24 research outputs found

    Wayang orang Ngesti Pandowo (2001 – 2015): kajian tentang manajemen seni pertunjukan

    Get PDF
    Buku “Wayang Orang Ngesti Pandowo (2001 - 2005) : Kajian Tentang Manajemen Seni Pertunjukan” mengupas tentang perkumpulan wayang orang Ngesti Pandawa. Perkumpulan ini berdiri sejak tahun 1937 di Semarang. Diantara perkumpulan wayang orang yang ada di negeri ini, Wayang Orang Ngesti Pandawa merupakan organisasi yang paling tua dan kiprahnya tidak diragukan lagi. Pasang surut perjalanan perkumpulan ini tentu mengalami hambatan dan kendala. Upaya yang dilakukan tentu tidak lepas dari pengelolaan menejemen yang dilakukan oleh pengurus, termasuk melakukan inovasi-inovasi pementasan sehingga tetap menarik untuk ditonton. Namun demikian, fi gur panutan menjadi hal yang sangat penting dalam mempertahankan keberadaan perkumpulan seni tradisi

    Sejarah perkembangan ekonomi dan kebudayaan di banyumas masa Gandasubrata tahun 1913-1942

    Get PDF
    Buku yang berjudul “Sejarah Perkembangan Ekonomi dan Kebudayaan di Banyumas Masa Gandasubrata Tahun 1913-1942” tulisan Yustina Hastrini Nurwanti, dkk merupakan tulisan tentang sejarah kolonialisme yang terjadi di Banyumas pada masa 1913-1950. Buku ini terutama menyoroti kondisi ekonomi dan kebudayaan yang terjadi di Banyumas ketika daerah ini dipimpin oleh Bupati Sudjiman Gandasubrata. Adanya proses perubahan yang terjadi di masa itu, tentu menimbulkan persoalan yang terjadi di masyarakat. Buku ini menjadi menarik untuk dibaca karena mengungkap berbagai persoalan kota yang timbul antara lain persoalan budaya, gaya hidup, transportasi maupun kehidupan warga secara sosial-ekonomi

    Kajian sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat di kawasan situs Sangiran

    Get PDF
    Indonesia memiliki berbagai jenis flora dan fauna dengan keindahan pemandangan alam serta memiliki beraneka ragam suku dan budaya. Selain dikenal memiliki keindahan pemandangan alam juga terdapat sejumlah objek wisata budaya dan bangunan bersejarah serta memiliki ~ situs manusia purba. Situs manusia purba dikenal sebagai situs Sangiran. Situs Sangiran ditetapkan sebagai warisan budaya dunia mewakili -,sejarah budaya dan manusia purba selama 1,8 juta tahun tanpa putus. Sangiran Juga menjadi satu dari tiga pusat evolusi manusia purba selain situs di Afrika dan Cina. Situs ini merupakan situs manusia purba berdiri tegak terlengkap di Asia yang kehidupannya dapat dilihat secara bcrurutan dan tanpa putus sejak 2 juta hingga 200 ribu tahun yang lalu (Widianto, 2008:2 13 )

    Perempuan laweyan dalam industri batik di Surakarta

    Get PDF
    Sejak dahulu Surakarta dikenal sebagai kota penghasil batik selain Yogyakarta dan Pekalongan. Industri batik Surakarta terkonsentrasi di daerah Laweyan, yang memang sejak dahulu dikenal sebagai sentra penghasil batik Surakarta. Industri batik Laweyan mempunyai sejarah panjang yaitu diawali dari usaha batik yang didirikan oleh para saudagar dari Perkumpulan Serikat Dagang Islam (SDI). Hingga saat ini usaha batik di Kampung Laweyan masih tetap bertahan dan berkembang. Industri batik Laweyan didominasi oleh para pengusaha batik yang merupakan generasipenerus pembatik di masa lalu

    Jantra jurnal sejarah dan budaya Vol.IV No.8

    Get PDF
    1. Industrialisasi dan perubahan gaya hidup : Semarang pada awal abad keduapuluh 2. Industri pertambangan nikel dan dampaknya pada masyarakat Soroaka Sulawesi Selatan 3. Eksistensi industri rokok kretek Kudus : Tjap bal tiga H.M Nitisemito dalam lintasan sejarah 4. Kerajinan tenun lurik Pedan di Klaten 5. Tenun gendong di Kabupaten Tuban 6. Pakaian batik : kulturisasi negara dan politik identitas 7. Pelestarian batik dan ekonomi kreatif 8. Perajin blangkom yang tak lagi diminat

    Jantra: jurnal sejarah dan budaya Vol. III No.6 Desember 2008

    Get PDF
    1. Pembangunan di Tingkat Lokal Dalam Otonomi Daerah 2. Pemerintahan Desa Dalam Upaya Pembangunan Desa 3. Elit Lokal dan Pembangunan Desa 4. Sejarah Sosial Migran-Transmigran Bali di Sumbawa, 1952-1997 5. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa 5. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa di Kabupaten Bantul 6. Realitas Poskolonial Keluarga dan Desa Jawa 7. Kenduri Lampah Sekar di Desa Parangtritis 8. Pandangan Hidup Iskadi Dalam Membangun Karangtengah Wonogir

