Carbon (TIC) dengan menggunakan Elementar Soli TOC® cube. Hadirnya intrusi menyebabkan tingginya kandungan material inorganik dimana grafit yang teridentifikasi hadir merupakan hasil dari proses grafitisasi pada seam yang terpengaruh intrusi

    STRATIGRAFI, UMUR DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN FORMASI KEREK DAERAH WATUTUGEL, KECAMATAN GESI, KABUPATEN SRAGEN, JAWA TENGAH

    No full text
    Perbukitan Kendeng menarik untuk diteliti karena pada daerah ini tersusun atas litologi berupa batuan sedimen karbonatan yang berulang. Daerah Watutugel termasuk ke dalam Formasi Kerek, yang tersusun atas litologi berupa batupasir karbonatan, batulanau karbonatan, dan napal yang kaya akan foraminifera. Selain itu, penelitian tentang lingkungan pengendapan dan umur Formasi Kerek masih sedikit dilakukan oleh peneliti terdahulu. Analisis stratigrafi lingkungan pengendapan dan penentuan umur Formasi Kerek dilakukan dengan menggunakan metode tongkat Jacob dan pengambilan sampel secara sistematis pada urutan stratigrafi yang diukur. Sebanyak sembilan sampel dilakukan preparasi dengan menggunakan metode ayakan dan dilakukan perhitungan sebanyak 300 spesimen foraminifera plangtonik dan bentonik pada setiap sampelnya dengan menggunakan mikroskop binokuler perbesaran 40x untuk menentukan lingkungan pengendapan dan umurnya. Hasil analisis stratigrafi pada daerah penelitian memiliki ketebalan 31 meter, dan dapat diidentifikasi menjadi empat fasies litologi yaitu, fasies batulanau karbonatan, fasies batupasir karbonatan, fasies batupasir tuffan-tuff, dan fasies breksi andesit. Dari hasil analisis paleontologi didapat hasil 2 zonasi yaitu N18 (Zona Globorotalia tumida) dan N19 (Zona Sphaerodinella dehiscens) yang dibatasi oleh 1 biodatum, yaitu kemunculan awal spesies Sphaerodinella dehiscens. Penelitian mengenai lingkungan pengendapan dilakukan dengan cara mengelompokkan fosil penciri dan hasilnya didapatkan bahwa lingkungan pengendapan yang menyusun daerah tersebut yaitu daerah batial atas-tengah dan batial bawah. Kata kunci : Formasi Kerek, stratigrafi, biostratigrafi foraminifera, lingkungan pengendapa

    Volcanic Rocks Diagenesis and Characteristics Analysis of Reservoir Space, Semilir Formation, Patuk, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

    No full text
    Arc-related volcanism activity in Java subduction system has been started since Eocene. This activity produces thick sequences ofvolcaniclastic rocks. Volcanic activity during Miocene in Southern Mountain marked by ancient volcanic that produced volcanic deposits that compose Semilir Formation. Outcrop in Ngoro-oro, Patuk, Gunung Kidul, Special Region of Yogyakarta, has an ideal dimension and various lithology to identify petrophysical properties such as reservoir space. This paper uses detailed stratigraphic measurement with 1:10 scale which determines the facies distribution and analytical petrography to determine the reservoir characteristics based on mineralogy, texture and diagenesis process. The results shows that the study area consist of lapilli-vitric stone, greywacke and vitric-crystal tuff. Volcanic rocks in Semilir Formation, Gunung Kidul area develop into three reservoir space types : primary pores, secondary pores and fractures pores. This formation of reservoir space went through diagenetic process consist of cooling and solidification stage and epidiagenesis stage. Cooling and solidification stage include fragmentation, crystallization, differentiation and solidification, epidiagenesis (Re-Construction) stage include weathering, leaching, fluid dissolution and tectonism. Primary pores were formed during volcanic active period and solidification period, marked by volcanic rocks with various composition, grain size and contraction fractures. Secondary pores and fractures pores formed at epidiagenesis (Re-Construction) stage, with distinct features as weathering-leaching period and burial period, marked by micro-structure, solution pores fracture along cleavage face and devitrification pores. Volcanic rocks diagenesis compelixity are the major factors that control of complexity and diversity in reservoir space types. Kaa kunci : diagenesis, volcanic rocks, porosity, semilir formatio
    corecore