    Jantra jurnal sejarah dan budaya Vol.8 No.1

    Get PDF
    1. Nilai Budi Pekerti dalam Pementasan Seni Tradisional Dames 2. Pendidikan Bukti Pekerti dalam Seni Drama Tradisional 3. Dimensi Budi Pekerti dalam Revitalisasi Wayang Golek Menak Yogyakarta 4. "Ngringkes": Presentasi Atas Pesan Pendidikan 5. Seni Karawitan Jawa: Pendidikan Budi Pekerti 6. Nilai Gotong-royong dan Tenggang Rasa dalam Konthekan Lesung Banyumasan 7. Praktik 'Karakterisasi' dalam Pendidikan Seni-Budaya: Perspektif Kepengaturan 8. Wayang kulit sebagi media pendidikan Budi Pekerti 9. Kesenian Dongkrek, Pandangan dunia, dan Nilai Kebijaksanaan 10. Wayang Kancil dan Pendidikan Budi Pekert

    Jantra Jurnal sejarah dan budaya Vol.IV No.7

    Get PDF
    1. Nilai luhur dari masyarakat megalitik dalam tatanan kepemimpinan, masyarakat, dan solidaritas 2. Nilai-nilai yang terkandung dalam dalam perayaan sekaten di Yogyakarta 3. Perlunya belajar wayang dalam kehidupan budaya Jawa 4. Keberadaan topeng panji jabung :fenomena suatu pertunjukan kesenian tradisional 5. Bedaya semang : pusaka keraton Yogyakarta yang (kembali) dipentaskan 6. Tanggapan masyarakat terhadap sebuah tari pertunjukan rakyat "yatub" di Daerah Kabupaten Pati, Jawa Tengah 7. Cara pandang pengetahuan lokal masyarakat kawasan merapi sebagai komunitas ekologis 8. Orang Jawa di rantau Minangkabau 9. Macam-macam bentuk rumah komunitas using desa Kemiren Banyuwangi 10. Rumah adat melayu Kepulauan Riau : suatu bentuk keanekaragaman buday

    Bentuk penyajian dan pengembangan kesenian: Ebeg Banyumas, Jawa Tengah

    No full text
    Kesenian Ebeg merupakan salah satu kesenian tradisional di Banyumas yang masih mendapat animo penonton untuk menyaksikan. Nama Ebeg ini dikenal di wilayah Banyumas, sedangkan di daerah lain dengan penyebutan nama lain seperti kuda lumping, jathilan, jaran dhor, barongan. Kesenian Ebeg ini hampir setiap desa di wilayah Kabupaten Banyumas terdapat Ebeg. Kesenian Ebeg dikatakan sebagai seni budaya yang berasal dari Jawa Banyumasan karena didalamnya tidak ada pengaruh dari budaya lain, bahkan dari Agama Hindu dan Budha sekalipun yang termasuk agama pertama masuk. Ebeg tidak menceritakan tokoh tertentu atau pengaruh agama tertentu, lagu-lagu justru banyak menceritakan kehidupan masyarakat tradisional, terkadang pantun, wejangan. Lagu sepanjang pentas hampir semua menggunakan Bahasa Jawa Banyumasan dengan khas logat ngapak, seperti Sekar Gadung, Eling-Eling, Ricik-Ricik Banyumasan, jarang menggunakan lirik Bahasa Jawa Mataraman. lringan musiknya adalah Calung Banyumasan atau gamelan Banyumasan. Selain itu, yang membedakan Ebeg dengan kuda lumping atau jathilan atau jaranan dilihat dari gerakannya. Ebeg Banyumas tariannya kasar, jogetnya asal mengikuti kendang saja, sedangkan jathilan atau jaranan gerakannya halus.Yogyakartavi, 90 hlm.: ill.; 23x15 c

    Reyog Ponorogo

    No full text
    Kesenian Reyog Ponorogo diciptakan oleh Demang Suryangalam atau Ki Ageng Kutu pada masa Kerajaan Majapahit. Demang Suryangalam awalnya adalah pujangga muda kerajaan atau Pujangga Anom yang berusaha mengingatkan Prabu Brawijaya V untuk menegakkan kewibawaannya dengan tidak terlalu mengikuti kemauan sang istri. Namun tindakan ter sebut membuat Sang Raja tidak berkenan dan malah mengusir Demang Suryangalam keluar dari istana. Demang Suryangalam sangat kecewa dengan sikap sang Raja. Akhirnya, ia meninggalkan Kerajaan Majapahit dan menyepi di dalam hutan dekat perkampungan Surukubeng. Dari sinilah kesenian reyog diciptakan yang dimaksudkan untuk menyindir kehidupan politik yang terjadi di Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Prabu Brawijaya V yang bertahta pada tahun 1468 - 1478 M
    corecore